Chapter 7

4.5K 386 133
                                    

Warning gak ya?
Warning aja deh... eh, ngga deng😆

Happy Reading!

***

Queen sedikit terusik di dalam tidurnya. Keringat membasahi wajah cantiknya yang tampak pucat. Tubuhnya terus bergerak gelisah tak tentu arah.

Ia~ mengalami mimpi buruk.

"D-Daddy... hiks~" Suara lirih itu meluncur dari bibirnya. Perlahan, cairan bening meluncur dari kedua sudut matanya.

Harry, yang berada di sampingnya sampai terbangun. Mendudukkan dirinya, ia menoleh, menatap sang istri yang pucat dengan sorot cemas.

Harry menepuk pelan pipi Queen, "Queen, Hey! Bangun, kau kenapa?" Ucapnya terdengar cemas.

Tidak ada jawaban. Hanya lirihan tak jelas yang meluncur dari bibir istrinya. Harry panik, ia melihat airmata yang mengalir dari sudut mata sang istri. "Queen, bangun. Aku disini, kau tidak sendiri, Queen." Harry merengkuh tubuh istrinya. Walau Queen masih terpejam, namun ia yakin. Jika istrinya dapat merasakan kehangatan yang ia berikan.

Dekapan Harry semakin erat. Ia mengusapi punggung Queen lembut dan perlahan. "Aku disini. Bersamamu. Kau tidak sendiri, Queen. Ada aku." Harry terus berbisik di telinga istrinya. Memberikan bait demi bait kata yang dapat menenangkan sang istri.

"Daddy!" Queen tersentak. Ia membuka kedua matanya. Jantungnya berdegup kencang, dadanya sesak.

Ia merasakan rengkuhan pada tubuhnya mengerat. Queen terisak-isak. Ayahnya, kembali hadir di dalam mimpinya. Dengan hal yang paling di bencinya, detik-detik perpisahan mereka.

Queen benci mengingatnya. Namun ia tidak dapat melupakannya. Bahkan, hal itu justru terus menghantui nya setiap malam. Itu juga, penyebab ia selalu keluar malam untuk balapan ataupun pergi ke klub. Hanya untuk sekedar, menghindari mimpi buruk yang selalu menghantui nya.

"Sssttt, Itu hanya mimpi, Queen. Tidak usah kau pikirkan, itu hanya mimpi." Harry mengusap punggung dan surai Queen dengan lembut.

Tubuh Queen bergetar. Harry terus mengucapkan kata-kata yang setidaknya dapat sedikit saja menenangkan sang istri.

"Mimpi Daddy-mu 'kah?" Queen mengangguk. Masih menangis terisak di dalam dekapan Harry.

Melirik jam dinding di dalam kamar. Harry menghela nafas, ini sudah jam satu dini hari. Pantas saja ia sangat mengantuk. Namun, melihat istrinya yang terisak seperti sekarang. Membuat rasa kantuknya lenyap seketika.

"Kenapa Daddy pergi? Hiks~"

Harry terdiam. Tangannya masih setia mengusap lembut punggung sang istri. "Percayalah, Queen. Semua itu~ sudah takdir. Kita yang menjalani takdir itu, namun tetap tuhan yang menentukan. Jangan pernah menyalahkan takdir, Queen." Harry mengecup puncak kepala sang istri lembut. Membuat getaran tubuh istrinya lebih tenang.

Queen balas memeluk Harry. Mencari kenyamanan dan kehangatan yang telah lama tidak di rasakannya. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Harry, ia memejamkan kedua matanya.

Harry yang menyadari nafas teratur istrinya pada dadanya, ia tersenyum tulus. Lalu kembali melayangkan kecupan ringan pada puncak kepala sang istri.

Perfect Husband And Bad Girl  [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang