16. Mulai Berubah

5.9K 541 66
                                    


Sebelum revisi alur, cerita ini cuma berjumlah 17 chapter kan ya. Masih ada yang ingat akhir cerita yang kemaren?

Ok, gak ada yang inget gak papa nanti aku ingetin wkwkwkwk.

Dan sekarang, cerita ini udah sampe chapter 16. Apa mau ditamatin di chap 17 kayak kemaren???



















Banyak yang protes? Sudah kuduga😂😂😂

Tenang, kayaknya sih nyampe ke chapter 20 bahkan lebih. Tapi gak bisa janji cerita ini tembus ke 30 chapter ya karena aku juga pengen cerita ini cepet selesai. Bukan karena aku gak mau ketemu kalian di cerita ini, tapi ceritaku terlalu banyak yang udah berdebu. Kemaren sampe unpub lima dan di draft udah ada kali sampe 20 judul yang terlantar, dan sialnya kemaren gue juga nulis judul baru.
Judulnya BOY. Hadehhhh.

Ok lah ya, cukup sekian curcol ini. Mari masuk ke dalam cerita. Siapkan tisu siapa tahu ingus kalian meler kan. Heuheuuu.

Happy reading, and sorry typo.

***

Hujan mengguyur daratan, menciptakan basah yang menggenang. Di sana, Yuri duduk sambil memeluk kakinya di antara hujan. Tubuhnya telah basah kuyup, bibirnya membiru dan tubuhnya membeku. Ia hanya diam seperti batu, tak bergerak sedikitpun. Sampai keteduhan membuatnya mendongak. Menatap sayu pada orang yang kini berdiri di depannya dengan payung putih yang menaunginya.

"M-Ma... Mama?" suara Yuri bergetar. Tangannya terulur mencoba untuk meraih tangan yang tergantung di sisi tubuhnya. "I-ini..."

"Bangun, Sayang." Suara yang mengalun merdu itu merambat masuk menciptakam genangan di pelupuk mata Yuri.

Wanita itu menumpukan lututnya di tanah basah tepat di depan Yuri. Tangannya terulur menghapus air mata yang tiba-tiba meluncur di pipi.

Netra Yuri menatap tak percaya pada apa yang ia lihat. Tangannya menggenggam erat tangan sang Mama yang entah kenapa bisa ada dk depannya saat ini. Apa mungkin ia sudah mati?

Seakan tahu apa yang dipikirkan putrinya, Yuna menggeleng. "Belum waktunya." Dan dengan meluncurnya dua kata itu, Yuri menggenggam erat tangan Yuna. Ia tak ingin ditinggalkan oleh Sang Mama dan menghadapi kejamnya dunia sendirian.

"Ayo, ikut Mama."

"Kemana, Ma?"

"Ayo." Yuna berdiri dan menggandeng tangan Yuri agar ikut bergerak bersamanya. Dengan tertatih, Yuri berjalan mengikuti Mamanya. Tubuhnya masih basah dan rasanya begitu dingin.

"Lihat!" Yuna menunjuk langit mendung dan Yuri ikut menatap mega yang menghitam dengan tetes air yang masih turun menyerbu bumi.

"Kamu harus seperti mereka." Yuri segera mengalihkan pandangannya pada Sang Mama. Menatapnya heran dan seakan meminta penjelasan. "Kamu tahu kan bahwa hujan itu adalah air yang telah menguap dan berkumpul menjadi awan lalu dijatuhkan kembali ke bumi? Kamu harus seperti mereka, kuat. Mereka selalu naik ke atas langit saat panas mentari menguapkan mereka dan dijatuhkan saat mega sudah tak bisa menampungnya lagi.

"Jadilah seperti air. Jadilah sumber air kehidupan bagi orang disekitarmu." Yuna menatap putrinya yang sedari tadi diam menatapnya. "Hiduplah seperti mereka. Seperti air yang selalu mengikuti alurnya. Seperti udara yang selalu memberikanmu kelegaan. Seperti angin yang selalu kuat menerbangkan udara. Seperti api yang selalu bisa menghangatkan. Dan seperti Bumi yang selalu memberikanmu tempat berpijak."

Aku & Kalian (EXO) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang