Happy Reading....
Hari itu, hari dimana aku memanggilmu dengan nama yang aku buat sendiri, karena aku tidak berani menanyakannya sekalipun pada temanku.
Adel Kembali pada rutinitasnya menunggu di halte, menunggu bus untuk mengantarkannya ke sekolah. Dia menikmati semua pilihannya, bersekolah di SMA Favorit, masuk jurusan IPA walaupun pada awalnya ia merasa kesulitan menjalaninya, tapi siapa sangka dia sudah berhasil melewatinya selama dua tahun terakhir ini. Tersisa kurang lebih enam bulan lagi dia akan lulus dari SMA Halim.
Dengan meluruskan kedua kakinya ia menaruh tas di atas kedua pahanya. Dia lupa melakukan penggeledahan selama liburan. Jangan tanya kemana saja dirinya selama dua bulan liburan. Salahkan saja drama korea yang membuatnya ketagihan dan akhirnya melupakan pekerjaan. Adel memasukan satu tangannya dan mengeluarkan segala sampah, dari kertas kerpean, gambaran ketika sedang bosan mendengarkan penjelasan guru, nomor cowok, dan beberapa surat cinta. Bukan ia yang meminta lebih dulu melainkan merekalah yang memberikannya secara cuma-cuma berharap Dirinya akan menyimpan nomor mereka atau mungkin menguhubungi mereka lebih dulu. Adel dibuat tertawa, ia tidak mau melakukan itu semua.
Adel dibuat kaget ketika seseorang menyenggol ujung sepatunya. Cowok itu berjalan begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Matanya mengikuti setiap gerak-gerik dan berhenti saat cowok itu memutuskan untuk duduk di ujung dengan menyenderkan kepala di tiang dan menutup kepalanya dengan tudung hoodie yang dikenakannya. Setelahnya Ia dapat menebak sendiri cowok itu akan memejamkan mata. Ia melirik dari atas sampai bawah, cowok itu memakai seragam sekolah yang sama dengannya, tapi ia tidak pernah melihat cowok yang tengah tertidur itu sebelumnya. Dan ini juga kali pertama Adel melihatnya di halte bus.
Bus tiba, semua orang yang menunggu di halte bersamanya tadi sudah masuk. Adel berhenti di pintu bus karna cowok itu tadi masih tertidur. Melihat hal itu, Adel pun berinisiatif membangunkan dengan menggumpal kertas nomor cowok dan kertas kerpean menjadi satu lalu melemparkannya. Cowok itu bangun dengan wajah bingung bercampur kantuk, Adel terkekeh lalu menggerakan tangannya menyuruh cowok itu untuk segera naik.
Adel mendapatkan tempat duduknya ia kembali membaca surat cinta dan tertawa sendiri ketika membaca rentetan kalimat gombal yang tertulis di sana. Bosan. Ia melirik ke samping, cowok itu kembali tidur bersender pada jendela. Beberapa kali kepala cowok itu bergerak tidak enak ketika bus mengerem tiba-tiba atau menapaki jalan yang tidak rata.
Adel geleng-geleng kepala melihatnya tidak merasa terganggu sedikitpun, "Dasar tukang tidur."
Adel memasang earphonenya mengalihkan pandang ke jendela bus sambil bersenandung pelan mengikuti lagu yang ia putar. Cuaca pagi ini sangat cerah, sepertinya anak-anak akan kembali mengeluh saat upacara nanti. Mereka memang selalu begitu, panas salah hujan pun salah.
***
"Yahhhh..kita gak sekelas lagi"
Adel menarik Kaila menjauh dari gerombolan murid yang juga ingin mencari kelas mereka di papan pengumuman.
SMA Halim memang selalu me-rolling para muridnya setiap tahun, alasannya agar siswa dapat mengenal yang lain.
Adel merangkul bahu Kaila, gadis bertubuh mungil yang mendapat julukan adiknya karna selalu menempel padanya dari kelas X dan sekarang mereka harus terpisah di kelas XII.
"Kali aja ada cogan di kelas lo, kan kemarin kelas kita kebanyakan murid ceweknya," berusaha membujuk Kaila.
"Iya sih, Malven satu kelas sama gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Us (Tersedia di play store)
Teen Fiction[longlist Wattys 2018] Mario, katakanlah ia manusia termalang di dunia. Menjalani kepahitan hidup sendirian. Sampai sebuah takdir mempertemukannya dengan Adel, gadis itu telah mengubah hidupnya menjadi lebih manis. Adelia, ia tak pernah...