Nama, latar, dan kejadian hanya pemikiran dari author.
Jangan lupa bahagia, apalagi vomment:)
***
Hari ini, seperti de javu bagi Shanada. Hanya saja gadis itu tidak sedang menunggu Syiffa, ia menunggu Gilbert.
Cowok itu menunggu Gilbert karna dia mengajak pulang bersama. Tapi, Gilbert sekarang tidak tahu dimana, membuat gadis itu bingung.Oh ya, untuk sekarang Gilbert tidak membawa motor, tapi mobil.
Gadis itu berjalan kearah halte bus, sepertinya dia tidak jadi pulang bersama Gilbert.
Line
Suara notifikasi khas yang berasal dari aplikasi berwarna hijau itu.
Gilbert Astofa❣
Luna maaf😭🙏
Aku gak bisa pulang sama kamu🙏
Ayah masuk rumah sakit, mendadak.
Maaf banget ya sayang🙏🙏Luna Shanada
Astagfirullah. Iya Gilbert.
Cepat sembuh ya, bilangin om Grace.Shanada mematikan handphonenya setelah mengirim pesan itu. Dia menunggu apakah nanti ada bus atau angkot yang lewat.
Tin
Shanada menoleh kearah sumber suara. Ada Adhi yang sedang menatapnya.
"Oy, Lun! Ayo pulang sama gue!" ajak Adhi. Shanada mengangguk mengiyakan, dari pada harus menunggu lebih lama.
Gadis itu mendekat dan menaiki motor Adhi. Motor yang sama saat Shanada pertama kali dibonceng oleh Adhi.
Cowok itu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang."Kak, inget gak pas kakak ngajak pulang dulu? Itu masih SMP"
"Ingetlah. Dan gue baru tau, kalo lo anaknya Tante Lina," jawab Adhi sambil terkekeh.
"Hehehe. Kok aku baru tahu juga ya? Kalo kakak itu sepupu aku. Aku gak pernah tuh liat kakak pas acara keluarga, atau lagi lebaran gitu."
"Gue baru di Indonesia tuh pas kelas 5 kalo gak salah. Dulu gue di Belanda. Nah, kalo gak pernah ada pas acara keluarga, karena gue belom kenal aja. Jadi, gue gak pernah ikut." jelas Adhi setelah membuka kaca helmnya takut Shanada tidak terdengar suaranya.
"Kakak tau ibu aku gimana?" tanya Shanada kepo.
"Gue pernah liat Tante Lina kerumah, beberapa kali sih. Kaya arisan, atau gataulah ngobrolin apa sama mama gue."
"Ohh, wajar pas kakak jemput aku ibu gak marah."
"Hahaha, iyalah. Sepupu sendiri."
***
Shanada sudah siap dengan baju kasualnya, berniat menjenguk Papa kekasihnya.
"Bu, aku jenguk Om Grace dulu ya? Papanya Gilbert." izin Shanada.
"Loh? Om Grace kenapa?" tanya Lina bingung.
"Sakit."
"Kamu masih pacaran sama Gilbert?" Shanada terdiam. Dia mengerti kenapa ibunya bertanya seperti itu. Jelas saja, karena Gilbert tidak menampakan dirinya pada saat Syaiqulla meninggal dunia.
Tak ingin berlarut-larut, Shanada langsung pamit tanpa menjawab pertanyaan ibunya.
Gio sudah menunggu didepan rumah Shanada.
"Yo, kamu tau rumah sakitnya kan?"
"Iya."
"Beli buah dulu."
"Hm," Gio berdeham tanda setuju.
Gio menjalankan motornya saat tau Shanada sudah duduk dengan aman dan nyaman. Setelah kurang lebih dua puluh menit menempuh jalan, akhirnya mereka tiba di rumah sakit tempat Papanya Gilbert dirawat.
Karena Gilbert sudah memberi tahu dimana kamar rawat inap Ayahnya, Shanada dan Gio langsung menuju kesana.
Ceklek
Shanada membuka pintu, terlihat Grace yang sedang terbaring sambil memakan buahnya.
"Assalamualaikum." salam Shanada dan Gio berbarengan.
"Waalaikumsalam." disana ada Gilbert, Toni dan Cassandra.
Ingat tidak dengan Cassandra?
"Aaa, Luna datang! Sini-sini." Gilbert menepuk sofa disebelahnya yang kosong. Tapi, Shanada bukan mendekati Gilbert melainkan berjalan kearah Grace dengan menenteng parsel buah yang dibelinya.
"Om, gimana bisa sakit?" tanya Shanada.
"Enggak papa. Cuma tekanan darah naik aja gara-gara Gilbert ilang kemarin," jawab Grace sambil tersenyum. Aduh, calon menantunya benar-benar perhatian.
"Yaudah. Om sehat-sehat terus ya?"
"Iya, makasih." jawab Grace sambil menerima parsel Shanada.
"Shanada!"
Shanada menoleh. Biasanya, orang yang memanggil Shanada itu bukan orang dekatnya, atau sekedar teman-teman yang tahu dirinya saja. Mereka memang memanggilnya seperti itu, berbeda jika dengan orang yang dekat maka Shanada dipanggil Luna.
"Iya?"
"Gue mau minta maaf." itu Cassandra.
"Minta maaf kenapa, kak?"
"Kemarin, yang bully lo dikantin. Gue sadar gue salah. Gue mohon tolong maafin gue,"
"Ohh... Yaampun itu udah lama banget. Udah dimaafin kok." jawab Shanada sambil tersenyum. Lalu gadis itu berjalan kearah Gilbert yang sudah bercerita dengan Gio. Sudah baikan ternyata. Enggak lagi baku hantam.
"Luna, sini!" Gilbert menarik tangan Shanada untuk duduk disampingnya.
Cowok itu tersenyum melihat Shanada. Aduh, gadisnya ini benar-benar tidak sehat untuk jantung. "Lo dateng kan nanti pas ulang tahun sekolah?" tanya Gilbert sambil mengelus puncak kepala Shanada."Ada acara ya?" tanya Shanada bingung. Pasalnya, dia tidak mendengar ada yang membahas ulang tahun sekolah.
"Ada, karena sekolah GAC punya bokap gue, jadi gue tau dong. Belom disebarin aja."
"Huaaa, ikut dong." jawab Shanada antusias.
"Kapan?" tanya Gio. Shanada mengangguk menyetujui pertanyaan Gio.
"Sekitar dua minggu lagi lah,"
Setelah mereka berbincang-bincang banyak hal yang menyangkut sekolah dan lainnya. Gio dan Shanada pamit untuk pulang karena sudah magrib.
Oh iya, Cassandra yang dulu semena-mena sekarang sudah berubah total. Karena sudah menganggu Shanada membuat dia mendapat hidayah. Sebagai anak angkat yang baik, dia tidak ingin lagi mencari masalah dengan Gilbert.
"Maaf ya, Luna. Aku gak bisa nganterin kamu."
"Yaelah bro. Gue yang bawa dia kesini, gue juga yang harus pulangin," jawab Gio sambil terkekeh. Gilbert menggeplak kepala Gio.
"Hati-hati ya. Lecet dikit aja gue benyekin muke lo,"
"Hilih. Ngaca bos, muka lo sekarang udah bonyok!" Gio langsung berlari keluar saat melihat Gilbert yang sudah ancang-ancang menonjoknya.
"Pamit Om, Kak Cas, Gilbert. Assalamualaikum," Shanada keluar saat dirinya sudah bersalaman dengan Grace dan Toni.
Dia berjalan menyusul Gio yang sudah berdiri di depan lift menunggu Shanada.
"Yo, besok kita selesain ya?"
"Siap bos!"
***
Update!
Maaf ya lama.
Lagipun ini cerita udah debu an sangking basi nya.
Tapi gpp, gak suka gak usah baca.
SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
JEALOUS & Obsession [HIATUS]~
De TodoJealous atau cemburu adalah emosi yang kamu rasakan terhadap sesuatu atau seseorang yang kamu miliki dan ingin kamu pertahankan. Obsesi adalah keinginan (hasrat, nafsu) akan sesuatu disertai usaha keras bahkan terkesan memaksa untuk mencapai keingi...