Giana kembali

547 14 0
                                    

Salva POV
.
.
.
Udara pagi ini cukup menusuk kulitku sampai tulang. Malas rasanya mataku terbuka. Hari ini adalah hari Minggu, waktunya untuk me time. Aku menyelimuti tubuhku, mengistirahatkan otakku dari full day, dari ekskul, dan dari cinta.
Dreettt.... Dreettt...
Ku dengar handphoneku, sebal sekali, baru aja aku mau tidur. Aku meraih ponselku yang ku simpan diatas nakas. Aku mengangkat telpon dengan ketus, siapa suruh ganggu bocanku. Huh.
"Assalamualaikum.. halo siapa nih? Pagi pagi ganggu bocanku aja!"

"Waalaikumussalam.. hai bawel. Idihh ketus amat" walah, aku melongo mendengar suaranya. Suara itu... Suara dia yang udah lama gak ngabarin aku.

"Eh kamu. Aku kira siapa hehe. Kamu darimana aja?" Jawabku sambil membenarkan posisi dudukku. Entahlah, rasanya bahagiaaaa sekali.

"Bawel, aku di depan rumah kamu. Aku ketok ketok pintu kamu, tapi gak ada yang nyaut. Bisa bukain gak?"
What? Dia di depan rumah? Aku gak salah denger. Aku jadi saling gini. Mana belum mandi lagi, gimana ya.

"Bawel hey. Hello"  iya dia adalah Giana Febrian. Brondong Cikalong yang manis itu. UPS

"I.. iyaa bentar. Kamu tunggu 3 menit oke" jawabku sembari mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi.

"Lama banget sih bawel. Pasti kamu belum mandi kan? Hehehe" ku dengar ia terkekeh pelan.

"Bentar ih om. Aku matiin dulu. Assalamualaikum" aku mematikan sambungan teleponnya. Dan bergegas masuk ke kamar mandi. Pasalnya hari ini aku memang lagi datang bulan, jadi aku belum menyentuh air sama sekali. Mama dan papa sepertinya udah berangkat ke rumah Abu, yah gini deh ditinggal sendiri.
Aku segera mencuci muka, menggosok gigi, lalu mengganti baju dengan cepat. Aku sedikit memoles wajah ku dengan bedak bayi. Ku oleskan lipbalm dibibirku. Lalu aku bergegas membuka pintu.

Deggg...
Dia menatapku, pandangan kita saling beradu.
"Hei. Selamat pagi" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang ku yakini tak gatal sama sekali. Aku yakin dia salting.

"Ehh.. i..iya pagi" aku sedikit gugup, pasalnya aku bingung dengan perasaan ini.

"Aku ganggu?" Tanyanya sambil tersenyum begitu manis kepadaku.

"Ah aha, eng.. enggak. Ka.. kamu ko ada disini? Oh iya silahkan duduk"sekian lama aku membuatnya menunggu, saking gugupnya aku belum mempersilahkannya duduk.

"Oh iya, makasih. Aku mampir aja, kemarin aku abis dari SMA Nusa Bangsa. Aku nginep disana. Btw aku ganggu kamu ya?" Tanyanya. Aku memperhatikannya, entahlah, rasanya rinduku terobati saat ini.

"Bawel?! Hey" ia mengibas ngibaskan tangannya didepan wajahku. Aduh aku ketauan melongo nih

"Hehe.. iya" jawabku asal. Wong aku cuma merhatiin ketampanan dia dari tadi. Ia memakai kaos warna abu, dipadu dengan jeans yang senada dengan warna bajunya. Rambutnya yang hitam legam sedikit berantakan, matanya kecoklatan, kulitnya hitam manis.

"Oh kalo aku ganggu, aku pulang aja deh" katanya sambil bangkit dari duduknya.

"Eh siapa bilang kamu ganggu. Enggak ko" ucapku memegang lengannya.
"Duduk om Pong. Kamu gak ganggu sama sekali"

"Tadi kamu bilang aku ganggu" katanya lagi, ia kembali terduduk di kursi.

"Bentar aku ambil minum dulu. Pasti kamu capek kan. Belum makan juga kan?" Aku langsung berlari ke dapur. Tak butuh waktu lama, aku kembali dengan membawa nampan berisi air teh hangat dan roti rasa coklat.

"Eh, minum. Tuh makan juga rotinya" aku menyodorkan minuman itu.

" Makasih bawel" ucapnya sambil menyeruput teh hangat buatan ku.

"Kamu darimana aja?" Tanyaku tak berani menatapnya.

"Aku dari Nusa Bangsa. Kan aku udah bilang tadi" ucapnya santai.

Ih dodol banget dia. Gak peka banget, "maksud aku, kok gak ada kabar udah ampir 3 minggu."

"Oh gituu... Maafin aku ya bawel, hape aku rusak. Jadi gak bisa ngabarin kamu. Ini yang mau aku jelasin ke kamu." Jelas nya lalu mencomot roti coklat dan memasukkannya pada mulutnya.

"Tapi kok ada ngabarin ke Osen sih. Kamu boong ya Om?" Ucapku menyelidik

"Iya itu sebelum hapeku rusak. sebelumnya aku sibuk banget latihan paskibra buat pengibaran bendera. Jadi aku lupa ngabarin kamu"
Apa? Lupa? Sekarang aku sadar aku bukan prioritas nya. Aku gak penting buat dia. Kalau aku penting, pasti dia akan berusaha ngabarin, karena takut aku cemas. Iya kan? Entahlah. Aku ingin sekali menanyakan gadis yang ada di foto profilnya, yang berfoto bersama dengannya. Tapi, aku urungkan. Aku kembali tersadar bahwa aku bukanlah siapa siapa.

"Oh ya om. Maaf ya gak disuruh masuk. Soalnya aku takut ada fitnah, karena gak ada siapa siapa di rumah"

"Iya gak apa apa. Mau jalan?" Tanyanya membuat wajahku tersenyum seketika.

"Ayo. Hehe"

Aku menaiki motornya, ia membawaku jalan jalan.

------

Gak PekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang