Chapter 41

1.7K 162 69
                                    

Jika kalian merasa cerita sya semakin gaje dn ga nyambung. Tinggalkan sja, saya udh berusaha untuk melanjutkannya, tp jka msih hancur dn tak memuaskan. Saya bisa apa?

Author Pov#

Bagi Zayn, hidupnya luar biasa hampa tanpa ada Queen disisinya. Ia sangat mencintai Queen dan merasa tidak akan bisa hidup tanpa Queen. Dulu... Saat Zayn meninggalkan Queen. Tidak seharipun ia lewatkan harinya dengan sebuah penyesalan.

Zayn... Selalu merasa dirinya pecundang karena perbuatannya dulu. Meninggalkan Queen, disaat gadis itu butuh seseorang untuk menghiburnya dimasa sulit. Masa kelam karena kepergian sang ayah. Zayn merasa begitu buruk.

Tapi, Zayn tidak bisa melihat Queen bersama pria lain. Berusaha mencoba untuk melepaskan, tapi nyatanya Zayn kepayahan. Ia benci melihat kebahagiaan Queen dengan pria lain. Zayn ingin Queen bahagia karena dirinya, hanya Zayn seorang.

Dan Zayn, lebih memilih Queen mati saja dari pada bahagia tapi bukan bersamanya. Zayn... Menggila karena cintanya yang luar biasa besar. Cintanya yang berlebihan... Justru membuatnya terobsesi dan kehilangan akal.

"Kau milikku, jika aku tidak bisa memilikimu. Lebih baik kau mati saja, Queen. Mati-mati-mati, kau lebih baik mati!" Zayn mengangkat cutter ditangannya tinggi. Menyeringai dan berjalan maju, membuat langkah Queen perlahan mundur.

Takut. Zayn benar-benar tidak waras.
Tubuh Queen gemetar ketakutan. Keringat mengalir dari pelipisnya, wajahnya pucat pasi. Niall terus saja meronta, mendapatkan banyak pukulan dari para bodyguard Zayn. Tapi Niall tidak menyerah. "ZAYN!! BUNUH SAJA AKU! LEPASKAN, QUEEN!"

Zayn berhenti melangkah mendengar teriakkan Niall. Niall beberapa kali tersungkur saat perutnya ditendang keras oleh bodyguard Zayn. Tapi pria itu merangkak dan mencoba untuk kembali berdiri, berteriak dengan suaranya yang melirih dan putus-putus.

"Le-pas-kan Queen..."

Zayn berbalik. Tersenyum kecil, ia menatap Niall bengis. "Jika itu mau-mu. Tentu. Bunuh pria pirang itu!" Zayn memerintah.

Queen tertegun. Ia berteriak dengan derai airmata, "Tidakkk!!! ZAYN, NO!!"

Tubuh Niall dilempar hingga menghantam tembok. Pria itu terbatuk, merintih, lalu mendongak untuk bersitatap dengan sang sahabat.

"Queen... "Suaranya tersedat. Queen kian terisak-isak. "Sampaikan maafku pada Hailee. Katakan jika aku akan selalu mencintainya. Akuhh---uhukkk! Tidak pernah benar-benar membencinya..."

Queen berlari menghampiri. Tapi Zayn menahannya, memeluk tubuhnya dengan begitu kuat. Membuat Queen kesakitan dengan pelukan erat Zayn pada tubuhnya. Queen terus meronta dan menangis histeris.

Ia melihatnya. Manik biru gadis itu membola, saat melihat sebuah pisau lipat dikeluarkan bodyguard Zayn dari dalam saku celana. Kembali berteriak dan semakin histeris.

"TIDAK!! ZAYN, JANGAN LAKUKAN INI!!"

Zayn mengedik tidak peduli. Bukankah tadi Niall sendiri yang menawarkan diri, dimana letak kesalahannya?

Niall tertegun. Sebuah pisau berhasil menembus perutnya tanpa perlawanan. Rasa dingin, perih, dan sakit dapat dirasakannya. Meringis, ia lagi-lagi terbatuk.

"NIAL!!! NOOOO!!"

Perih. Saat pisau itu tertarik dan menggesek kulit perutnya. Lalu kembali menusuk perut disisi yang berbeda. Niall mual, kepalanya berkunang, pandangannya perlahan mengabur.

Sayup-sayup dia masih mendengar suara teriakkan Queen. Menutup kedua matanya pasrah, saat suara jeritan Queen perlahan menghilang dan tidak terdengar.

Perfect Husband And Bad Girl  [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang