Lima

125 84 1
                                    

Happy Reading.

Vomment.

********

"Lo mau beli apa,Lun?" tanga Curent.

"Ehm, gak usah deh, aku nanti beli makanan aja" tolak Shanada halus.

"Lo gak bawa uang? biar gue yang bayar"

"Aku bawa uang kok, tapi sayang kalo dibelanjain baju-baju. Enak beli makanan." Jawab Shanada. Curent dan Syiffa mengangguk setuju. Curent dan Syiffa sudah membeli banyak barang, sedangkan Shanada hanya membeli es krim.

Mereka memasuki testoran yang ada di mall tersebut." Mau makan apa?" tanya Shanada.

"Gue spageti" jawab Syiffa lantas menarik kursi dan mendaratkan bokongnya.

"Kalo gue, friedchicken. Lo mau makan apa,Lun?"

"Ehm,nasi goreng aja deh" jawab Shanada.

Curent langsung memanggil waiter restoran tersebut dan memesan makanan yang disebut tadi.

"Minumnya air putih aja yah,kan sehat" ucap Shanada. Syiffa dan Curent hanya pasrah jika sudah Shanada yang menyuruh mereka. Menurut Bukan berarti menjadi babu. Tak lama berselang waktu, waiter
tadi membawa pesanan mereka.

"Makasih mbak" ucap Shanada sopan. Waiter itu menyusun makanan yang dipesan mereka. Waiter itu pergi sambil membawa nampan.

******

Shanada memasuki rumahnya yang sekarang jauh lebih baik dari rumah sebelumnya. Ayahnya membangun rumah itu menjadi dua tingkat dan memperbesar bagian belakang rumah. Lina juga sudah membuka toko manisan untuk membantu perekonomian,walaupun uang Shanada sudah tidak dapat dibilang sedikit. Ayahnya sudah berhenti menjadi pemborong,dan sekarang sudah diangkat menjadi CEO di salah satu kantor di Sumatera.

"Dek!"panggil Shanada. Adiknya keluar dengan menyeret bantal guling.

"Hmzz"jawab Syaiqulla sambil berjalan dengan menutup matanya. Shanada hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat adik terkecilnya hampir menabrak meja di dapur.

"Syilla mana?"tanya Shanada menaiki tangga menuju kamarnya.

"Gak tau"jawabnya pelan."LAH?!?KAK ANA KENAPA AKU ADA DISINI!?"jerit Syaiqulla terkejut. Pasalnya ia sudah di dekat pintu kulkas,dan sudah merebahkan badannya disana. Saat dia sadar bahwa kasurnya tidak sekeras ini.

"Hahahaha,salah sendiri kenapa jalan kesana" jawab Shanada sambil tertawa lepas. Ia memasuki kamarnya dan merebahkan badannya ke kasurnya yang pasti sudah kering karena disiram Syiffa.

Seketika Shanada sadar,ini hari libur tapi kenapa Syilla tidak ada dirumah? Ini sudah jam empat dan itu benar-benar sangat jarang jika Syilla tidak ada dirumah. Les?tidak mungkin,ia tahu jadwal les Syilla. Bantu mama ditoko?bisa jadi,tapi Shanada juga tahu kalau adiknya itu sangatlah malas. Shanada jadi bingung sendiri.

Tiba-tiba lagi,Shanada merasa dada sesak seperti dihantam ribuan belati panas. Sangat sakit bahkan untuk bernafas pun sangatlah susah. Ia memegangi dadanya dan memukulnya agar bisa meredahkan rasa sesaknya. Shanada bangkit dengan mata yang sudah basah karena air mata. Ia berjalan sedikit sempoyongan karena sesak didadanya tidak berkurang.

"DEK!hikss"teriak Shanada seakan suaranya hanya dia yang bisa ia dengar.Tapi Shanada tetap tidak menyerah,ia melemparkan lampu kamar,vas bunga dan bingkai foto yang berisi foto dirinya sehingga menimbulkan suara nyaring. Shanada berasa tidak kuat lagi dan dia merasa gelap seketika.

******

"Bunda,hikss...gimana ini?"tanya Syaiqulla menangis tersedu-sedu karena melihat kondisi kakaknya yang sedikit miris. Ralat,sangat miris.

"Sabar yah sayang,dokter lagi mengecek kak Ana"jawab Lina sambil mengelus pundak Syaiqulla yang sudah mencak-mencak.
Lina langsung memeluk Syaiqulla yang menyedihkan.

Cklek

Pintu ruangan yang sedang memeriksa Shanada terbuka. Seorang dokter paruh baya keluar dengan stetoskop menjepit lehernya.

Lina dan Syaiqulla langsung berdiri dan menatap dokter dengan name tag Ramzi itu. Ia meminta penjelasan atas apa yang terjadi pada anak pertamanya.

"Anak ibu terkena asma"ucap doket Ramzi. Lina bernafas lega,ia tau asma itu penyakit tapi jika dijaga akan tetap stabil. Untung bukan penyakit berat seperti kangker, walaupun asma juga berbahaya. "Jangan sampai ia terkena dingin, asap rokok atau apapun itu, dan jangan sampai kecapean. Ia juga memiliki Anemia beserta maag. Tidak terlalu parah, habis ini langsung boleh pulang kok!" lanjut Ramzi.

"Terima kasih, Dok. Tolong lakukan yang terbaik" jawab Lina tersenyum."bisa saya dan anak saya melihatnya?"tanya Lina. Ramzi mengangguk dan meninggalkan ruangan Shanada.

Lina dan Syaiqulla langsung masuk melihat keadaan Shanada yang sudah siuman.

"Aku terkena apa, Bun?"tanya Shanada lirih.

"Kamu terkena Asma, Anemia dan Maag. Setelah ini kamu harus bawa in haller kemanapun kamu pergi,Bunda juga akan membawakan kamu vitamin dan bekal ke sekolah" jawab Lina."dan jangan kecapean" lanjut Lina mengelus kepala Shanada.

"Syilla kemana?" tanya Shanada. Lina langsung teringat Syilla.

"Duhh!kemana yah dia?" dumel Lina khawatir.

"Tadi kak Syilla dijemput cowok, Bun" jawab Syaiqulla.

***




JEALOUS & Obsession [HIATUS]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang