10. Adu Mulut

2K 229 5
                                    

"Tapi temenin...," ucap Yosephin dengan nada membujuk.

"Saya ini pria masa menemani wanita mandi, kamu ga malu sama saya. Kamu sama saya bukan suami istri, dan saya juga bisa habis di keroyok sama papa kamu kalau saya menemani kamu mandi!" jawab Mark yang menurut Yosephin, baru kali ini Mark bicara sangat panjang.

"Ternyata om bisa ngomong panjang juga ya?" bisik Yosephin lalu ia segera berlari ke arah kamar mandi.

Sedangkan Mark ia sedang kebingungan. "Saya emang bisa ngomong panjang dari saya kecil," ucapnya entah pada siapa. "Panjang. Tuh bisa kan," lanjutnya seperti orang tidak waras.

Pria itu akhirnya mendudukkan dirinya di kursi kayu yang sengaja dibuat untuk ia kerja. Ia melihat proposal yang ia dan Jackson buat tadi. Setelahnya ia mengirimkan proposal tersebut pada kliennya. Setelah selesai, ia merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.

Akhirnya Mark memilih untuk duduk di sofa sambil menonton film, entah apa yang ia tonton, tapi adegannya begitu sangat---

"Astaga! Om nonton kartun!" Yosephin yang kini telah selesai mandi heboh sendiri ketika melihat Mark menonton film kartun. Dan Mark tidak menyangka bahwa Yosephin hanya mandi dalam waktu yang sepertinya kuranh dari 15 menit.

Anak kecil.

Yosephin duduk tepat di sebelah kiri Mark. Ia mengambil alih remot TV yang ada di genggaman Mark dan mulai mengganti channel mencari film yang seru.

"Ow ow! Ini diaaa!" pekik Yosephin senang. Ia sudah menemukan film yang seru.

Mark hanya ikut saja, mungkin film horor yang Yosephin nonton seru sampai ia memekik kegirangan. Sesekali Yosephin menutup wajahnya saat hatu dalam film tersebut muncul. Jangan tanyakan ekspresi wajah Mark, ia selalu datar. Padahal jangtungnya sudah berdegup kencang.

Film itu selesai jam setengah dua belas malam. Kini Yosephin tengah kebingungan, ia gengsi untuk mengatakan ini pada Mark--tapi, rasa takutnya lebih mendominasi.

"Ke kamar." Mark bangkit dari sofa.

"Hah? Maksudnya om?" tanya Yosephin tak mengerti.

"Saya pengen ke kamar," jelas Mark.

Baru dua langkah, tangan Mark sudah di cekal oleh Yosephin.

"Om, temenin Yosephin tidur ya..."

***

Setelah berpikir selama berjam-jam, akhirnya Nanda memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar rawat Chanyeol.

Klek

"Salwa?" Suara itu yang Nanda dengar pertama kali. "Salwa," panggilnya sekali lagi.

Tap tap

Pintu terbuka menampilkan Nanda yang berjalan ke arah Chanyeol dengan wajah datar andalannya.

"Kamu lagi! Di mana Salwa? seingat saya, saya memanggil Salwa bukan kamu! Kenapa kamu masih di sini? Saya kan sudah menuyuruh kamu untuk tidak menunjukkan wajah kamu di depan saya lagi!" Marah Chanyeol, tatapan matanya sangat tajam. Menandakan bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Nanda di sini.

"Om belum tidur? Mending Om tidur," ucap Nanda, mengabaikan amarah chanyeol.

"Kamu! Seharusnya kamu menghargai orangtua yang sedang bicara!" geram Chanyeol.

Nanda mengembuskan napasnya kasar, ia menatap Chanyeol yang juga sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Om harus istirahat," ucap Nanda datar.

"Saya gak mau kamu di sini. Saya kan sudah bilang, jangan datang ke sini. Dan siapa kamu nyuruh saya istirahat? Perawat? dokter? anak saya? Istri saya? Kamu gak berhak memerintah saya Nanda, karena kamu bukan siapa-siapa saya!"

"Saya temannya Salwa, dan om adalah bapak dari teman saya, artinya Om bapak saya juga." Nanda sengaja menekankan kata bapak dan teman.

"Teman? Cih! Tidak ada teman yang akan mem-bully temannya sendiri!"

"Saya gak pernah bully Salwa!"

"Bohong! Kamu pembohong! Tidak ada maling yang mau mengakui kesalahannya. Seperti kamu!" Chanyeol menunjuk Nanda menggunakan jari telunjuknya.

Nanda menghela napas, ia berusaha menahan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Terserah om, saya di sini buat jaga Om bukan adu mulut sama Om," pasrah Nanda.

"Bilang saja kamu tidak ingin membahas tentang pem-bullyan Salwa kan? Sudah saya duga pasti kamu yang melakukannya."

Kali ini Nanda juga menatap Chanyeol tak kalah tajam.

"Keluar kamu! Saya gak butuh kamu di sini!" usir Chanyeol kasar.

"Okay, saya pamit." Nanda dengan cepat langsung keluar dari ruang rawat Chanyeol.

Setelah keluar dari ruang rawat Chanyeol, Nanda berjalan ke arah taman belakang rumah sakit. Langit sudah sangat gelap, namun dengan keberadaan bintang dan bulan langit terlihat begitu cantik dan bersinar. Hal itu sukses membuat emosi Nanda mereda, tapi tidak meredakan kekesalan Nanda terhadap Chanyeol.

"Nanda?"
________

Ok nulis chap ini butuh perjuangan :')

Emng ga pajang tapi proses nya sungguh menyebalkan. Dan aku kesal. Sangat kesal.

Sedikit info, untuk yang pengen tau nama asli mereka, kalian bisa baca chapter satu yaa, karena baru selesai revisi, terimakasih :)

Keluarga Mendadak (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang