Chapter 15

3.6K 312 147
                                    

06-06-2018
***

Queen berhenti di ambang pintu rumahnya. Harry sudah berangkat ke kantor beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, ia ada jam kuliah pagi.

Namun hatinya bergemuruh tak tenang. Jantungnya berdegup kencang. Entah apa yang sedang di rasakannya kini. Yang jelas, perasaannya sungguh tak enak.

Menghela nafas. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. "Mungkin ini hanya perasaanku saja." Ia berguman pelan, meyakinkan dirinya sendiri.

Gumpalan awan hitam di atas langit membuat suasana sedikit menggelap. Queen mendongak. Sepertinya akan turun hujan sebentar lagi, ia menunggu di depan gerbang rumahnya. Menunggu taksi yang ia pesan.

Setelah sampai. Ia bergegas masuk kedalam taksi. Sopir taksi itu memakai topi hitam yang sedikit turun, menutupi sebagian wajahnya. Queen menatapnya curiga. Karena ini pertama kalinya ia melihat seorang sopir taksi yang memaki topi di dalam mobil. "Pak, saya berhenti di sini saja." Queen berucap. Perasaannya semakin tak enak.

Masih setengah perjalanan menuju kampus. Sopir itu menghentikan mobilnya, menoleh pada Queen.

Queen tertegun. "Luke?"

"Yes, Baby. Ini aku."

Meraih knop pintu, namun ia tak bisa membukanya. Ia mulai panik, tangannya terulur ingin memukul pria di balik kemudi itu. Namun sebuah sapu tangan di tangan Luke membekap mulutnya. Sesaat, Queen meronta hebat. Namun akhirnya, kesadarannya mulai menipis dan akhirnya menghilang di antara kegelapan.

Seringaian Luke tercetak apik pada bibir pria itu. "Akhirnya~ aku bisa menikmati tubuh indahmu, Queen."

***

Queen mengerjap. Kedua tangannya terbelenggu oleh sebuah kain yang mengikatnya kuat. Sakit. Setiap ia meronta lebih kuat, kedua tangannya justru semakin sakit.

Mata itu tertutup oleh sebuah kain juga. Ia berada di sebuah ranjang King size, Queen dapat merasakan empuk nya ranjang di bawahnya. Jantungnya berdegup kencang. Rasa panik dan ketakutan menghimpit dadanya.

Dingin, ia merasakan dinginnya AC di ruangan ini langsung bersentuhan dengan kulit tubuhnya. Apa ia telanjang? SIAL!!

"LUKE!!"

"BRENGSEK!"

Queen meronta kian kuat. "Lepaskan aku, sialan!"

Tidak ada sahutan. Apa ia di tinggalkan seorang diri. Apa Luke hanya ingin mempermainkan nya saja. Apa sebenarnya yang di inginkan pria brengsek itu darinya.

Suara kasak-kusuk mulai terdengar samar. Namun suara itu terdengar, banyak?

"Sudah sadar, sayang?" Itu suara Luke. Queen meronta kuat, kakinya menendang ruang kosong di depannya.

"Lepaskan aku, brengsek! Kau mau apa dariku, huh?!"

Kekehan Luke terdengar. Di susul beberapa kekehan lainnya, ada pula yang bersiul. Kenapa banyak suara yang berbeda.

"Aku hanya ingin bersenang-senang dengan kekasihku, apa itu salah?"

"Tentu salah, bodoh! AKU BUKAN JALANG!!!"

PLAK!

"Akh!" Queen meringis. Luke baru saja menampar mulutnya dengan sangat keras. Sepertinya akan meninggalkan memar.

"Mulutmu benar-benar minta di hajar, ya? Ckck, jangan panggil aku bodoh, brengsek, sialan. Atau kata-kata apapun sejenisnya." Luke berbisik. Tepat di telinga Queen.

Queen melengos saat hembusan nafas itu kian mendekat. Membuat Luke yang ingin mencium bibirnya hanya mendapatkan pipinya saja. "Menyingkir dariku! Kau memang bodoh! Brengsek! Sialan! Keparat! Bajinga--"

Perfect Husband And Bad Girl  [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang