Jisoo kembali memuntahkan isi perutnya.
Dibelakangnya ada tangan yang menepuk-nepuk punggungnya serta memijit tengkuknya.
"Keluarin aja semuanya biar lega," Ucap lelaki itu.
Namun tampaknya tak ada lagi yang bisa dikeluarkan selain air, perutnya sudah benar-benar kosong.
Jisoo langsung memflash klosetnya dan berkumur di wastafel.
Bobby menyodorkan beberapa tisu, lalu menuntun Jisoo untuk duduk di kursi depan toilet.
Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, cafe tempat mereka berkerja sudah tutup lima belas menit yang lalu.
Lampu-lampu di cafe itu juga sudah pada dimatikan, hanya tersisa lampu kamar mandi dan lampu kuning yang menyala.
Iya, suasananya memang sudah terasa remang-remang."Nih minum," Bobby menyodorkan segelas air putih pada Jisoo.
Gadis dengan wajah pucat itu meneguknya sedikit.
Bobby berjongkok di depan Jisoo yang sedang merunduk sembari memegang kepalanya.
Lelaki itu mengusap keringat yang membasahi sekitar wajah Jisoo, "Pulang ya, gue anter,"
Jisoo menggeleng.
"Jis, kalo-"
"Bob," Jisoo memotongnya dengan lirih.
Kali ini Bobby memilih diam dan membiarkan.
Ia menggenggam tangan sebelah Jisoo.
Gadis itu menghela nafasnya, lalu berganti untuk bersandar pada punggung kursi. Ia kembali memejamkan matanya.
Posisi Bobby ikut berganti, ia berlutut dan menggenggam tangan Jisoo, ia menatap gadis itu dengan penuh kasih.
Perlahan Jisoo membuka matanya. Terpancar rasa sakit yang ia tahan selama ini dari matanya.
"Mau sampai kapan sih lo sembunyiin ini semua Jis?" Tanya Bobby dengan lembut, "Mau berapa lama lagi lo nahan sakit lo,"
"Intinya bukan sekarang,"
"Iya tapi kapan? Dokter sendiri udah bilang kan lo harus segera operasi, selama ini lo ngomelin Rosie tapi lo nya sendiri juga batu,"
"Gue masih bisa tahan Bob, beda sama Rosie,"
"Beda apanya sih, penyakit lo ini juga nggak kalah beratnya sama penyakit adik lo," Ucap Bobby, "Tumor yang ada di kepala lo itu bahaya besar Jis, jangan lo anggap remeh terus-terusan,"
"Kalo gue operasi sekarang, siapa yang mau ngurusin adik-adik gue Bob, sementara lo tau sendiri keluarga gue masih kacau balau,"
"Jis! Gue mohon sama lo, jangan terus-terusan lo korbanin diri lo demi keluarga lo,"
Jisoo tersentak, merasa tertampar dengan perkataan Bobby.
Ia beranjak dari duduknya, "Gue nggak nyangka ya Bob ternyata pikiran lo bisa kaya gini,"
Jisoo meraih tas ranselnya.
"Jis, Jisoo," Bobby meraih lengan gadis itu, "Gue cuman nggak mau kedepannya ada apa-apa sama lo,"
"Gue lebih sakit Bob kalo ada apa-apa sama adik-adik gue,"
"Iya gue tau, gue tau banget perasaan lo Jis, tapi setidaknya lo juga mikirin kondisi lo, gue yakin seribu persen adik-adik lo juga bakal ngertiin lo,"
"Udah lah Bob, untuk saat ini gue nggak mau ngebahas penyakit gue,"
"Yauda oke, tapi sekarang gue anter lo pulang trus istirahat, besok lo nggak perlu masuk kerja dulu biar gue yang ngehandle," Ucap Bobby.
"Nggak usah Bob, makasih, lagian gue juga uda enakan,"
"Apanya yang enakan sih Jis, itu muka lo pucet gitu,"
"Bob, gue masih ada kerjaan, kalo lo mau pulang lo pulang aja sendiri,"
"Apa lo bilang? Kerja? Dengan keaadaan lo kaya gini lo mau lanjut kerja?" Bobby tak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran Jisoo, "Lo tuh lagi sakit Jis, apasih susahnya buat pulang trus istirahat,"
"Lo harus berapa kali lagi sih Bob gue jelasin?" Jawab Jisoo, "Udahlah, percuma juga gue jelasin lagi ke lo, emang nggak pernah bisa ngertiin gue,"
Jisoo berjalan meninggalkan Bobby begitu saja.
"Jisoo!" Bobby menarik lengan Jisoo, "Gue anter,"
Kali ini Jisoo tak menolak.
Bobby memberikan jaketnya pada Jisoo agar tidak terkena angin.
Jisoo melingkarkan pegangannya pada tubuh Bobby, lelaki itu bisa merasakan gadis yang diboncengnya itu kini sedang demam. Suhu tubuhnya sangat terasa hangat pada tubuh Bobby.
Sesampainya di mini market, Jisoo langsung masuk dan menggantikan shift temannya.
Bobby memilih duduk dan menunggu di luar, ia memandang gadis yang disayanginya dengan wajah pucat duduk didepan kasir.
Jisoo memang bukan gadis biasa, ia bukan tipe orang yang mau dikasihani, dan juga Jisoo sosok perempuan yang kuat serta gigih.
Lihat saja, demi uang ia tetap bekerja meskipun keadaannya sakit.
Itu yang membuat Bobby sangat khawatir dengan kondisi kesehatan Jisoo yang semakin hari semakin menurun.
Waktu demi waktu berlewat. Kini waktunya Jisoo kembali ke rumah.
Melihat Jisoo beranjak keluar dari mini market, Bobby segera menaiki motornya dan menghampiri Jisoo.
"Kok lo belum pulang?"
"Mana bisa gue ninggalin lo kaya gini,"
"Alah lebay, orang gue udah nggak kenapa-kenapa,"
"Iya serah, pokoknya abis ini langsung tidur, besok bangun langsung sarapan yang banyak trus jangan lupa juga minum obat,"
Jisoo tersenyum, "Iya, bawel lo ah,"
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING [BLACKPINK]
Fanfiction"Jangan pernah lo sentuh adek gue!" - Jisoo "Kalo gue pelacur trus lo mau apa?" - Jennie "Bunuh aja aku daripada ngerepotin semuanya." - Rose "Apapun itu asalkan bukan ngebunuh, gue siap!" - Lisa ©️2019 Souliteee