Tiga belas

59 50 8
                                    







20 hari kemudian

Shanada berjalan dengan ceria,selama kurang dari tiga minggu ini,tidak terjadi apa-apa.

Sebentar lagi juga sudah mau ulangan,jadi Shanada bisa fokus belajar. Gadis itu tidak lagi memikirkan flash disk ataupun yang pernah terjadi dengan adiknya.

"Halo,my princess"tidak usah tanya siapa lagi yang menegur itu. Sudah pasti Gilbert.

Halo,my prince,batin gadis itu. Shanada tersenyum senang melihat Gilbert sekarang.

"Ih kenapa senyum begitu?"tanya Gilbert menggoda Shanada. Gadis itu melebarkan bibirnya dan menggeleng.

PLAK

"EH LO KENAPA NAMPAR CEWEK GUE?" tiba-tiba suara Gilbert meninggi bersama dengan Shanda yang sudah memegangi pipinya yang merah. Kotak dengan bewarna merah dengan pita hijau menghiasi box tersebut jatuh tepat di depan kaki Shanada.

"LO TANYA KENAPA? TANYA SAMA CEWEK LO YANG GAJELAS ITU. HEH!"sebuah tangan mendarat ke pundak Shanada dan sengaja mendorongnya,hingga membuat Gilbert refleks merangkul Shanada.

"Maksud lo apa ngirim kotak itu kerumah gue? Itu lo yang kirim kan? Jelas-jelas itu foto kita bertiga,kenapa cuma foto lo yang lo sobek? terus foto gue sama Curent ada bercak darah dicampur ketancep pisau gitu?"

"Syiffa,Syiffa tenang dulu. Itu bukan aku yang kirim" jawab Shanda sambil meredakan emosi Syiffa yang sudah menggila.

"Bukan lo? Helo,kalo bukan lo siapa lagi? Gue gak nyangka ya Luna,lo sampe segitunya sama gue sama Curent. Gue salah apa sama lo?"

"Gue selalu baikin lo,ada saat lo jatuh,tapi lo lakuin ini buat gue. Oke ini memang gak seberapa,tapi asal lo tau,persahabatan kita sampai disini" lanjut Syiffa sambil menendang kotak tersebut hingga membentur kaki Shanada.

Syiffa pergi dari hadapan Shanada dengan cepat. Dia tidak menyangka bahwa sahabatnya sendiri yang memgirimkan foto itu. Foto dengan Shanada yang disobek,dan tertancap pisau kecil dibagian tengah foto dan dipenuhi darah. Apa ini?

Kepala Syiffa rasanya berat sekali. Ia ingin menangis saat itu juga. Tapi tidak mungkin,ini sekolah,dengan membentak Shanada tapi cukup membuatnya malu,jika dia menangis maka dia akan benar-benar malu.

Shanada memungut kotak tersebut dengan pelan,dia merapikan isi kotak tersebut dengan cermat. Jelas saja bukan dia pengirimnya,kenapa Syiffa bisa menuduhnya dengan yakin bahwa Shanada lah pelakunya.

Shanada menutup kotak tersebut dan memeluknya,dia menangis mengingat apa yang terjadi barusan.'persahabatan kita sampai disini' itulah yang paling menyakitkan.

"Lun,kamu gapapa kan?"

"Gil,tapi ini bukan aku yang kirim,hikss"jawab Shanada kepada Gilbert.

"Iya aku tau,aku anterin ke kelas ya?"tawar Gilbert. Shanada mengangguk dan masih memeluk kotak berwarna merah tersebut.

***

Syiffa berjalan ke kantin sendirian,entah kenapa dia hilang mood pagi ini. Pertama,karena Shanada mengirim kotak dengan darah yang dia tidak tahu itu darah asli atau hanya main-mainan. Kedua,Curent. Gadis itu sedikit berbeda dengannya pagi ini,sedikit lebih cuek dan berusaha menghindar dari pertanyaan ataupun pernyataan yang keluar dari mulut Syiffa.

Jelas Syiffa bingung,kenapa hari ini begitu berantakan. Sampai-sampai dia tidak sadar jika di depannya ada gadis cantik dengan membawa kamera yang menggantung di lehernya.

BUKK

Tidak keras,tapi sanggup membuat Syiffa jadi sorot perhatian. Ringisan karena tabrakan membuat orang yang ditabrak Syiffa langsung membenarkan posisinya menjadi tegak kembali.

JEALOUS & Obsession [HIATUS]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang