Eighteenth

2.6K 455 19
                                    

Tangan Rose sibuk membuat tatanan desain 3D ruangan melalui laptop di kamarnya. Sebagai freelancer, Rose cukup senang karena ia banyak mendapatkan proyek dari kliennya. Dan perusahaan tempatnya magang pun sering memujinya karena kerjanya yang bagus. Hal itu membuat Rose semakin semangat bekerja sambil menyelesaikan kuliah magisternya, agar bisa jadi desainer tetap dan bergelar magister.

Setelah beberapa kali mengubah desain sesuai permintaan klien, akhirnya selesailah desain buatannya. Ia lalu mengirimkan ke email kliennya untuk memastikannya dulu sebelum ia ke toko furniture untuk membeli kebutuhan.

Begitu selesai, Rose menutup laptopnya lalu beranjak keluar kamar. Rumah Justin sepi. Ya, setelah meminta maaf kemarin, akhirnya Rose memutuskan untuk kembali tinggal di rumah Justin. Tetapi sepertinya Justin belum pulang, karena ia hanya sendirian di rumah.

Rose mengambil ponselnya di meja rias di kamarnya lalu berniat menghubungi Justin. Tetapi, tiba-tiba sebuah ide muncul di pikirannya, membuat Rose mengurungkan niatnya. Ia menyimpan kembali ponselnya lalu berjalan ke dapur. Sambil membuka kulkas, Rose melihat beberapa bahan makanan. Ada kimchi di sana.

Ah, aku tidak tahu apa makanan kesukaan Justin, pikir Rose.

Karena sebentar lagi jam makan siang, Rose pun memutuskan untuk memasak makanan sederhana saja, nasi goreng kimchi. Ia memanaskan minyak lalu mulai menyiapkan bumbu-bumbu seperti merica, bawang putih, bawang bombay, lalu mengiris sedikit cabai. Tak lupa ia siapkan nasi dan kimchi tentunya. Dengan lihai tangannya itu mencampurkan nasi, kimchi dan bumbu-bumbunya. Ia juga menambahkan sosis agar nasi tidak terlalu polos.

Karena ditinggal ibunya saat usia yang masih sangat muda, hal itu membuat Rose banyak mandiri termasuk dalam menyiapkan makanan.

Setelah nasi goreng kimchi buatannya matang, ia memasukkannya ke dalam kotak bekal lalu memasukkannya ke dalam tas bekal kecil. Tak lupa ia juga mengisi botol minum dengan air. Setelah apa yang ia lakukan pada Justin, Rose berniat akan memperlakukan Justin dengan baik mulai saat ini untuk membalas semua kebaikan lelaki itu.

"Semoga Justin menyukainya," gumam Rose.

Rose lalu mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke SMA tempat Justin mengajar. Ia memakai dress selutut santai lengan panjang.

-

"Maaf, boleh tanya dimana Tuan Jeon?" Tanya Rose pada salah seorang guru lelaki yang baru keluar dari ruang guru.

"Ah, Pak Guru Jeon? Sepertinya jam mengajarnya sudah habis, tapi tadi dia pergi ke perpustakaan."

"Begitu? Baiklah, terima kasih."

Guru lelaki itu pun pergi melewati Rose ketika Rose baru saja teringat sesuatu. Ia tidak tahu dimana letak perpustakaan. Saat Rose hendak bertanya, guru itu sudah pergi menaiki tangga. Rose menghela napas lalu berjalan pelan tak tahu arah.

Untungnya, ada dua orang siswa yang percakapannya terdengar oleh Rose. Mereka berdua ternyata hendak menuju ke perpustakaan juga. Rose menghela napas bersyukur lalu mengikuti keduanya dari belakang.

Rose mengikuti kedua siswa yang memasuki perpustakaan itu. Walaupun sedang sepi, terlihat beberapa siswa memperhatikan Rose, tentunya karena Rose adalah orang asing di sekolah itu. Tetapi Rose tidak peduli, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut perpustakaan, mencari sosok Justin. Ketika ia berjalan ke bagian paling pojok perpustakaan, tempat sepi yang tertutup karena terhalang rak buku yang tinggi, ia menemukan Justin.

Tapi lelaki itu tidak sendirian rupanya. Rose melihat siswa perempuan yang duduk di samping Justin, Rose masih mengingatnya, gadis itu Jeon Somi. Entah kenapa mereka belajar di tempat yang sepi.

Prejudice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang