Apakah aku masih bisa berdiri dengan kekuatanku yang semakin melemah ini?***
Dalam keheningan, Sehun hanya terdiam. Entah kenapa kata-kata yang Yuri igaukan kini membuatnya tidak bisa tidur. Ia menatap tangannya sendiri. Menggenggam pergelangan tangannya di mana tadi Yuri menggenggamnya di sana.
"Apa... Arghhh, gak! Itu setimpal. Dia udah buat Mama gak ada dengan kekonyolannya. Dan itu pantas," ucap Sehun meneguhkan pendiriannya selama ini.
"Gue lebih sakit dari dia. Gue gak akan perduliin dia!" Lalu Sehun mengangguki omongannya sendiri dan berlalu masuk ke dalam kamarnya.
***
Waktu kini telah masuk pada angka empat. Yuri terbaring dengan keringat yang menyelimuti tubuhnya. Bergerak gelisah seakan dirinya ingin bangun saat itu juga tapi kelopaknya tak dapat terbuka. Ingin terbangun tapi kesadarannya masih terikat kuat pada tiang mimpi yang membuatnya tak bisa bangun. Ingin berlari namun ia merasa kakinya terpaku.
Yuri hanya bisa menangis dalam tidurnya. Dadanya sesak seakan semua udara tak mau lagi masuk ke dalam paru-parunya.
Dari luar, Lay yang terbangun dan berniat mengambil minum ke dapur menghentikan langkahnya. Isakan kecil yang terdengar oleh telinganya membuat Lay berjalan mencari sumber suara dan berhenti tepat di depan kamar Yuri. Lay mencoba memfokuskan pendengarannya dan meyakinkan suara itu. Dan ya, itu memang berasal dari kamar Yuri.
Tok tok tok
Lay mengetuk pintu, tapi tak tebuka. "Tak biasanya," gumam Lay lalu mencoba mengetuk pintu itu kembali. Masih tak ada sahutan ataupun respon. Tangannya terangkat dan memutar kenop pintu. Isakan itu masih terdengar. "Yuri..." Lay memanggil dalam gelapnya kamar. Masih tak ada sahutan.
Ia berjalan masuk dan mencari saklar lampu. Menyalakannya dan dalam sekejap, terang memenuhi kamar itu. Terlihat sosok Yuri yang tebaring gelisah di sana. Lay berjalan mendekat, ia tercekat saat melihat wajah pucat itu, tubuh kecil Yuri bergerak gelisah dan menggigil. Refleks, Lay mendekatkan dirinya dan menempelkan punggung tangan untuk merasakan suhu tubuh Yuri.
"Panas banget!" Lay mencoba mengguncang-guncang tubuh Yuri, berusaha membangunkannya. "Yuri, woyyy bangun!"
Namun tak ada respon. Lay berlari kecil ke luar dari kamar dan mencari siapapun saudaranya yang lain yang sudah terjaga.
"Kak...." Lay mengetuk pintu kamar Xiumin berkali-kali hingga sang pemilik kamar keluar dari kandangnya.
"Apa sih? Matahari belom muncul lo udah ngerusuh aja!" gerutu Xiumin dengan rambut acak-acakan dan mata yang setengah terpejam.
"Yuri..."
"Kenapa lagi tuh anak? Gak bangun pas lo bangunin?" Lay mengangguk. "Yaudah sih, siram aja pasti dia bangun." Lay dengan gemas menabok Kakak tertuanya itu.
"Bukan itu!"
"Terus apaan?"
"Dia... Kayaknya sakit."
Xiumin menaikan sebelah alisnya. "Terus kenapa kalo sakit?"
Lay terdiam. 'Kenapa kalo sakit? Kenapa gue perduli?'
Xiumin terkekeh saat Lay adiknya itu hanya diam. "Udahlah, tuh anak palingan sembuh sendiri. Nanti juga dia bangun terus minum obat, sembuh. Lo gak perlu khawatir Lay." Xiumin menepuk dada Lay dan masuk kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu.
Lay akhirnya hanya berjalan kembali masuk ke kamarnya sendiri tanpa ingin kembali berbalik dan melangkah ke lantai bawah. Memaksakan diri agar tak perduli
Dua jam kini telah berlalu. Semua penghuni rumah sudah berada di ruang makan kecuali satu!
"Kemana dia?" tanya Chen yang pagi ini hanya menatap Bibi Ahn yang menyiapkan sarapan.
"Saya tidak tahu. Nona belum keluar kamar!" Chen mengeryit mendengarnya dan semua yang mendengar ucapan itu menatap Bibi Ahn seakan bertanya melewati mata.
Saat mereka bertanya-tanya, tiba-tiba terdengar debuman keras dan suara decit peraduan permukaan lantai dan furniture. Mereka semua segera bangkit dan berjalan cepat ke arah suara. Di sana, terlihat Yuri yang sudah mengenakan seragam sekolahnya tengah terduduk bersender pada lemari dengan tangan yang memegang kepalanya.
"Hufttt. Nyusahin!" gumam Chanyeol.
"Hmmm, seperti biasa."
Suho berjalan mendekat diikuti yang lainnya. "Kenapa?" Yuri hanya menggeleng dengan mata terpejam menahan pusing.
Suho mendecak "Gak papa guys. Biarin aja." Lalu ia berjalan pergi tanpa menghiraukan apapun lagi.
Yuri yang mendengar itu hanya bisa meneguk ludahnya susah payah. Membuka matanya dan menatap sayu pada mereka yang kini berlalu pergi satu per satu.
'Ya, pergilah. Tak perlu perdulikan aku. Aku masih kuat menghadapi ini.'
***
Hayo, makin tajem aja itu bibirnya... Hmmmmm.
Dan ya sudah kubilang, alurnya akan berubah. Untuk pembaca lama mungkin sudah tahu endingnya gmn yang kemarin, TAPI ITU YANG KEMAREN.... alur berganti berarti endingpun berganti. Tentu! Hahaha.
Untuk readers baru, selamat mengikuti terjalnya kekejaman hidup dalam cerita ini.
Papay
20 Okt 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kalian (EXO) ✔
FanfictionBanyak orang bilang ia begitu beruntung. Tapi nyatanya tidak. Banyak orang bilang hidupnya pasti nyaman. Tapi nyatanya tidak *** Plagiat tak diizinkan membaca apalagi meng-copy cerita ini!!! *** Start : 13 July 2018 End : 18 Agustus 2018 Revisi al...