6. Sakit

2.6K 286 8
                                    

Chanyeol memarkirkan mobilnya asal, setelahnya membukakan pintu mobil untuk Salwa.

Dengan cepat, ia menggotong tubuh Salwa dengan keadaan tangan Salwa yang terus memeluk erat leher kepala Chanyeol, menenggelamkan kepala pada ceruk leher Chanyeol.

"Bi Iyah, tolong pergi ke sekolah Salwa sekarang!! Bawain semua barang-barangnya!!" teriak Chanyeol, ketika Ia memasuki rumahnya.

Bi Iyah, yang sedari tadi berada di atas, dengan cepat turun menuju ke bawah. Dan menjalankan perintah dari tuannya itu.

Chanyeol menurunkan tubuh Salwa, di ranjang kamar nya. "Kamu istirahat di kamar Papa aja ya, Papa ambilin minum dulu di dapur," kata Chanyeol setelahnya pergi meninggalkan Salwa ke dapur.

Chanyeol kembali ke kamarnya dengan segelas air mineral di tangannya."Salwa, minum dulu gih," ujarnya lembut.

Salwa mendudukkan dirinya, lalu menerima minum yang di berikan oleh Chanyeol. "Makasih Pa," ujar Salwa dengan suara bergetar karena banyak tangis dan terisak.

Chanyeol membelai lembut kepala Salwa. "Wawa jangan nangis lagi yah, lain kali kamu harus lawan dong. Jangan cuma bisa diem sama nangis."

"Wawa udah marah-marah Papaaa."

"Marah-marah kegunaannya untuk apa?"

"Ya, biar orangnya takut."

"Udah jangan di pikirin, biar besok Papa laporin Nanda ke BK," ujar Chanyeol beranjak pergi.

"Pa tunggu duluuuu," rengek Salwa yang membuat Chanyeol berbalik ke arahnya.

"Apa lagi sayangggg?"

"Duduk dulu sini."

Chanyeol menghampiri Salwa, lalu mulai mendudukan  dirinya di tepi ranjang. "Kenapa sayangku, cintaku, Wawaku, kesayangannya Papa Chanyeol...," ucap Chanyeol lebay. Sejujurnya ia lelah dengan pekerjaanya hari ini ditambah masalah yang menimpa anak kesayangannya.

Salwa mengerucutkan bibirnya. "Wawa serius tau Pa...," rengek nya.

"Ya udah apa? Buruan."

"Mmm ... Papa dengerin Wawa ngomong sampe selesai dulu yah?"

"Iya sayangg, kenapa? Ayo dong, jangan buat Papa penasaran!" bentak Chanyeol yang mulai emosi akan sifat anak semata wayangnya itu.

Mata Salwa berkaca-kaca. "Hiks, Papa gak sayang sama Wawa, hiks, Papa malah bentak Wawa," rengek Salwa, diiringi tangisnya.

Chanyeol berdecak. "Wa, jangan main-main. Kali ini Papa serius, cepet kamu mau ngomong apa?"

Salwa menatap Chanyeol dengan tatapan sendunya. "Papa jangan masukin Nanda ke BK yah...," ujar Salwa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dia itu harus di hukum sayang, dia udah jahat sama anak papa. Dia juga ngehianat––"

"Papa belum tau semuanya 'kan?" ujar Salwa, memotong ucapan Chanyeol.

"Apa yang belum Papa tau? Bahkan guru kamu aja, ngeliat dia bentak kamu sayang. Itu artinya Nanda kan yang buli kamu?"

"Nanda nggak bully aku Pa—"

"Enggak kamu bilang? Ooh jangan-jangan dia udah nyuruh kamu buat nutupin ini semua 'kan?!" bentak Chanyeol yang mulai terseret emosi.

"Engga Pa, bukan gitu kejadiannya," ujar Salwa lirih.

Chanyeol menangkup wajah Salwa. "Kenapa baju kamu bisa robek? Bilang sama Papa," ujar Chanyeol, dengan nada yang mulai melembut.

Seketika Salwa kembali terisak, membuat Chanyeol langsung membawa Salwa ke dalam pelukannya. " Ya udah gapapa kalo kamu gak cerita sekarang, Papa akan tunggu sampe kamu cerita," ucap Chanyeol terus mengusap lembut rambut Salwa.

"T-tapi Nan-da?" tanya Salwa, di sela isak tangisnya.

"Biar dia urusan Papa."

"Ta-tapi, Wawa pengen ketemu sama Nanda sekarang,"

Chanyeol melepas pelukannya. "Ngapain kamu mau ketemu dia?"

"Aku masih mau main sama Nanda Pa," ujar Salwa, memelas.

"Walaupun dia udah jahat sama kamu?"

"Nanda gak jahat sama aku pa, Nanda cum––"

"Terserah," ujar Chanyeol dingin, setelahnya bangkit dari ranjangnya.

"Pa––"

"Kamu istirahat yang cukup. Nih ganti baju," ujar Chanyeol yang lagi-lagi memotong omongan Salwa. Chanyeol meletakkan kaos yang sebelumnya sudah dia ambil, di tepi ranjang.

Chanyeol berhenti di depan pintu kamarnya. "Jangan dipikirin terus tentang kejadian yang tadi."

Klek

Pintu tertutup setelahnya.

.
.
.
.

"Pa?" panggil Salwa. Ia ingin mengajak makan malam sang papa.

Tok tok tok

"Pa?" Salwa membuka knop pintu yang ternyata tidak dikunci.

"Pa?" Salwa mendekati papanya yang sedang tertidur.

"Ya ampun Papa!" teriak Salwa setelah memegang lengan papanya. Panas. Kemudian beralih pada keningnya.

"Bi Iyah! Tolongin Salwa!"

––––––

Jangan cringe ya, emang alurnya begini wkwkw

Vomment gays

Baby Say❤️

Keluarga Mendadak (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang