Ponsel Rose sudah berdering berkali-kali sejak beberapa menit yang lalu. Justin yang tengah memegang kemudi lalu melirik ke arah pemilik ponsel yang duduk di sebelahnya, namun gadis itu masih terlelap. Justin lalu memutuskan untuk meminggirkan mobilnya dulu lalu membangunkan Rose. Ia tidak bisa mengambil ponsel Rose karena berada dalam saku celana gadis itu.
"Hm?" Rose mulai sadar dari tidurnya.
"Maaf membangunkanmu, tapi sepertinya ada telepon penting, ponselmu tidak berhenti berdering sejak tadi."
Rose lalu merogoh saku celananya dan mengecek panggilan. Ada dua puluh panggilan tak terjawab dari June. Rose yang masih setengah sadar lalu membulatkan matanya.
"Oh, tidak."
Ia pun segera menelepon June. Namun sayangnya, kekasihnya itu tidak mengangkatnya. Ia jadi takut June marah padanya.
"Mungkin dia sudah tidur, kirim pesan saja padanya, bilang kau minta maaf karena tidak bisa menjemputnya," Justin menyarankan.
Rose tidak menjawab Justin melainkan langsung mengetik pesan untuk June.
Maafkan aku, Jun. Ada sedikit kendala tadi, jadi aku tidak bisa menjemputmu dan mengangkat telepon darimu. Besok aku akan menjemputmu, ya?
Setelah mengetikkan pesan itu, Rose kembali memejamkan matanya.
"Ayo jalan lagi."
Justin mengangguk lalu kembali melajukan mobilnya pulang. Selang beberapa menit, mereka sampai. Jungkook memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya.
"Sudah sampai."
Tidak ada jawaban. Justin melirik. Ternyata gadis itu tertidur lagi. Kali ini terlihat lebih lelap dari sebelumnya.
"Rose?" panggil Justin pelan. Tidak ada jawaban. Ia lalu menghela napas, tentu saja Rose tidak akan bangun bila panggilannya sepelan itu.
Ia bingung, ingin membangunkan Rose tapi rasanya tidak tega karena melihat betapa nyenyak tidurnya. Tanpa sadar Justin memperhatikan perempuan yang sedang tertidur itu. Benar-benar mirip dengan ibunya. Karena tidak ingin membangunkan, Justin turun dari mobil dan menutupnya perlahan lalu membukakan pintu untuk Rose dari luar.
"Maafkan aku, aku tidak tega membangunkanmu," ujar Justin lalu bersiap untuk menggendong tubuh kurus Rose dengan gaya bridal.
Namun, baru saja satu Justin hendak mengangkat Rose, gadis itu terbangun dan langsung terkejut hingga tangannya reflek meninju pipi Justin.
"Ah!"
Justin mengaduh kesakitan, tangannya yang tadinya memegang tubuh Rose kini sibuk mengelus pipinya.
"Mau apa kau? Kenapa memegang tubuhku? Kau berpikiran mesum, ya? Bukannya sudah kubilang, aku ini sudah punya kekasih!"
"Siapa juga yang berpikiran mesum? Aku hanya berniat memindahkanmu ke kamar tadi, aku tidak tega membangunkanmu karena tidurmu sangat pulas!" jelas Justin yang masih memegangi pipinya yang mulai memerah itu.
Rose yang mendengarnya jadi merasa tidak enak. Gadis itu kemudian turun dari mobil lalu menarik lengan Justin memasuki rumah.
"Duduklah."
Justin yang menuruti ucapan Rose lalu duduk di sofa ruang tengah, sementara Rose menuju ke dapur lalu kembali dengan membawa beberapa es untuk dijadikan kompres.
"Coba kulihat pipimu."
Justin menurunkan tangannya yang sedari tadi memegangi pipi. Rose kemudian mulai mengompresnya. Sesekali Justin mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prejudice ✓
RomanceRoseanne Park tidak mengenal Justin Jeon, lelaki asing yang tiba-tiba muncul di pemakaman ibunya yang sudah dua belas tahun tidak ia temui. Rose tidak tahu apa hubungan Justin dengan ibunya, tetapi ibu Rose memberi wasiat pada Justin Jeon, untuk men...