Happy Reading...
"Terkadang jatuh cinta tidak ada bedanya dengan orang gila. Suka senyum-senyum sendiri jadinya"
Adel tidak suka berada disebuah acara yang menuntut dirinya menggunakan dress dan heels selama berjam-jam. Jika bukan karna Fadil yang memintanya untuk ikut ke acara penyambutan kembali Bosnya, sudah ia pastikan dirinya asik menonton drama atau membaca novel di kamar.
Ada banyak anak seumuran dengannya yang sudah akrab satu sama lain. Namun ia memilih menempel pada Della daripada menjalin pertemanan dengan para anak elit di sini. Bukannya minder, ia juga termasuk anak orang kaya hanya saja ia tidak suka cara bergaul mereka yang lebih membanggakan pekerjaan kedua orang tua masing-masing.
Semua tamu diminta untuk duduk begitupula dengan Adel dan Della. Lalu dimana Fadil? berdiri di atas panggung bersama sang pemilik acara.
"Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada para karyawan atas kerja samanya. Khususnya untuk Pak Fadil selaku sekertaris, yang sudah banyak membantu pekerjaan Istri saya ketika menggantikan posisi saya dikantor selama seminggu" Arta mengarahkan tangannya pada Fadil yang tersenyum berterimakasih. Adel tersenyum bangga dan mengangkat jempolnya, ternyata Ayahnya keren juga.
"Hari ini, saya merasa seperti terlahir kembali. Jujur saya merasa bosan berada di rumah sakit selama seminggu yang lebih terasa seperti setahun. Tapi, saya merasa terhibur ketika anak-anak datang menjenguk. Itulah kenapa saya meminta para karyawan membawa anak istrinya malam ini mengingat betapa jarangnya waktu yang kita habiskan bersama mereka. Malam ini juga sangat spesial karna salah satu Putra saya sedang berulang tahun" Arta menarik bahu Mario untuk berdiri di tengah panggung bersamanya. Adel kaget melihat kehadiran Mario di sana. Mario terlihat mempesona dengan setelan jas hitam. Adel tidak memutuskan matanya sedikitpun darinya. Di sebelah kanan Arta ada Malven yang tak kalah tampan dengan setelan jas abu-abu. Mereka bak dua pangeran malam ini. Ini pertama kalinya Adel melihat saudara itu berdiri bersamaan. Bolehkah Adel membayangkan dirinya diperebutkan oleh keduanya? Oh my God, pikiran bodoh macam apa ini.
"Mungkin tidak banyak dari kalian yang mengenal putra saya yang satu ini. Yah, beginilah jika punya anak laki-laki yang sulit diajak ke sebuah acara haha. Tapi, malam ini saya memaksa dia untuk hadir karna malam ini adalah malamnya dia" Mario menyenggol lengan Arta karna sudah berlebihan. Arta tertawa dan menepuk-nepuk bahunya. "Selamat ulang tahun yang ke 18 Mario, semoga apa yang kamu inginkan terkabul dan langkah kamu selalu dimudahkan. Doa itu juga selalu papa panjatkan untuk kalian berdua" Arta merangkul kedua Putra tampannya itu.
"Hadiah"
"Hadiah"
Para tamu bersorak kepada Arta.
"Tentu saja ada. Sini nak" Arta mengajak Mario mendekat pada sebuah tempat yang tertutup tirai. "Ini hadiah dari papa. Hadiah yang kamu takuti ketika kecil dan Papa tau akhir-akhir ini kamu mengingkannya"
Mario menebak hadiah apa yang ada dibalik tirai itu. Kemudian terkaget ketika berhasil menebak. Ia menatap Arta lalu bertanya menggunakan bahas isyarat. "Mobil penjahat?"
Arta tersenyum jahil lalu menarik tirai yang membuat para tamu undangan menganga akan hadiah yang ia berikan. Mario menatap Arta tidak percaya. Arta memberinya sebuah mobil yang ia sebut mobil penjahat ketika kecil namun akhir-akhir ini ia inginkan kini menjadi miliknya.
"Saya masih ingat ketika Mario berusia delapan tahun, dia selalu berteriak takut melihat mobil besar karna menurutnya mobil itu milik para penjahat. Dan akhir-akhir ini saya sering melihatnya menyimpan foto mobil ini di hpnya. Mario bilang ke saya dia ingin travelling dengan mobil ini dan sudah tidak takut lagi dengan mobil besar. Itu membuat saya sadar bahwa dia bukan lagi anak kecil" Para tamu bertepuk tangan mendengarnya.
Dua orang perempuan masuk membawa kue ulang tahun yang besar. Mario kembali berbicara pada Arta,"Pa. Ini terlalu berlebihan, Mario malu. Mario bukan anak kecil lagi yang ulang tahunnya dirayakan"
Arta menjawab pula dengan bahasa isyarat, "Kamu memang masih anak kecil buat papa"
Mario menatap kedua perempuan yang sangat berarti untuknya. Marry dan gadis kepang duanya juga hadir malam ini. Mario tidak bisa menahan senyum bahagianya. Cepat ia meniup lilin ulang tahun bahkan ketika lagu yang dinyanyikan semua orang belum selesai.
Marry maju mendekati Mario dan keduanya saling tatap sebelum akhirnya Marry memeluk Mario dan tidak mengucapkan apapun. Ketika giliran Malven, keduanya saling diam. Seorang gadis mendorong keduanya untuk segera berpelukan dan tidak membiarkan keduanya langsung melepas pelukan.
Adel menatap gadis yang ia lihat tempo hari lalu di studio foto. Mereka bertiga terlihat sangat akrab bahkan Gadis itu menggandeng lengan Mario dan Malven.
Arta menyerahkan kunci mobil kepada Mario."Take it"
***
Katanya acara akan berlangsung sampai jam dua belas malam karna akan ada pesta kembang api dan ini baru jam sepuluh. Adel sudah merasa bosan berada di dalam. Fadil menyuruhnya naik ke atas gedung.
Tak sia-sia Adel menaiki tangga karena lift hanya dapat mengantarkannya sampai kelantai delapan sementara rooftop berada dilantai dua belas. Angin disini sangat kencang dan Adel memutuskan untuk mengikat rambutnya. Ia bersyukur habit buruknya yang menjadikan ikat rambut sebagai gelang akhirnya berguna. Tak sengaja ia melihat seseorang berdiri seperti ingin meloncat. Dengan cepat ia langsung berlari ke arah orang itu dan memeluknya dari belakang.
"Jangan! Lo harus mikir dua kali buat loncat. Nih Gue bilangin ya, kalo lo lompat ke bawah belum tentu lo mati, bisa jadi kaki lo yang patah leher lo patah atau hidung lo yang patah itu lebih serem daripada lo mati langsung. Jadi, please jangan lompat. Lo ceritain deh masalah lo ke gue, gue pasti dengerin dan sebisa mungkin kasih solusinya"
Orang itu berbalik menatap Adel yang tengah memeluk perutnya. Orang itu terkekeh lalu memegang kepala Adel. Adel mendongak melihat orang yang ia peluk saat ini.
***
Malven menangkap kunci motor yang dilempar oleh salah satu pengawal yang berjaga di depan pintu masuk lalu berjalan ke arah motornya. Tiba-tiba ia merasa ada yang menduduki jok belakang motornya. Malven menoleh,
"Mau apa lo?""Udah jalan aja" pinta gadis itu.
"Gak, gak. Lo turun buruan"
Gadis itu menggeleng. Malven turun dan membuka kaca helm full facenya lalu berkacak pinggang, "Lo mau apa sih Kai?"
"Gue mau ikut lo pergi"
"Gak bisa" tolak Malven.
"Kenapa?"
"Lo pakai dress bego"
"Hei kasar! Lo kena hukuman. Hukumannya lo ijinin gue ikut sama lo"
Malven mengangkat kedua tangannya, "Terserah! Gue gak peduli"
Kaila tersenyum puas. Ia melepas heels dan menggantinya dengan sepatu sementara Malven menatapnya. Ia kemudian melepas hiasan dirambutnya dan memberiakan rambutnya tergerai. Malven mulai panik ketika tangannya meraih resleting dress. Refleks Malven membuang tatapannya ke samping. Kaila tertawa geli melihat reaksinya. "oke gue udah siap"
Malven menatap Kaila dari atas sampai bawah dan mengangkat bahu tak peduli lalu kembali menaiki motornya.
Kaila menerima helm yang diberikan oleh seseorang laki-laki lalu naik ke motor melingkarkan tanganya diperut Malven. "Ayo jalan Ven"
"Ck, Lo tau Adel ada sini?"
"I know. Dan dia berpura-pura gak ngeliat gue" Jawab Kaila.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Us (Tersedia di play store)
Teen Fiction[longlist Wattys 2018] Mario, katakanlah ia manusia termalang di dunia. Menjalani kepahitan hidup sendirian. Sampai sebuah takdir mempertemukannya dengan Adel, gadis itu telah mengubah hidupnya menjadi lebih manis. Adelia, ia tak pernah...