Happy Reading...
"Aku tidak tau hujan turun hari ini melambangkan bahagiaku atau mewakili rasa sedihku. Tawamu hari ini bersamaku mungkin hanya peralihan saat dia tidak ada"
Hari ini Adel diminta kedua orang tuanya untuk pergi kesekolah menggunakan sendal saja karena kakinya diperban. Sebenarnya ia bisa saja memakai sepatu, tapi memang orang tuanya saja yang lebay. Ia menuruni anak tangga mencari Mario yang beberapa hari ini sulit ia temui karna cowok itu selalu datang tepat saat bel berbunyi dan pulang terburu-buru. Adel semakin mempercepat langkahnya ketika matanya menangkap punggung Mario. "Mario!"
Mario menoleh dan matanya langsung terfokus pada kaki Adel serta sendal pinknya. Ia baru melihat hal itu setelah seharian sekolah. Adel berdiri di depannya dengan menampilkan senyum lebar dan meringis perih akibat menuruni anak tangga dengan cepat-cepat. Mario mengeluarkan sticky notes tapi langsung direbut oleh Adel. "kita gak perlu ini lagi karna gue udah bisa bahasa isyarat"
Mario mentest kemampuan Adel. "Kenapa lari-lari tadi?"
Adel mencerna sebentar kemudian membalas, "Gue udah makan kok" Mario tertawa, Adel pun ikut tertawa tapi tidak tau apa yang ia tertawakan. Mario menarik bahunya untuk berbicara sambil berjalan karna mereka telah menghalangi jalan. "Tadi lo nanya gue udah makan apa belum kan?"
Mario mengiyakan saja lalu menulis di sticky notes. "Kapan mau belajar?"
Adel mencoba kemampuan bahasa isyaratnya lagi. "Hari ini, Kalo lo gak sibuk"
"Bener kan? Lo tadi nanya kapan mau belajar kan?"
Mario menggelengkan kepala menyalahkan. Adel mendesah, padahal ia sudah belajar dari Jesslyn ditambah juga belajar di rumah sampai-sampai ia melakukan bahasa isyarat dengan Fadil dan Della yang tentu saja tidak dimengerti oleh orang tuanya. Bahkan Fadil sempat menyangka dirinya sudah gila.
"Bercanda. Iya gue nanya itu"
Senyum Adel kembali cerah, "Jadi, kita mulai belajar hari ini?"
"Iya"
"dimana?"
"Studio foto. Gak papa?"
"Gak papa. Bisa kan gue?" Adel menepuk dadanya bangga dan menerima usapan dikepala dari Mario.
Untuk kedua kalinya Adel menaiki mobil Mario. Kembali diingatkan pada momen dimana dengan lancangnya ia memeluk Mario. Adel segera memasang seatbeltnya berusaha membuang ingatan manis memalukan itu.
Mario menaruh tasnya di belakang dan menyalakan mobil. Katanya cowok yang lagi nyetir itu keliatan seksi. Benarkah? Selama ini Adel tidak menemukan keseksian pada diri Fadil ketika menyetir mobil. Adel terkekeh geli sendiri dengan pikiran bodohnya itu.
"Kenapa?"
"Ha?" Adel menggeleng, "gak papa" jawabnya dengan tersenyum. Adel memainkan hp nya yang masih belum memiliki kuota. Ia malas mengisinya lagipula ia hanya akan memainkan hp ketika di rumah menggunakan wifi. Ketahuan deh jika ia jomblo.
Ekor matanya melirik Mario, ke lengan Mario lebih tepatnya. Mengikuti setiap gerakan tangan Mario distir kemudi "Astagfirullah!!!" Adel mengusap wajahnya.
"Kenapa lagi?"
"Engga ini anu," perutnya berbunyi, "gue laper. Iya, gue laper deh kayaknya hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Us (Tersedia di play store)
Teen Fiction[longlist Wattys 2018] Mario, katakanlah ia manusia termalang di dunia. Menjalani kepahitan hidup sendirian. Sampai sebuah takdir mempertemukannya dengan Adel, gadis itu telah mengubah hidupnya menjadi lebih manis. Adelia, ia tak pernah...