Chapter 31

3.2K 284 68
                                    

**

Harry mengetuk pintu rumah di depannya. Berkali-kali karena tak mendapatkan respon apapun dari dalam. Hingga ia mulai geram dan memilih untuk mendobrak pintu tersebut.

Ia akan memperbaikinya nanti.

Tiga kali percobaan, ia berhasil membuka pintu di depannya. Segera melenggang memasuki rumah dan mencari Olivia.

"Olivia!"

Harry berjalan menuju kamar gadis itu, namun kosong. Ia juga mencari ke seluruh sudut rumah ini, namun Olivia tidak dapat di temukan.

Sampai Harry melihat pintu halaman belakang yang terbuka. Ia berjalan dan terbelalak saat melihat tubuh Olivia yang tergeletak tak berdaya. Darah merembes dari perutnya, sebuah pisau juga terancap tepat pada dada sebelah kirinya.

Harry berjalan dengan tatapan kosong, ia bersimpuh di samping tubuh Olivia. Perlahan, tangannya terulur untuk menyentuh tangan Olivia yang lunglai.

Denyut nadinya sangat lemah.

Menyentuh pisau tersebut, Harry menariknya. Lalu ia meraih ponselnya untuk menghubungi ambulans.

"ITU DIA PAK POLISI!!"

Sebuah suara memasuki indra pendengarannya, Harry menoleh. Ia melihat Lily, teman istrinya dulu dengan beberapa polisi di sekelilingnya.

Polisi itu mendekat, "Bisa anda ikut kami ke kantor polisi, tuan." Tidak terdengar seperti pertanyaan. Itu bahkan lebih seperti perintah.

"Memangnya saya melakukan apa? Jika semua ini karena keadaan Olivia, saya tidak tau apa-apa." Ucapan datar Harry membuat Lily mundur, berlindung di balik tubuh salah satu seorang polisi.

Entahlah, Hanya saja. Ia merasakan aura yang kurang bersahabat jika bertemu tatap dengan tatapan manik tajam itu. Aura mengintimidasi milik Harry, selalu membuat Lily bergetar ketakutan.

"Dia yang telah membunuh Olivia, pak. Harry itu suami dari Olivia, tapi Harry selalu menelantarkan Olivia karena istri pertamanya." Cicit Lily pelan.

Harry mendengus. Ia juga menyesali kesalahannya yang sudah menyentuh pisau tersebut. Karena Harry pikir, Olivia berusaha melakukan percobaan bunuh diri. Tapi kini, ia mengerti.

Jika dirinya~ dijebak oleh wanita ular itu. Amber dan Lily.

"Terserah apa katamu, Lily. Pak, saya akan ikut ke kantor polisi. Tapi setidaknya, anda tangani lebih dulu Olivia. Karena saya rasa, dia belum mati."

Harry melirik Lily yang membolakan kedua matanya.

"Tentu. Ayo, tuan ikut dengan kami."

***

Queen sedang duduk sambil menonton tv di atas karpet bulu bersama kedua anaknya. Ia tidak fokus dengan tayangan film di depannya. Karena menurut Queen, melihat ocehan tak jelas dan interaksi lucu kedua buah hatinya jauh lebih menarik.

"Mmahh... hhmm... " Alex melempar robot-robotan kecil pada Alexis.

Alexis mendongak. Mengerjap dengan sangat menggemaskan, lalu balas melempar adiknya itu dengan mobil-mobilan kecil di tangan mungilnya. Mobil mainan hot wheels yang terbuat dari besi itu terlempar.

Berbeda dengan Alex yang meleset dengan sangat jauh dari perkiraan. Sedangkan Alexis tepat mengenai pipi gembil adiknya. Alex terjungkal kebelakang, dan mulai menangis histeris.

Queen terkekeh, lalu meraih tubuh Alex dan memangku-nya. Karpet berbulu yang mereka duduki sangat tebal, jadi saat anaknya terjatuh ia tidak terlalu panik.

Perfect Husband And Bad Girl  [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang