Jangan terpuruk dalam kesedihan, life must going on. Kata-kata dari Thalia kemarin malam masih terngiang jelas di otak Alexi. Dia menaikkan tas ranselnya dan tersenyum lebar sambil memasuki gerbang sekolah. Dimana pun Galang berada, gue yakin dia baik-baik aja. Batinnya menyemangati.
Senyumnya semakin lebar saat melihat kedua gadis yang berjalan didepannya. "Kinar! Letta! Tungguin gue!" Teriak Alexi mengangkat tangan kanannya, melambai. Dia berjalan cepat- setengah berlari -menghampiri Kinar dan Letta yang memasang muka heran.
"Lo gak bawa motor?" Tanya Kinar menatap Alexi yang tengah mengatur nafasnya akibat berlari tadi.
Setelah nafasnya kembali normal, dia mengangguk pelan. "Naik angkot."
Mulut kedua teman Alexi membentuk huruf 'O' besar hingga salah satu dari mereka menyeletuk bertanya. "Lo udah ngerjain tugas?"
Cengiran khas Kinar membuat yang bertanya berdecak sebal lalu menoleh kearah Alexi. "Temen lo tuh."
Bukannya marah, Kinar malah memeluk Letta dengan erat. "Jangan kek gitu dong, kakak. Kan aku adikmu."
"Najis!"
Kekehan dari Alexi mengundang decakan tak terima dari Letta. Namun sedetik kemudian ketiganya tertawa kecil hingga tak menyadari ada seorang lelaki yang berdiri tegak dibelakang mereka.
Tanpa adanya aba-aba, lelaki dibelakang memegang tangan salah satu dari ketiganya dan berjalan cepat yang -entah kemana- tujuannya.
Alexi, gadis yang digandeng oleh lelaki berjaket hitam itu hanya mengikuti langkah seseorang didepannya tanpa berontak. Gadis itu tersenyum ketika bau parfum dari lelaki itu masuk idera penciumannya. Hanya satu nama yang terlintas di pikiran Alexi tentang siapa lelaki didepannya itu. Galang.
"Lo Galang, kan?" Alexi membuka suara dengan bertanya.
Hening.
"Lo kemana aja, Lang? Gue khawatir sama lo. Gue nyariin lo. Kenapa lo gak ngabarin gue dua hari ini?" Gadis itu menumpahkan segala pertanyaan yang selama ini berkecamuk di otaknya.
Galang berhenti. Dia membalikkan tubuhnya menghadap Alexi dan meletakkan telunjuknya di mulut gadis itu. "Gue bakalan jelasin semuanya. Ikut gue." Tangan lelaki itu menggenggam tangan Alexi dan kembali berjalan, menghiraukan bel masuk yang sudah berbunyi.
"Lo jawab pertanyaan gue, Lang." Desak Alexi saat mereka berada di rooftop sekolah, tempat yang jarang diketahui oleh para siswa.
Galang menghela nafas panjang. Tangannya terulur menyingkirkan anak rambut Alexi yang menutupi wajah cantik pacarnya itu. "Gue mulai darimana?"
"Lo kemana?"
Helaan nafas kembali terdengar di indera pendengaran Alexi. Gadis itu menolehkan kepalanya menatap Galang yang tengah menunduk. "Lo kemana?" Ulang Alexi disertai dengan tatapan ingin tahu.
"Gue ke Aussie." Lirihnya membalik badan dan terduduk di lantai. Dia melempar tasnya ke sembarang tempat.
"Ngapain?" Tanya Alexi tanpa mengikuti Galang yang duduk di lantai. Dia lebih memilih menatap seorang guru berbadan gempal yang sedang memarahi siswa-siswa yang terlambat.
Galang berdiri. Dia memutar tubuh mungil gadis itu dan memeluknya erat. "Gue sayang sama lo. Jangan tinggalin gue apapun yang terjadi. Gue mohon, Alexi. Gue mohon."
Gadis yang dipeluk hanya terpaku. Otaknya menjadi lamban hingga tak tahu harus berbuat apa saat ini. Alexi membulatkan matanya ketika merasakan basah di bahunya. Apakah Galang menangis?
"Lo kenapa, Lang?" Tangan Alexi terulur mengelus punggung Galang. Hal itu membuat lelaki itu memeluknya semakin erat.
"Gue mohon, Xi. Jangan tinggalin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxi [Completed]
Fiksi Remaja"Kalo lo udah jadi pacar gue, bakal gue pastiin lo ganti status," ucap Galang tiba-tiba memecah keheningan. "Jadi apa?" Alexi bertanya setelah ia membalikkan tubuhnya menghadap lelaki itu. "Jadi istri gue." Jawabnya sambil menunduk dan menatap tepat...