Berdamai

44 4 0
                                    

Kusudahi semua pedih, kubuang semua perih, malam ini. Biar luka yang pernah menyapa membuatku mendewasa. Biar sakit yang teramat yang sudah terlewat kuberikan obat, yakni semangat.

Salfaaney

POV Salfa
Sudah, teramat menyiksa memang jika kita terlalu berharap pada manusia. Rasa sakit yang sekarang kurasa adalah akibat dari semua harap pada mahluk fana sejenis manusia. Kusudahi semuanya, tak ingin kuteteskan lagi air mata. Sekarang aku melangkah menjadi seorang mahasiswa.
Kunikmati masa masa capai menjadi seorang Maba. Beberapa lelaki mendekatiku, namun tak ada satupun yang kurespon. Aku bertekad akan berhijrah saat ini.
Tak ada kata terlambat untuk menjadi hebat, begitupun menjadi seseorang yang lebih baik. Lingkungannya dipenuhi dengan orang-orang baik, religius, dan aku selalu mengikuti kajian.
Tentu, banyak liku yang kurasa. Terkadang keistiqomahan diuji, tetapi ketika hati benar-benar ingin berubah, pasti Alloh akan menuntun.
Pikiranku kini berubah, ingin Ridha Alloh, itu saja. Aku menjadi aktivis di Kampusku. Kehidupanku banyak berubah, tak lagi seperti masa SMA.
Aku mulai sedikit melupakan masa lalu karena kesibukanku. Jadi buat kalian yang mau move on, sibukin diri kalian dengan hal-hal positif yang bisa membuat pikiran kalian gak punya waktu buat berpikir masa lalu.

Hari-hari silih berganti, aku sudah menginjak semester 3, dan ada seorang laki-laki yang datang langsung menghadap kedua orang tuaku.

---------------++------+---++--++++++++----------
POV Nata

Aku merindukan seseorang yang lama Kudamba. Tapi, saat ini kubiarkan takdir yang berjalan sesuai skenario yang ditetapkan Tuhan. Aku mulai mencintai sosok Bella, gadis belia yang menemaniku sedari dulu. Kini aku kuliah di universitas ternama di Kotaku. Jurusan Teknik Informatika, sembari aku bekerja.

Flashback

"Bang, gue suka sama elo bang" Bella menutup wajah cerahnya malu-malu.

"Tapi gue enggak Bell, maafin gue ya" jawabku.

"Bang, gue yakin gue bisa taklukin elu bang. Pokoknya gue pasti bisa" Bella mencium pipi kiriku.

"Wah Bel, Elo." Aku speechless, benar benar gak nyangka gadis polos itu berani mencium pipiku.

"Bang, gue sama Lo itu ditakdirin buat sama sama. Lo pernah janji, waktu kecil, Lo mau nikahin gue kalo gue udah dewasa. Itu janji Lo di depan Danau dulu" Bella nyerocos tapi terlihat menggemaskan.

"Itukan waktu kecil. Mana ngerti urusan pernikahan. Ah dasar lu" aku menjitak kepala Bella.

"Ih sakit tau" Bella memukul lenganku, anak itu memang begitu, kadangkala bertingkah seperti laki-laki. Galak. Seperti Salfa, ah aku bodoh Salfa terus yang aku pikir.

"Gue bakalan bikin Lo jadi suami gue" ucap gadis itu kemudian berlalu entah kemana.

Mulai saat itu, Bella selalu menemui ku, menemani sepi dalam ruang hampa yang kusebut hati. Lama-lama terisi oleh sosoknya. Bella.

_--+-----------_-_--_------+++---+++++++++++

Oke gais, maafin aku yak jarang up. Kalo kalian suka ceritaku, vote sama komen ya, biar aku semangat nulisnya. Thanks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gak PekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang