Dimalam yang sama, ada yang tidak beres dengan kakak tertua.
Sudah hampir sebulan Jisoo melakukan tiga pekerjaan part time, lelah dan letih tidak bisa dihindari.
Sejak siang tadi kondisi Jisoo terlihat kurang baik.
Wajahnya pucat, pikirannya juga tidak fokus.
Malam ini ia harus berberes cafe sendiri, Chanwoo pulang satu jam lebih awal karena ada urusan, sedangkan Bobby hari ini tidak masuk karena sedang mengurus skripsinya.
Jisoo menaruh beberapa gelas dan piring pada tempatnya.
Ia tak lupa menutup tirai-tirai dan mematikan lampu-lampu.Usai melepas apron-nya ia mengembuskan nafasnya kuat-kuat. Keringat dingin tampak memenuhi dahi dan lehernya.
Jisoo memilih duduk dan mengatur nafasnya yang terasa sedikit sesak.Namun tak berapa lama kemudian justru ia merasakan pusing. Memilih aman, ia merebahkan tubuhnya pada sofa, perlahan ia memejamkan matanya.
Jam dinding terus berputar.
Ntah sudah berapa jam Jisoo tertidur pada sofa tersebut, hingga seorang lelaki masuk untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di lokernya.
Matanya terpintas melihat Jisoo yang berbaring di sofa, ia mengurungkan langkahnya yang hendak keluar usai mengambil bukunya.
"Lah, tumben nih anak tidur disini," Ucap Bobby, "Saking capeknya kali ya,"
Bobby hanya diam memandangi wajah temannya itu, tak lama Jisoo berbalik, sontak Bobby berjongkok dan menangkap tubuh Jisoo yang terjatuh dari sofa.
"Anjirr untung aja kaga jatuh," Bobby terlihat mendekap tubuh Jisoo, hingga beberapa detik ia tak henti menatap wajah temannya, lalu kembali ia angkat dan dibaringkan diatas sofa, "Kaya rada anget badannya,"
Bobby berniat mengambil selimut pada ruang ganti, namun baru beberapa langkah, ia mendengar Jisoo yang mengerang kesakitan, sontak ia kembali menghampiri Jisoo.
"Kenapa Jis? Lo sakit?"
Jisoo tak menyaut, ia hanya meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya.
Dengan cepat ia meraih tas ransel milik Jisoo dan mengambil beberapa butir obat.
Diminumkannya obat itu serta air putih.
Jisoo kembali berbaring, ia sempat membuka mata dan melihat Bobby.
"Lo gpp Jis?" Ucap Bobby dengan wajah cemas.
Tak ada jawaban dari Jisoo, perempuan itu kembali menutup matanya.
Bobby yang berdiri hendak mengambil selimut tiba-tiba lengannya diraih oleh Jisoo.
"Jangan kemana-kemana," Ucap Jisoo dengan lirih, "Jangan tinggalin gue sendiri,"
Mendengar itu Bobby melepas jaketnya, lantas ia selimutkan untuk menutupi tubuhnya. Lelaki itu kembali berjongkok disisi Jisoo, ia mengenggam jemari gadis itu lebih erat.
Air matanya tertahan untuk tidak jatuh, jemarinya dengan lembut mengusap rambut Jisoo.
"Bob," Panggil Jisoo, "Gue cuma butuh lo disini,"
"Nggak ada lagi yang bisa nemenin gue selain lo," Lanjutnya, suara Jisoo terdengar semakin melirih, hampir tidak terdengar, "Gue capek,"
"Iya, gue disini kok Jis, gue nggak bakal ninggalin lo," Jawab Bobby dengan lembut.
Bobby lagi-lagi merasa kasihan melihat kondisi Jisoo yang semakin hari semakin memburuk, namun ia tetap melakukan pekerjaan yang membuatnya selalu kelelahan. Ditambah lagi tidak ada yang peduli kepada dirinya selain Bobby.
Rose dan Jennie pun masih tidak tau soal penyakit kakaknya hingga saat ini.
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING [BLACKPINK]
Fanfiction"Jangan pernah lo sentuh adek gue!" - Jisoo "Kalo gue pelacur trus lo mau apa?" - Jennie "Bunuh aja aku daripada ngerepotin semuanya." - Rose "Apapun itu asalkan bukan ngebunuh, gue siap!" - Lisa ©️2019 Souliteee