1. First

10.6K 726 23
                                    

"Woyy, ambil minum sana!" teriak Yosephin sembari duduk berselonjor di lantai kamar Salwa.

Dirinya sangat lelah seharian ini, karena terus-terusan berpikir di sekolahnya.

"Wawa capeek...." Salwa mengeluh, gadis itu memang sering memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Wawa'.

"Wa, lo itu tuan rumah, seharusnya lo yang ngambil minumnya!" ucap Nanda dengan nada kesalnya.

"Gak mau! Ambil aja sendiri di dapur."

"Cepet ambilinn!!" rengek Yosephin, sambik mendorong kaki Salwa menggunakan kakinya.

Salwa memandang Yosephin malas. "Wawa bilang gak mau Yosephin Xiao Wang!" sahutnya. "Kaki Wawa butuh di manja, jadi ambil sendiri aja minumnya," lanjut Salwa dramatis. Yosephin memang keturunan China, karena ayahnya yang bernama Jackson Xiao Wang lahir di China, meski ibunya orang Indonesia asli.

Nanda memutar bola matanya jengah. "Udah gini aja, gimana kalau kita gambreng?" usul Nanda, yang cukup waras di antara mereka. Nama lengkapnya Charlotte Aviananda Harper anak dari Mark Tuan Harper, keturunan LA.

"Ya udah!"

"Ayo, mulai," ujar Nanda, mendekati Salwa dan Yosephin dengan cara mengesot, karena malas untuk bangkit.

"Tunggu!" teriak Yosephin menghentikan semuanya.

"Apalagi?" kata Nanda mulai kesal.

"Gimana kalau kita adu pukul aja?"

Salwa dan Nanda membulatkan matanya. 'Waras gak sih?' batin Nanda.

"Yang paling pelan mukul, itu yang ngambil minum!" ucap Yosephin semangat.

"Siapa yang mau jadi korban pukulan? Yosephin?" Salwa harus bersabar menanggapi sahabat yang satu ini.

Yosephin menggeleng. "Enggak, kita pukul satu sama lain, Wawa pukul gue." Yosephin menatap Salwa. "Gue pukul Nanda," Yosephin menunjuk Nanda dengan dagunya. "Dan seterusnya."

"Ya udah, kalau gitu apa yang di pukul?" tanya Nanda.

"Bokong," ujar Yosephin seraya tersenyum lebar.

"Oke! Cepet lakuin! Wawa hauss!"  kata Salwa dengan posisi sudah siap untuk memukul bokong Yosephin.

"Tunggu dulu!" Yosephin langsung memutarkan tubuh membuatnya tidak jadi dipukul. "Gue belum siap!" katanya.

"Jangan kenceng-kenceng loh Wa," lanjut Yosephin yang sudah berdiri tegak membelakangi Salwa.

PAKK!

"Lumayan," kata Yosephin enteng, namun meringis setelahnya.

"Kurang kenceng?" tanya Salwa polos.

"Enggak-enggak, udah cukup." Gadis itu menggeleng.

"Sekarang giliran gue," kata Yosephin memutarkan tubuh Nanda.

"Pelan-pelan!" ancam Nanda dengan wajah dinginnya.

PAKK!

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Nanda berteriak lantas mengusap-ngusap bokongnya yang terasa perih.

"Yosephin!! Gue bilang pelan-pelan!!" protes Nanda.

"Kalo gue pelan, nanti gue yang ngambil minumnya," ucap Yosephin sambil mengempaskan tubuhnya di ranjang milik Salwa.

"Dasar licik." Nanda mengumpat. "Giliran gue," katanya ketus.

"Pelan-pelan ya, hehehe."

"Gak ada kata..."

PAKK!

"...ampun," lanjut Nanda.

"Udah jelas 'kan yang kalah siapa?" Yosephin tersenyum miring menyindir Nanda.

"Nanda kalah, ambilin kita minum." Salwa terkekeh. Gadis dengan nama lengkap Salwa Verise Harrison itu merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri hanya karena memenangkan permainan konyol ini.

"Emang pukulan gue gak sakit?" protes Nanda tidak terima.

"Gak sama sekali Nan! Malahan bokong Wawa, kaya di pukul sama bulu sapi," ucap Salwa, tersenyum lebar.

"Cepet-cepet ambilin minum, gue mau jus jambu!"

"Wawa juga!" tambah Salwa, membuat Nanda menghela napas kasar.

"Mentang-mentang badan gue yang paling kurus," dumelnya dalam hati.

Sebutlah mereka dengan orang-orang freak. Hampir semua diantara mereka bertingkah abstrud, kecuali Nanda.

"Oke!" Geram Nanda.

"Udah tau badan gue kurus ini, malah di suruh mukul," oceh gadis itu ketika sampai di dapur. Ia tak lagi bingung dengan tempat-tempat tertentu di rumah Salwa, karena ia dan Yospehin sudah sangat sering bermain di rumah Salwa, begitu pun sebaliknya.

"Ke mana blender nya?" gumam Nanda sembari berjinjit untuk membuka lemari bagian atas.

"Kok gak ada? Biasanya di sini," monolognya.

"Cari apa?" Suara berat pria membuat Nanda menghentikan aktivitasnya. Ia menghela napas lega setelah berbalik dan melihat siapa yang berbicara padanya, setelahnya ia tersenyum ramah.

"Cari blender Om, biasanya di sini tapi 'kok gak ada yah Om?" Nanda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia salah tingkah tiap kali bicara pada Chanyeol, Papa Salwa.

"Ohh, kemarin Om taro di lemari bagian bawah, Om kasihan ngeliat Salwa yang pendek buat ngambil blender itu. Dia 'kan suka bikin jus," kata Chanyeol sambil mengambil blender tersebut.

"Terima kasih, Om Chan." Nanda tersenyum tipis setelah menerima blender yang diberikan oleh papa temannya itu, tentu saja papanya Salwa. Nama lengkapnya Chanyeol Edric Harisson. Orang asli Rusia yang akhirnya memutuskan tinggal di Indonesia karena pekerjaan.

-------

Tbc.

Jangan ditiru ya kejadian pukul memukul tadi, mereka 'kan aneh maklumi aja.

Vomment yup,

Maaf kalau kurang memuaskan, ini karya pertama soalnya. Bacanya santai yah kawan😁

Love, Baby Say

Keluarga Mendadak (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang