Part 21

11.4K 421 8
                                    

Bella pulang dengan membawa buku yang sudah di berikan oleh Elang tadi. Apa maksudnya semua ini? Dulu Aira merebut mantan darinya. Sekarang apa lagi? Aira itu cantik dan polos tapi dia sangat jarang terbuka dengan Bella. Bahkan tentang rumah tadi saja, Bella tidak tahu menahu.

"Dari mana aja lo? Kita udah cari keliling kota tapi gak ketemu-ketemu?." Cecar Rara yang sekarang sudah ada di depan pintu rumah Bella.

"Trus siapa tuh yang anter?." Timpal Sasa.

"Masuk!." Tegas Lauren. Bella sudah seperti tahanan kalo begini. Di introgasi sana sini. Di dinisin kayak anak kampungan. Padahal ia hanya pergi dengan Elang tadi. Lebih tepatnya di paksa Elang pergi dengannya.

Masuk dengan berjalan gontai layaknya seorang bandar yang tertangkap polisi. "Gue gak papa kok."

"Gak papa pala lo peyang. Untung bonyok lo di luar negeri. Kalo disini, habis kita di kurung gak di kasih makan." Cerocos Sasa.

"Bonyok gue nggak sekejam itu kali." Menjatuhkan tubuhnya di sofa. Rasanya lega sekali sudah tidak berurusan dengan mantan. Tapi, Bella masih bingung apa tujuan dari ini semua?.

"Trus apaan yang lo bawa tuh?." Tunjuk Rara ke buku yang sekarang berada di atas pangkuan Bella.

"Kata nya mantan, gue suruh baca."

"Lah? Gak guna amat."

"Gue cuma hargain aja."

"Jangan-jangan cuma jebakan." Panik Sasa. Lauren hanya memutar kedua matanya malas. Tingkah anak ini sungguh berlebihan.

"Jebakan apa maksud lo?." Bella mengerutkan dahi sama juga seperti Rara sekarang. Mereka berdua blank sedangkan Lauren malas menanggapi cerewet nya Sasa.

"Jangan-jangan yang lo bawa tuh bom. Huwaaaaa,,,,, Tiarap." Pekik Sasa. Bella dan Rara saling pandang setelah itu menatap buku yang ia bawa. Bella melempar buku itu serta berlari menjauh dengan Rara. Meloncat-loncat tidak jelas.

"Woyyyy,,, diem nggak?." Lauren tadi sempat terbahak tapi mereka bertiga tetap saja bertingkah seperti anak kecil yang main petasan.

"Ren,,, coba liat deh. Apa isi nya?."

"Bawel."

Lauren mengambil buku yang tergeletak di lantai. Mata Lauren menajam, rahangnya mengeras, ini pertanda yang tidak baik.

"APAAN YANG LO BAWA INI, LA?." Teriak Lauren. Dia marah mengingat bagaimana tidak tahu malunya Aira dulu. Walaupun ia hanya pernah bertemu dengannya sekali, Lauren tahu kalo anak itu hanya lah polos di wajah saja.

Teriakan Lauren sampai membuat Rio dan Reo lari ke ruang keluarga. Sebenarnya mereka hari ini pulang pagi jadi mereka berdua memutuskan hanya menunggu di rumah saja karena Bella tidak di rumah. Tapi, sekarang malah teriakan Lauren yang terdengar.

"Itu dari Elang, Ren." Lirih Bella.

"Woyyyy,,, apaan nih teriak-teriak. Lagi asik-asik dengerin musik juga." Sewot Rio.

"Bacot." Rio diam. Seperti ada yang sakit gitu? Kayak ada bangsat-bangsatnya. Rio itu gak bisa diginiin bang. Anjayyyyy.

"Lah. Marah." Lesu Rio.

"Ada apa Bel?." Reo mencoba menengahi pertengkaran mereka.

"Elang balik. Dia udah balik. Kemarin dia ngajak gue balikan. Tapi, sekarang malah gue di kasih buku. Tuh." Menunjuk buku yang sekarang di pegang oleh Lauren.

Rahang Reo dan Rio mengeras. Ia ingat betul saat berani nya cowok itu mencium sahabat Bella di depan adiknya. Tangan mereka berdua mengepal, membentuk tinju yang siap menghancurkan siapa pun.

"Mana?."

"Siapa?." Bella tanya balik ke Reo.

"Elang?."

"Gue nggak tahu bang. Dia nggak ngasih tahu rumahnya. Cuman gue di ajak ke rumah Aira tadi." Jelas Bella.

"Sekarang jangan ganggu gue di kamar. Byeeee." Lanjut Bella. Menyaut buku yang di pegang Lauren dan lari ke kamar atas nya. Membanting pintu serta menguncinya.

Membuka buku itu saat ia sudah berada di atas kasur. Buku kusam seperti ini apa masih bisa di baca? Gak ada yang sobek gitu? Atau luntur mungkin?. Pikir Bella.

Tapi ketukan pintu justru terdengar dari luar. "La bukain pintu?." Itu suara Lauren. Tumben. Pikir Bella.

"Paan?." Bella hanya membuka setengah pintunya. Tidak berpindah ataupun meminta Lauren untuk masuk.

"Maafin gue ya." Suara Lauren melembut tidak seperti bentakan tadi. Ada apa gerangan?.

"Kenapa?."

"Karena gue udah bentak lo tadi."

"Cuma itu?." Alis sebelah Bella menaik mencari sesuatu yang lain dari Lauren.

"Lo marah ya?." Lauren menundukan kepalanya. Biasanya orang dingin dan datar tuh ego nya tinggi ya. Tapi, Lauren justru sebaliknya jika bersangkut paut dengan sahabatnya.

"Nggak. Hahahahaha,,,,," Tawa Bella menggelegar sampai perutnya pun ikut sakit. Jangankan perut, air mata pun ikut jatuh karena terbahak melihat wajah Lauren sekarang. Lauren blank. Kenapa Bella ketawa coba? Apa yang lucu?. Batin Lauren.

"Gue cuma ngetes aja kali. Hahaha,,,," Bella tetap tertawa melihat wajah Lauren yang sekarang sadar dengan tingkah apa yang di lakukannya.

"Owh,,, udah berani ya sama gue. Rasain nih." Lauren mendekat dan menggelitiki Bella. Bukan Lauren saja sekarang, bahkan Rara dan Sasa pun ikut bergabung atas suka cita membantu seperti ini.

Setidaknya dengan begini mereka bisa sejenak melupakan apa yang terjadi. Tapi, takdir gak ada yang tahu kan gimana kelanjutannya? Cuma Allah yang tahu ini semua. Apa yang terjadi? Dan selanjutnya tentang kisah ini?

Sejenak berfikirlah untuk memikirkan orang lain. Kita sebagai manusia, tidak pantas menilai sesama manusia. Karena pada dasarnya semua kelebihan itu hanya milik-Nya dan kesempurnaan manusia itu hanyalah titipan-Nya.

Seseram-seramnya hantu. Masih seram sifat dan hati manusia yang buruk. Pada dasarnya kita adalah makhluk hidup yang sempurna di dunia ini. Tapi, sifat dan hati kita tidaklah sesempurna itu. Dan pada akhirnya semua akan melakukan keburukan.

☕☕☕☕

Uppp!!! Doain yang bagus" aja. Sering-sering vote dan comment ya. Thank buat yang baca. Dan sorry for typo.

-Oke See U

😊😷

AL AL GANG [Complicated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang