Dear..., my moon.
Aku lebih suka menyebutmu bulan. Walaupun senja nampaknya lebih indah, jelas saja kamu tetap yang paling terang.
Aku lebih suka menyebutmu bulan. Walaupun senja yang paling banyak dinanti, jelas saja kamu yang lebih bertahan lama.
Setidaknya, aku lebih suka menyebutmu bulan, hanya karena kamu pergi tidak secepat senja.
Hanya saja, hari ini, kamu memutuskan untuk pergi berlari.
Sekarang, jika kamu baca ini, kamu akan tau. Disaat aku menorehkan segala pikiranku ke dalam tulisan ini, disaat ini juga aku sudah ikhlas memutuskan untuk merelakan.
Mulai saat ini, aku akan membiarkanmu pergi.
Aku sudah mengalahkan ego ku untuk meminta maaf, jadi, baca baik-baik pesanku ini.
Maafkan aku.
Maafkan aku yang terlalu terbuai dalam bayang-bayangmu. Maafkan aku yang terlalu larut dalam hadirmu, sehingga aku lupa, kamu bisa pergi kapan saja kamu mau. Maafkan aku, yang terkesan tak peduli denganmu, padahal aku setengah mati memperhatikanmu. Maafkan aku yang tak sadar telah menyakitimu, hingga lupa, bahwa kau juga memiliki kata menyerah.Aku yang sudah memutuskan untuk menjadi terlalu abu-abu untuk kau tebak. Sehingga, kau akhirnya memutuskan untuk menerka-nerka, tanpa punya niatan memberi kesempatan untuk menjelaskan.
Aku akan mencoba menikmati siangku, dimana aku tak perlu repot memikirkan tentang banyak luka ku. Aku akan mencoba fokus pada hariku, dimana aku akan berusaha untuk meredam segala bentuk kekecewaanku. Yang terpenting, aku akan mencoba untuk tak menunggu malam, disaat kamu hadir.
Setidaknya, aku berterima kasih banyak, telah hadir dalam gelapku. Membuat banyak kenangan dan memori yang membuatku lupa diri. Aku hampir saja lupa, bahwa tak ada yang kekal abadi. Termasuk aku, kamu, dan kita.
Saat kamu memutuskan untuk pergi, disaat itu jugalah aku takkan memaksa untuk tetap tinggal. Aku tak mau melulu mengekang kebahagiaanmu, aku hanya membawa luka yang mungkin saja kau sesali setiap malam.
Maaf, aku bodoh, dan kamu beruntung telah sadar karena kamu mencintai orang yang bodoh.
Mungkin, setelah hari ini, setiap malam akan menjadi kelabu bagiku. Menjadi malam yang kelam untuk sekedar membayangkan keadaan kita yang sebentar lagi akan jauh lebih jungkir balik.
Aku tak mau mengacaukan rencanamu.
Kalaupun aku ingin menahanmu, aku tentu saja tak akan mau dan tak bisa. Itu kuasamu, aku takkan mengapa. Memang semuanya sudah salahku dari awal.
Dan dari setiap poin yang ku tulis, hatiku telah retak, karena harusnya kamu tau, bebanku lebih berat daripada yang kau rasa. Kecewaku, mungkin juga jauh lebih berat.
Aku sudah melepasmu,
Dan jika kau ingin pergi, aku sudah rela. Pergilah, kejar apa yang membuatmu bahagia. Aku tetap akan mendukungmu, berdiri di paling belakang, sebagai orang yang paling merasa bersalah, dan paling merasa kecewa.
Lagi-lagi, hidupku gelap kembali.