Dengan wajah penatnya Jennie hanya merenung di depan meja bar.
Ia menumpu sebelah kepalanya dengan tangan kanan, matanya mengamati setiap orang yang beralu lalang masuk atau keluar.
Tiba-tiba ia tertuju pada sosok yang dikenalnya, sontak ia menegakkan tubuhnya.
Sosok yang ia lihat tampak setengah diseret oleh satu orang lelaki.
"Itu bukannya adik lo?" Hanbin yang berdiri dibalik meja bar itu mendekatkan bibirnya pada telinga Jennie, karena suasana yang sedang ramai dengan orang-orang clubbing, "Gue denger-denger, dia kena masalah sama bos besar,"
Jennie mengernyit, lalu menoleh memandang Hanbin, "Bos besar?"
"Iya, dia salah satu agen ganja terbesar," Lagi-lagi Hanbin mencondongkan dirinya saat menjawab, ia tak ingin pembicaraannya ada yang mendengar, "Cuman gue nggak tau pasti masalah apa yang udah ngelibatin adik lo,"
Tanpa berpikir panjang Jennie memberanikan diri beranjak dan mengikuti kemana mereka berjalan.
"Jennie!" Hanbin memanggil temannya itu, ia tak ingin jika Jennie harus sampai terlibat.
Lisa dengan satu orang berumur sekitar empat puluh tahunan itu masuk pada sebuah ruangan, sayangnya ruangan itu tidak sepenuhnya tertutup, hal ini membuat Jennie sedikit lebih mudah untuk menguping pembicaraan mereka.
Plak!
Sebuah tamparan terlihat mendarat pada pipi Lisa.
Jennie sedikit melotot melihatnya.
"Dimana profesionalitas lo?!" Lelaki itu bernada tinggi, wajahnya tampak memerah emosi, "Udah gue bilang kalo kerja yang fokus!"
Lisa hanya diam menunduk.
"Gue udah baik turun tangan sendiri ngabisin tuh orang," Lanjutnya, "Tugas lo cuman bersihin TKPnya doang! Dan itu lo nggak becus?"
Jennie hampir tak percaya mendengarnya.
"Sekarang gue nggak mau tau, gimana caranya lo ambil pisau yang dijadiin bukti sama polisi itu sampai bisa balik lagi ke tangan gue," Ucap lelaki itu sembari berkacak pinggang, "Atau lo ganti pisaunya kek, terserah gimana caranya yang penting bukan DNA gue yang ada di barang bukti itu,"
Lisa mengangguk.
"Lo jangan cuman angguk-angguk doang," Pria berkumis itu menoyor kepala Lisa dengan seenaknya, "Disana ada sidik jari gue!"
"Siap laksanakan!" Jawab Lisa.
"Sampe gue ketangkep, jangan harap lo bisa nafas lagi,"
Kini Jennie mengerti sudah apa yang sebenarnya terjadi, bos besar yang disebut Hanbin tadi adalah tersangka pembunuhan dan Lisa terlibat sebagai tangan kiri pria tersebut.
Ia mengangguk mengerti. Lantas memilih kembali menuju tempatnya sebelumnya.
"Gila lo," Sambut Hanbin saat Jennie kembali ke meja bar.
"Apanya?"
"Itu sampe lo ikutin,"
"Lah emang kenapa?"
"Lo belum tau aja gimana jahatnya dia,"
"Iya tau kok gue,"
"Diapain emang adik lo?"
"Ditampar sama ditoyor doang,"
"Dih kesian Jen,"
"Bodo amat, emang gue peduli,"
"Salah besar sih kalo lo benci dia cuman karena maknya ngerebut bokap lo,"
"Ya trus?"
"Dia kalo bisa request juga nggak bakal mau Jen lahir dari orang tua yang kaya gitu,"
"Serah lah Bin, pokoknya kalo liat dia bawaannya bikin sakit hati,"
Yang dibenci Jennie dari Lisa sebenarnya adalah ibunya, karena semenjak ia tau soal ibu Lisa yang sudah merusak keharmonisan keluarganya serta sudah merebut papanya dari keluarga mereka, membuat Jennie juga ikut kesal.
Ia cukup terkejut melihat Lisa yang ternyata sepantaran dengan adik kandungnya, Rose.
Jadi selama ini papanya sudah berselingkuh lumayan lama, dan menyembunyikan Lisa juga dengan waktu yang lama.Semuanya baru terungkap ketika Papanya menceraikan Mamanya, dan mengatakan bahwa sebenarnya ia sudah memliki keluarga yang mampu membuatnya lebih bahagia.
Dan disitulah keluarga mereka jadi berantakan.
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING [BLACKPINK]
Fanfiction"Jangan pernah lo sentuh adek gue!" - Jisoo "Kalo gue pelacur trus lo mau apa?" - Jennie "Bunuh aja aku daripada ngerepotin semuanya." - Rose "Apapun itu asalkan bukan ngebunuh, gue siap!" - Lisa ©️2019 Souliteee