4. Bully

3.4K 339 2
                                    

Hari ini, mereka; Salwa, Yosephin dan Nanda, menjalani aktivitasnya sebagai siswa di SMA 92 Bangsa. Entah ini takdir atau nasib, mereka selalu bersama selama tiga tahun, alih-alih merasa bosan, mereka malah merasa senang. Siapa yang bosan dengan sahabat, jika bosan berarti tidak setia.

"Wey, mau ke kantin gak?" tanya Yosephin sembari bangkit dari duduknya.

Sembari memegangi perutnya, Nanda berkata, "Hayuk lah, cacing perut udah pada demo."

"Yuk, Wawa juga udah laper," sahut Salwa.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan pergi ke kantin bersama. Saat sampai di kantin mereka membagi tugas, ada yang memesan makan, ada yang memesan minuman dan ada yang memboking tempat.

Nanda datang membawa tiga minuman dan menaruhnya di atas meja. Tak lama, Yosephin datang membawa makanan yang mereka pesan. Mereka makan bersama diiringi obrolan hangat dan candaan yang membuat mereka tertawa. Dari yang berbobot sampai yang sama sekali tidak penting untuk dibahas.

Tak terasa bel masuk telah berbunyi, mereka segera kembali ke kelas karena setelah ini guru yang dicap killer lah yang mengajar.

"Asdfghjkl, demi apa guru nya rapat?!" geram Yosephin.

Ya, saat meteka sampai kelas tadi mereka mendapat kabar dari teman sekelas bahwa semua guru sedang rapat. Tentu saja hal itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk para siswa.

"Baguslah, PR belum dikerjain," ucap Nanda lega.

"Mmm... Nanda pinter amat sih, sampe PR aja belum dikerjain," ucap Salwa sambil menjewer telinga Nanda dengan kencang.

Nanda meringis. "Aduh... sakit Wa... sakit!" katanya sembari berusaha menjauhkan tangan Salwa.

Akhirnya Salwa melepaskan jewerannya pada telinga Nanda membuat telinganya menjadi merah.

Tiba-tiba ada seorang siswi yang memanggil Yosephin.

"Yosephin?" tanyanya saat Yosephin sudah berdiri di depannya.

"Iya, ada apa?"

"Tadi di panggil bu Risa, katanya selesaiin ngoreksi tugas. Bu Risa lagi rapat, tugas nya ada di atas meja," ucapnya.

"Oke, makasih," balas Yosephin.

Setelah itu Yosephin menghampiri Nanda dan Salwa.

"Kenapa?" tanya Nanda.

"Suruh ngoreksi tugas."

"Wawa gak mau bantu, Wawa mau jalan-jalan aja sama Nanda. Yuk Nanda!" ujar Salwa seraya menarik lengan Nanda meninggalkan Yosephin dengan muka ditekuk.

Dalam hatinya, Yosephin sudah memaki-maki kedua sahabatnya itu.

"Ke mana?" Tanya Nanda pada Salwa.

Salwa yang mengerti apa yang di maksudkan oleh Nanda hanya mengedikkan bahunya. Nanda menghela nafas, ia melepaskan tangan Salwa yang sedari tadi menggandeng tangannya.

"Wawa tunggu sini, Nanda mau beli minum," ucap Nanda tanpa menunggu balasan dari Salwa.

Salwa hanya menurut, ia duduk di bangku yang berhadapan dengan lapangan sekolah.

----

"Bu, jus alpukat satu," ucap Nanda pada penjual jus.

Setelah kurang lebih sepuluh menit menunggu, jus alpukat pesanan Nanda datang.

Karena tergoda dengan makanan yang ada di kantin, akhirnya Nanda memesan makanan ringan lalu menemui Salwa.

Betapa terkejutnya Nanda saat ia melihat keadaan Salwa yang jauh dari kata baik. Lengan bajunya sobek, kunciran yang rapi kini sudah tidak beraturan, pipi memerah seperti bekas tamparan, dan air mata yang mengalir sangat deras.

"Salwa!" pekik Nanda. Gadis itu seegra berlari ke arah Salwa yang terduduk di lantai. "Wa, Kok bisa begini? Siapa yang ngelakuin? Koo ini bisa sobek? Kok Wawa nangis? Kok lo gak lawan?" tanyanya bertubi-tubi. Seperti inilah Nanda, menjadi cerewet bila terjadi apa-apa dengan orang tersayangnya.

Melihat Salwa yang terus diam, membuat Nanda semakin khawatir. "Wawa! Jangan diem aja!" bentak Nanda tanpa sengaja, membuat tangis Salwa semakin pecah.

"Wa! Jaw---"

"Nanda!!" teriak'kan seseorang membuat Nanda menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang guru bp yang berjalan ke arahnya.

"APA YANG KAMU LAKUIN KE SALWA!!" bentaknya pada Nanda, membuat Nanda reflek menundukan wajahnya.

"B-bukan N-nanda bu yang lakuin ini ke Salwa," elak Nanda.

"Terus siapa, setan!? Jelas-jelas saya melihat kamu ngebentak Salwa!"

"T-tap--"

"Ikut saya, keruangan saya sekarang!" ujarnya pada Nanda, setelahnya menoleh ke arah Salwa yang masih menangis dengan keadaan wajah yang ditenggelamkan dikedua lutut kaki. "Sayang, ikut ibu yuk, jangan nangis lagi." ujarnya, menenangkan Salwa.

Salwa di rangkul berjalan oleh guru bpnya menuju ruangannya. Meninggalkan Nanda yang masih menunduk, Nanda berinisiatif untuk menelfon Chanyeol. Karena khawatir pada keadaan Salwa.

"Hallo Om, ini Nanda. Salwa di bully Om," ucap Nanda to the point.

Setelah itu sambungan terputus secara sepihak.
________

Tbc

Thankyou so much for vote.

Keluarga Mendadak (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang