15

1.2K 57 3
                                    

"Gue mohon sama kalian. Tolong kasih tau Galang dimana." Gadis di depan tiga lelaki itu menyatukan tangannya, memohon. Ia tak peduli jika banyak pasang mata yang menatapnya jijik karena perbuatan memohonnya pada ketiga lelaki berpakaian osis itu.

"Kita gak tau dimana Galang, Xi." Jawab salah satu dari lelaki di hadapan Alexi.

Alexi menunduk lesu. Dia tersenyum kecut lalu membalikkan badannya. "Oke, makasih."

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari kelas Galang. Ia lebih memilih menatap sneakers buluknya daripada menatap ke depan. Lo dimana sebenernya, Lang? Batinnya.

"Alexi!" Teriak seseorang yang suaranya familiar di telinga Alexi.

Alexi mendongak. Disana terlihat seorang gadis yang berjalan kearahnya dengan setengah berlari. "Lo mau kemana?" Thalia menyentuh bahu gadis didepannya.

"Gue mau ke perpus." Jawabnya singkat berbalik badan dan melangkah menjauhi kelasnya walaupun bel masuk sebentar lagi berbunyi.

"Gue ikut." Ujar Thalia setelah berjalan disamping Alexi. Gadis itu tahu kalau temannya itu sedang mengkhawatirkan Galang yang menghilang dua hari tanpa kabar.

"Lo mending masuk kelas." Ucap Alexi lemah sembari memegang perut ratanya yang terasa perih. Dia mengumpat pelan karena tamu bulanannya datang disaat yang tak tepat.

Thalia menggeleng keras. "Gak. Gue ikut lo."

Anggukan lemah Alexi membuat Thalia tersenyum lebar. Mereka berjalan menuju perpustakaan yang jaraknya cukup jauh dari kelas.

"Gue mau baca novel dulu." Thalia pamit mendahului Alexi yang baru melepas sepatunya. Dirinya tau, seorang teman tak berhak ikut campur dalam urusan temannya. Tugasnya sekarang hanya perlu menyemangatinya dan membuatnya tak terpuruk dalam masalah itu.

Alexi tersenyum dan menghirup aroma buku lama yang menyambutnya. Matanya langsung tertuju pada meja yang berada di pojok kiri ruangan. Kepalanya ia telungkupkan setelah duduk disana.

Gadis itu memejamkan matanya, membuat air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata jatuh mengenai meja. Pikiran-pikiran buruk tentang keadaan Galang yang memenuhi otaknya membuat dirinya lelah.

Alexi mendongak sambil menyeka air matanya kasar dan menghampiri Thalia yang sedang fokus membaca buku di seberang mejanya. "Gue lebay ya, Tha?" Tanyanya setelah duduk disamping Thalia.

"Lebay?" Thalia menutup buku tebal yang ia pegang dan menatap heran Alexi.

Gadis yang ditanya mengangguk cepat, membuat Thalia lagi-lagi bertanya. "Dalam hal apa?"

"Masalah Galang yang ngilang. Gue lebay?" Alexi bertanya sesuai dengan apa yang ada di otaknya sekarang. Pasalnya, dirinya sudah dua kali menangis gara-gara masalah menghilangnya Galang selama dua hari ini.

Thalia menggaruk tengkuknya tiba-tiba menjadi gatal. "Gue gak maksud."

Alexi menghela nafas berat. Haruskah ia menceritakan kalau dia menangis selama dua hari ini gara-gara masalah Galang? "Gue nangis gara-gara masalah Galang. Gue lebay?"

Mulut Thalia terbuka lebar setelah mendengar jawaban Alexi. "Lo nangis?" Tanyanya tak percaya setelah ia ternganga tak percaya cukup lama.

Gadis itu mengangguk dan menunduk lesu, membuat tangan Thalia terangkat mengelus bahu temannya itu. "Gue lebay ya, Tha?"

"Lo gak lebay. Mungkin kalo gue di posisi lo, gue juga bakal kek gitu." Jawabnya menghentikan elusannya setelah Alexi menatap tangannya yang telah mengelus bahu tanpa izin. Thalia lupa kalau Alexi tak suka dengan apapun yang membuatnya menjadi lemah, walaupun sebenarnya gadis itu sedang membutuhkannya. "Udah. Gak usah nangis lagi. Gue yakin Galang baik-baik aja. Lo gak usah bebanin otak lo dengan pikiran-pikiran yang gak perlu."

Galaxi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang