7. Kapan?

5.1K 506 49
                                    

"Maaaa, Yuri pengen lagi!!!"

"Besok kita beli lagi ya."

"Tapi aku maunya sekaranggg."

"Yuri jangan gitu dong. Kita beli lagi besok. Kakak janji."

"Gak mau, Yuri pengen sekarang!"

Yuri terdiam mematung melihat dirinya sendiri yang tengah merengek itu.

Kilasan masa lalu yang selalu datang padanya setiap malam.

Dan kilasan itu berganti!

"Dasar anak manja!"

"Gara-gara lo kita semua kehilangan Mama!"

"Lo itu cuma sampah keluarga!"

"Seharusnya yang mati itu elo!"

"Lo gak pantes hidup!"

Yuri menutup telinganya rapat-rapat. Tapi serapat apapun ia menutupnya, suara-suara itu tak pernah berhenti dan menghilang.

"Stoppp, aku mohon berhentiii... Hiks... Berhenti! Aku mohon," ucapnya terisak dan semakin menenggelamkan tubuhnya pada sudut tergelap.

"Yuriii, bangun. Astaga, Yuri. Lo kenapa nangis. Yuri bangun, Yur!"

Yuri langsung terbangun, napasnya terengah. Tangan itu menyentuh pelupuk matanya sendiri, terasa air mata yang menggenangi pelupuk matanya dan telah menganak sungai pada pipinya.

"Yuri, kamu gak papa kan?" Yuri segera mengangkat kepalanya. Terlihat temannya Hyurin dan Dokter Saera yang menatapnya khawatir.

Yuri hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya pelan. "A-aku gak papa kok."

"Nih, minum dulu biar kamu tenang." Dokter Saera memberikan Yuri teh manis hangat.

"Aku... Aku m-mau ke kelas."

"Kamu yakin? Kamu barusan tidur sambil histeris gitu loh. Jangan maksain diri."

"Aku udah gak papa kok. Hyurin ayo! Permisi Dokter, makasih udah rawat Yuri." Hyurin hanya menuruti dan membantu Yuri turun dari kasur lalu memapahnya.

'Kayaknya ada yang gak beres. Dia sampe histeris sama nangis gitu,' batin Dokter Saera masih dengan menatap ke arah pintu dimana Yuri berlalu pergi dengan temannya yang membantu.

***

Bel berbunyi nyaring. Semua bersorak karenanya. Tapi tidak dengan Yuri. Ia masih terlihat diam tak bergerak.

"Yuri, ayo pulang!" Hyurin sedikit menggoncang tubuh Yuri.

"Eh, p-pulang?" Hyurin mengangguk. Yuri langsung mengedarkan pandangannya dan ternyata kelas sudah hampir kosong.

"Ayo!" Yuri buru-buru membereskan barang-barangnya dan ikut keluar dari kelas.

"Mau kemana?" Yuri yang masih menunduk untuk mengecek barang-barang di tasnya mendongak lalu menatap sekitar. Dan Yuri tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

"Yaampun, beruntung banget Yuri punya Abang."

"Iya, udah ganteng perhatian pula."

"Gue jadi iri, Abang gue gak pernah kayak gitu."

Yuppp, image Tiga Kakak Yuri selalu menjadi yang terdepan. Dimanapun dan kapanpun. Yuri sudah menduganya. "Ayo, kan lo lagi sakit. Nanti kalo lo jatoh di jalan kita yang dimarahin Papa." Chanyeol merangkul Yuri.

Yuri hanya diam dan pasrah saja dengan semua perlakuan yang diterimanya. Sudah terlalu biasa.

Mereka akhirnya berjalan beriringan di koridor yang masih ramai. Menjadi pusat perhatian yang selalu mereka inginkan. Tapi tidal dengan Yuri.

Yuri sesekali menatap ketiga kakak nya secara bergantian. Dapat ia lihat senyuman yang terpatri di sana saat ada orang yang menyapa mereka.

"Kapan senyum itu tertuju padaku?"

Pertanyaan yang hanya bisa Yuri pendam dalam hatinya.

"Gak, kamu hanya sampah! Gak akan pernah mereka tersenyum saat melihat sampah sepertimu!" Yuri berhenti berjalan dan meringis saat mendengar suara itu di dalam kepalanya.

***

Kapan kapan kapannnn?

Aduhhh, sedih ane😢

Ps: ingat chapter ini? Setengahnya gue rombak, dan ini adalah awal dari semua perbedaan ADK yang lama dengan ADK yang baru.

Selamat menikmati perjalanan dari kapal ADK.
See you in next chapter

Oh ya, ini gue persembahkan buat tiur. Nak, ini hadiah dari emak nak. Maaf telat banget, sinyal eror semalem♥

18 July 2018
Rinmy98

Revisi: 11 Okt 2018

Aku & Kalian (EXO) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang