Maaf banget kemaren gak update, pengen banget update sebenernya tapi apalah daya mata gue udah tertutup rapat dari jam tujuh dan bangun-bangun setengah satu malem terus makan gara-gara perut gue tiba-tiba disko.Happy reading guys, semoga part ini cukup bikin kehausan kalian akan cerita ini terobati wkwkwk
***
Ruang inap yang didoninasi warna putih dan hijau menjadi ruangan yang menjadi tempat Yuri sekarang. Yuri masih belum sadar setelah keluar dari UGD semalam.
Beberapa dari mereka bergantian menjaga Yuri, bahkan Suho yang juga sedang dalam masa perwatan meminta pindah kamar ke ruang inap Yuri, hanya untuk menjaga Yuri dua puluh empat jam. Tak bisa dipungkiri, Suho lah yang menjaga Yuri dua puluh empat jam karena dirinya juga dalam masa pemulihan. Yang lain bergantian menjaga Suho dan Yuri. Setiap hari ada empat orang yang menjaga dan dibagi menjadi dua sift. Jadi setiap bagian hanya ada dua orang yang menjaga.
Dari sini kekompakan mereka muncul. Kekompakan antar saudara yang bahkan tak pernah terjadi sebelumnya.
Hari ke dua dan ke tiga telah berlalu, Yuri masih belum sadar.
Xiumin yang saat itu menjaganya mengusap lembut kepala Yuri. "Kamu ketemu Mama ya di sana? Sampe betah banget tidurnya."
Chanyeol yang kini berada di belakang tubuh Xiumin, hanya bisa menepuk bahu itu. Ia ikut merasakan kesedihan yang Kakaknya rasakan.
"Yuri gadis yang kuat, dia gak akan menyerah. Kita harus yakin itu." Chanyeol membuka suaranya.
"Tapi Chan, gue gelisah setiap malam di sini." Chanyeol dan Xiumin menoleh pada Suho yang berbaring di kasur lain dengan jarak setengah meter.
"Gue juga ngerasain itu, Ho. Gue gak bisa tenang tiap di rumah."
"Gue juga."
Hening meraja.
Dalam diam mereka menghela napas masing-masing dengan berat. Mereka masih khawatir dengan Yuri yang tak kunjung sadar.
***
D
ua hari sudah cukup untuk seorang Kim Yixing atau Lay dan saudaranya mengumpulkan bukti. Tidak, nyatanya mereka mengumpulkan bukti kurang lebih seminggu. Dimulai dari kecelakaan yang menimpa Suho lalu Yuri. Dan satu tersangka utamanya, Myunsoo, serta Hanbin dan dua bawahan Myunsoo telah digiring ke kantor polisi. Lay, Kai serta Baekhyun yang ikut serta dalam penangkapan Myunsoo menatap dengan tajam ke arah Myunsoo yang mencoba memberontak.
"Lo akan menerima akibat dari perbuatan lo sendiri!"
"Perbuatan? Perbiatan gue? Memangnya apa yang gue perbuat, hah?" Wajah senga Myunsoo membuat Kai hampir meninjunya saat itu juga jika saja Baekhyun tak menahan anak itu.
"Jangan kotorin tangan lo sama kulit si brengsek ini, Kai. Biarlah jeruji besi yang akan menghantannya dan menyiksa dia sampai otaknya membeku!"
Myunsoo yang mendengar itu semakin memberontak dan ingin menghantam Baekhyun yang kini menatapnya dengan sinia dan seringai menyebalkan.
"Lo..."
"Bawa dia sekarang, Pak!" Lay segera mengeluarkan perintahnya karena tak ingin berlama-lama melihat wajah Myunsoo yang membuatnya ingin muntah.
***
R
umah keluarga Kim sangat sepi, seperti tak ada yang menghuni rumah itu jika saja tidak ada Bibi Ahn yang membersihkannya setiap hari.
Chen berjalan masuk setelah memarkirkan motornya. Langkahnya begitu lesu, apalagi saat merasakan dinginnya rumah yang ia tinggali.
"Gue kangen kehidupan gue sebulan yang lalu." Gumaman dari Chen hanya menjadi angin lewat. Matanya menangkap sebuah pintu yang terbuka, tak lebar tapi itu cukup membuat Chen penasaran dan mengangkat tungkainya untuk melangkah kemana arah netranya tertuju.
Pintu putih yang setengah terbuka itu menampilkan Sehun yang tidur meringkuk di kasur—kamar Yuri— dengan tangannya yang mendekap sesuatu.
Chen melangkah masuk dan menatap lekat wajah Sehun yang menyisakan bekas air mata di pipinya dengan kelopak mata yang membengkak. Chen tahu adiknya ini adalah orang yang dingin dan tak gampang menangisi sesuatu hal. Tapi kali ini... Chen melihat jejak itu di pipinya.
Perlahan tapi pasti, tangan Chen menarik sebuah buku bersampul biru yang didekap Sehun. Ragu tapi penasaran, itu yang dirasakannya saat ini. Chen mengambil langkah mendekati kursi belajar di dekat jendela, mendudukinya dan perlahan jarinya membuka lembar demo lembar kertas putih yang telah terisi.
"Hallo Dunia." Chen mengucapkan dua kata yang ia lihat saat membuka sampul buku itu.
Butuh banyak waktu untuk Chen membaca lembaran putih dengan coretan tinta itu. Tangannya mulai beralih mengusap matanya.
Aku ingin pelukan...
Dari dulu sampai sekarang, setiap harinya.
Apa ada yang mau memelukku? Mungkin tidak karena aku tak pernah mendapatkannya kembali setelah tahun berganti-ganti.
Tapi hari ini? Pelukan itu aku dapatkan. Terima kasih karena Kau telah mengabulkan doaku Tuhan.
Chen mulai meremas tangannya sendiri, menatap lengannya dan bertanya pada diri sendiri. Apa ia pernah memeluknya?
Tatapannya mulai kembali teralih pada lembar berikutnya.
Tuhan, jaga mereka untukku.
Aku menyayangi mereka.
"Kakak juga sayang kamu. Tuhan, jaga dia untuk kami."
***
Masih ingat lembar diary Yuri di cerita yang lama? Gue masih simpen draft itu kok. Dan iniiii, catatan diary Yuri yang gue persingkat karena gue takutnya gak sanggup nulisnya.
Segini aja gue udah ikutan mewek nulis ini.
Cukup menguras emosi gue ternyata.
Sudah ya, gue mau lanjutin mewek dipojokan #NarikBaekhyunKePojokan #NyenderCantikDiDadaBaekhyunPlusMintaPeluk
BYEEEEE
30 Nov 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kalian (EXO) ✔
FanfictionBanyak orang bilang ia begitu beruntung. Tapi nyatanya tidak. Banyak orang bilang hidupnya pasti nyaman. Tapi nyatanya tidak *** Plagiat tak diizinkan membaca apalagi meng-copy cerita ini!!! *** Start : 13 July 2018 End : 18 Agustus 2018 Revisi al...