43

11.5K 1K 15
                                    

"Gue minta jangan sampai ada kata failed," Ucap pria tua itu kepada tiga anak buahnya, "Gue cuman mau denger kalo lo pada udah berhasil ngebunuh dia,"

"Siap bos,"

"Ya udah sana,"

Malam ini, pria tua dengan ketiga anak buahnya itu sudah menyusun strategi beberapa hari yang lalu.

Ia menggunakan Jisoo sebagi umpan untuk Jennie datang.

Yang mereka butuhkan hanyalah keberadaan Jennie, karena dengan informasi yang diketahui oleh gadis itu sangat mengancam kedamaian hidupnya.

Hal ini tidak bisa dibiarkan.

••••

Dalam satu jam temunin gue di tempat terakhir kita ketemu. Gue tunggu sama kakak lo.

Satu pesan masuk ke ponsel Jennie.

Oh ya, lebih dari satu jam, jangan berharap Kim Jisoo bisa selamat.

Kakinya melangkah mundur, matanya mulai berair.

"Enggak, nggak mungkin," Jennie menggeleng, merasa tak ada sangkut pautnya semua ini dengan kakaknya, "NGGAK MUNGKINN!"

Suaranya berteriak nyaring, lantas melempar ponselnya.

"Ini cuma ancaman, enggak, pasti nggak mungkin," Kakiknya melangkah kesana kemari, tubuhnya sudah mulai bergetar ketakutan.

Gadis itu sudah tampak seperti orang yang benar-benar depresi.

Lihatlah rambutnya yang sudah acak-acakan, ia berjalan mondar-mandir didalam kamarnya, air matanya luruh tak lagi dapat dibendung.

Malam itu kebetulan ia sendiri di rumah. Hanbin sedang keluar sebentar, sementara ia sudah bingung harus bagaimana.

Antara percaya tidak percaya.

Padahal baru tadi siang ia mendapat kabar soal kakaknya yang masuk rumah sakit.

"Jen," Ucap Hanbin, "Gue pingin ngomong bentar,"

Jennie yang sedang duduk melamun di kamarnya hanya menoleh, tatapannya kosong, semenjak ia tinggal di rumah Hanbin kondisi mentalnya semakin menurun, nampaknya Jennie sudah mulai tidak tahan dengan kehidupannya yang semakin lama semakin kacau.

Didalam hatinya bergejolak ingin mengakhiri penderitaannya, tapi ia ingat, masih ada orang-orang di sekitarnya yang sayang dan peduli dengannya.

Hari-harinya ia habiskan hanya dengan melamun dan menangis.

Hanbin tak banyak bicara. Ia lebih sering membiarkan orang kesayangannya itu saat menangis, biarlah gadis itu meluapkan semua emosinya, biarlah dia puas memarahi kesalahan dirinya sendiri.

Karena Hanbin yakin, didalam lubuk hati Jennie yang terdalam, ia akan kembali pada keluarganya.

Hanbin melangkah masuk ke kamarnya yang sementara menjadi kamar Jennie.

"Kenapa Bin?" Tanya gadis itu.

Jujur saja laki-laki ini tak tau harus memberitahunya darimana.

SIBLING [BLACKPINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang