Sebelas

84 54 3
                                    

Happy reading:)

***

"Aya-eh mbak Cass,yang bersih yah"

Gilbert tersenyum remeh kepada Cassandra. Ia merasa menang karena sudah mengalahkan sikap seenaknya Cassandra.Dari dulu ia tau jika Cassandra bukanlah gadis yang baik,terlihat saat dia ditemukan dengan keadaan mabuk di area club'.

"Diem Lo!"sungut Cassandra. Ia sedang mengelap meja makan ditemani pembantu lain yang sedang memasak.Gilbert terkekeh dan menjongoskan giginya. Jorok.

Gilbert meninggalkan dapur dan naik kelantai dua untuk menemui sang ayah.

"Ayah!"teriak Gilbert saat sudah masuk ke dalam ruangan ayahnya.
Grace menoleh dari laptopnya menghadap Gilbert yang tersenyum sumringah.

Gilbert selalu menceritakan tentang Shanada kepada Grace. Ia mengagumi Shanada yang berkata sopan,menyukai Shanada saat pipinya memerah karena gombalannya,dan menyayangi Shanada yang polos.

Grace yang gembira melihat Gilbert tersenyum tidak bisa menolak. Ia juga menyukai perkataan Shanada yang sopan.

"Ayah tau gak?"tanya Gilbert sumringah. Ia sangat senang,ia merasa jika ia orang paling beruntung sedunia karena sudah mendapatkan sosok wanita yang banyak di inginkan pria.

"Enggak,kamu belum ngasih tau"jawab Grace tersenyum.

Ingin rasanya Gilbert marah,tapi kemarahannya kalah dengan rasa senangnya.

"Ishh,Shanada,Yah. Shanada nerima cinta Gilbert"

"Bagus dong. Tapi jangan habisin uang sampai segitu banyaknya"

"Tadi habis nraktir temen"jawab Gilbert terkekeh malu karena ketawan jika uangnya habis. Siapa lagi jika bukan Anton?kepala sekolah SMA GAC. Aktifitas Gilbert selalu terpantau disekolah.

"Yaudah,terus?"

"ASTAGA DRAGON!curhat ini curhat. Susah banget sih!"

"Yaudah,sudah sana. Ayah lagi sibuk"husir Grace. Gilbert ternganga mendengar Ayahnya mengusir saat dia sedang curhat. Dengan kesal Gilbert berbalik dan meninggalkan ruangan ayahnya. Sebelum benar-benar hilang saat pintu tertutup,Gilbert sempat bergumam.

"Ingin ku marah...melampiaskan..apa lagi yak?"

***

Shanada tersenyum saat baru keluar dari gerbang sekolah.
Kejadian di kantin membuat dia malu. Ia sama seperti Gilbert,menyimpan perasaan sejak lama,bahkan sejak ia belum tau bahwa Gilbert anak dari pemilik yayasan SMA GAC.

Drtt..Drtt..

Dering ponsel bersamaan dengan getaran itu berasal dari telpon genggam Shanada.

085xxxxxxxxx

Nomor tidak dikenal. Tapi Shanada tetap mengusap layarnya kekanan.

"Ha.."ucapan Shanada terpotong saat mendengar suara rintihan serta kekehan dari arah seberang sana.

"Ka..kak..Ana.."rintihan itu terdengar begitu menyayat hati.

"Syilla..SYILLA!"Shanada berteriak saat ia tau jika orang yang merintih itu adalah adiknya.Ia berfikir keras untuk mengenali kekehan itu."LEPASIN ADIK AKU!"teriak Shanada frustasi,membuat satpam yang tak lain adalah Syarif keluar.

"Naon atuh neng?"tanya Syarif bingung saat melihat Shanada berkeringat dingin.

Shanada tidak mendengarkan pertanyaan itu.

Sambungan terputus,pelaku sudah mematikan teleponnya. Shanada menghubunginya sekali lagi,tapi nomor yang dihubunginya sudah tidak aktif.

Sial.

JEALOUS & Obsession [HIATUS]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang