Happy Reading...
"Aku sudah tau namamu, dan sepertinya takdir ingin aku lebih dekat denganmu"
"Ibu akan kasih kalian tugas kelompok."
"Aaaa...."
Bu Laila menggeleng melihat tingkah muridnya yang tidak berubah dari kelas X, "Gak usah ngeluh. Tugasnya gampang cuma menjawab soal-soal try out tahun kemarin."
"Tugasnya sesuai mapel UN yang kalian pilih, satu kelompok hanya terdiri dua orang saja karna ibu gak mau terjadi kasus yang sering ibu dengar bahwa hanya satu yang kerja dan yang lain kelompok bermain mobile lagend."
"Kelompok pertama, Biologi satu Siska dan Sisi."
Siska dan Sisi saling dorong karna tidak mau mengambil kertas tugas mereka. Lalu setelah mendapat pelototan dari Bu Laila Sisi pun maju.
"Fisika satu Sarah dan..."
Sarah menajamkan telinganya begitu pula dengan yang lain.
"Bobby," lanjut bu Laila.
Sarah menyenderkan punggungnya lalu Siska yang duduk di sebelahnya langsung mengipasi. Ibob mendapat tepukan punggung dari Juan, Julian dan Nuel ketika maju mengambil kertas tugas kelompok miliknya dengan wajah senang karna akan berpasangan dengan Sarah.
"Biologi dua, Imanuel dengan Juan."
Nuel berhigh five ria dengan Juan, lalu ia maju mengambil tugas kelompok dan menaruhnya begitu saja di meja Juan "Nanti aja kerjainnya"
"Nuel!" tegur bu Laila.
Nuel nyengir lebar dan berlari ke meja Juan mengusir Julian agar ia bisa duduk di sebelah dengan Juan, "Ini kita mau kerjain bu. LANGSUNG SEKARANG!"
Bu Laila tersenyum sedangkan Juan memasang wajah seakan ia tidak pernah mengenal siapa Nuel.
"Kimia satu, Adelia dan Mario."
Adel yang tengah menggambar di kertas belakang buku barunya langsung kaget ketika mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh ke belakang, menatap Mario yang diam saja. Adel pun maju ke depan mengambil kertas tugas. Dan sekarang ia bingung apakah ia harus menghampiri Mario memberikan tugas kelompok atau ia saja yang mengerjakan sendiri? Tidak. Ini bukan ide bagus, ia lemah dengan pelajaran Kimia. Sepertinya ia harus memberikan tugas kelompok ini pada Mario dan mengajaknya untuk mengerjakan bersama.
"Ibu kasih waktu dua hari, selesai tidak selesai harus dikumpul."
"AAAAAA....." teriak Nuel sambil mengajak yang lain mengikutinya juga. Namun, tidak satupun dari mereka yang mengikuti.
"Adelia?"
"Iya bu?"
"Kamu bertugas mengumpulkan tugas ke meja ibu."
"Iya bu"
Ketika jam istirahat tiba semuanya langsung berlarian ke kantin, ke lapangan dan ada juga yang mojok. Adel mengambil tugas kelompok yang ia taruh di laci lalu berjalan menghampiri Mario yang beranjak ingin pergi entah kemana.
"Sebentar," cegahnya.
Mario menatap Adel dengan wajah bertanya. Adel menatap balik, ini pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Mario. Dengan mendongakkan sedikit kepalanya agar dapat melihat Mario karna tingginya hanya sebatas dada Mario, ketika berhasil melihat Mario ia berpikir bahwa ia sudah berada di Korea karna wajah Mario nyaris seperti boneka hidup. Tidak secantik layaknya cowok korea. Tampan dan manis? Entahlah. Mario memiliki rahang yang tegas, mata yang teduh dengan bola mata coklat terang ditambah bulu mata yang panjang dan alis tebal.
Adel menyerahkan tugas kelompok Kenapa tiba-tiba tangannya bergetar?
"Kita satu kelompok, lo yang pegang atau gue? Kita kerjain ini dimana?" Adel langsung bertanya to the point.
Dan menunggu Mario membuka suara, jika suaranya bagus maka lengkap sudah.Mario menerimanya, tangannya mengambil sticky note dari sakunya lalu menulis di atas meja dengan sedikit menundukkan badannya.
Adel masih menatap Mario, bahkan wajahnya dari samping sudah enak dipandang. Hidung mancung yang nyaris sangat rapi, juga bibir yang berwarna peach. Kulitnya beradu dengan jam tangan hitam yang melingkar di tangannya yang besar.
Mario memberikan sticky note pada Adel. Adel menerimanya lalu membaca tulisan di sana.
"Pulang sekolah. Perpustakaan kota"
Adel mengangguk canggung, "O-oke"
Mario pergi dari hadapannya dengan membawa kertas tugas kelompok dan menenteng sebuah kamera. Kenapa Adel memperhatikan semuanya sedetail itu? Adel menggelengkan kepalanya, guna menyadarkan dirinya.
***
Biasanya Malven akan menghabiskan waktu istirahat dengan bermain basket. Dan jika sudah seperti ini, maka Kaila akan mengajaknya ke kantin modus melihat Malven. Kantin SMA Halim bersebrangan langsung dengan lapangan Basket sehingga banyak murid yang hanya numpang duduk saja untuk menonton.
"Hati hati ntar ilernya netes loh," tegur Adel pada Kaila yang tak memutuskan tatapannya pada sosok Malven.
Kaila menyentuh dagunya memastikan apakah teguran Adel benar adanya, "Del, itu Nuel kan?"
Adel memicingkan mata mengikuti arah tunjuk Kaila, "Iya, kenapa emang?"
"Dia masih jago main basket juga ya ternyata," Kaila melipat kedua tangannya.
Adel mengaduk jus mangganya, "Yaiyalah dia kan mantan kapten basket."
"Kayaknya Nuel ngajak Malven gue tanding deh Del!"
Nuel dan Malven berdiri berhadapan, masing-masing di belakang mereka ada lima cowok lainnya dan dapat disimpulkan bahwa mereka adalah tim. Ibob berdiri di tengah-tengah keduanya menenteng bola basket. Ia memundurkan badannya sedikit lalu meniup pluit dan melempar bola ke atas. Malven dengan cepat meraihnya dan mengggiring bola menuju ring. Nuel mencoba merebut bola yang dikuasi oleh Malven lalu dengan mudahnya memasukan bola itu ke dalam ring.
Awalnya permainan berjalan baik-baik saja, hingga berubah menjadi saling senggol. Julian terjatuh dan Juan membantunya berdiri. Nuel meminta Ibob menghentikan permainan ketika Julian tersulut emosi ingin mendekati Rian dari tim Malven. Nuel menahan bahu Julian dan Malven melakukan hal yang sama pada Rian. Bedanya Malven menepuk pundak Rian seperti tanda terimakasih.
Nuel meminta Ibob melanjutkan permainan. Sengaja tidak terlalu mengikuti permainan dengan fokus menatap tim Malven yang sepertinya sengaja melakukan kecurangan. Lagi ia meminta Ibob menghentikan permainan karna Juan hampir saja terkena lemparan bola.
Dan menghampiri Malven, "Lo sengaja?"
"Apa?"
"Lo sengaja ngelempar bola ke tim gue?"
Malven menerima air minum pemberian salah satu siswi lalu meneguknya kemudian mengembalikannya lagi dengan mengedip, membuat siswi itu berteriak kesenangan.
"Oh, jadi itu alasan lo minta stop permainan? Gue jadi ragu lo pernah jadi kapten basket, masa cara main basket aja lo gak tau," sindir Malven.
Nuel mengepalkan tangannya menahan emosi dan mendekatkan dirinya lagi pada Malven, "Besok. One on one."
Malven mengangkat satu bahunya menjawab dengan enteng, "Oke."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Us (Tersedia di play store)
Novela Juvenil[longlist Wattys 2018] Mario, katakanlah ia manusia termalang di dunia. Menjalani kepahitan hidup sendirian. Sampai sebuah takdir mempertemukannya dengan Adel, gadis itu telah mengubah hidupnya menjadi lebih manis. Adelia, ia tak pernah...