Eighth

2.5K 417 11
                                    

"Ayo tiuplah," ujar June.

Rose masih duduk terdiam menatap lilin di kue ulang tahunnya yang berada di atas meja. Mereka berdua kini duduk bersebelahan di ruang tengah rumah Justin.

"Kenapa diam saja? Kamu pasti sangat tersentuh ya menerima kejutan dariku?"

Rose menoleh ke June yang duduk di sampingnya. June tersenyum

"Kenapa?"

Pertanyaan June tidak ia jawab dan langsung meniup lilinnya. June langsung bertepuk tangan setelah lilin padam.

"Sekali lagi selamat ulang tahun Rose. Aku mencintaimu," ujar June lalu menarik Rose ke dalam pelukannya.

Rose pun membalas pelukan June. "Hm, terima kasih, June."

June melepas pelukannya lalu mengeluarkan hadiah untuk Rose yang dibungkus dengan kotak kecil.

"Ini hadiah untukmu, coba kau buka," ucap June sambil menyerahkan kotak kecil itu pada Rose.

Rose menerimanya lalu membukanya. Sebuah kalung. Kalung perak dengan inisial huruf J.

"J?"

"June, nama kekasihmu."

Rose tersenyum menerima hadiah dari June. "Terima kasih banyak, June. Kau melakukan semua ini untukku, aku bahkan tidak ingat kalau hari ini adalah ulang tahunku."

June menggerakkan tangannya mencapai puncak kepala Rose lalu mengelusnya.

"Aku sudah mengira kau pasti akan lupa, makanya aku sengaja memberikan kejutan untukmu. Tadinya aku mau memberi kejutan sehari lebih cepat kemarin, tapi kau tidak datang. Oh iya, apa yang terjadi kemarin?"

Rose tidak menjawab melainkan mengacungkan tangannya yang dililit perban.

"Ya ampun, Rose! Tanganmu kenapa?" June reflek memegang tangan Rose yang diperban itu.

"Aku hanya mencoba melakukan pertahanan diri saat tasku dicuri, tapi ternyata pencuri itu membawa pisau dan menyayat tanganku."

"Aduh, seharusnya kau lebih berhati-hati, Rose. Tapi sepertinya kau langsung ke rumah sakit, ya? Ini perban dari rumah sakit, kan? Kau ke rumah sakit sendirian?"

Rose menganggukkan kepalanya dengan kaku. Tentu saja ia tidak ke sana sendirian.

"Kenapa tidak menghubungi Jennie atau James mungkin?"

"Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula mereka punya kesibukan masing-masing. Oh iya, bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?" Tanya Rose yang mulai mengalihkan topik.

"Oh, aku tadi ke apartemen Jennie, tapi kau tidak ada dan akhirnya dia memberi alamat ini padaku."

"Dengan apa kau ke sini?"

June menunjukkan kunci mobil barunya pada Rose.

"Ayahku memberiku hadiah karena berhasil dapat beasiswa."

"Wow, keren!"

Oh iya, katanya ini rumah peninggalan ibumu, ya?"

"Ah, iya."

June mengangguk-angguk lalu mengedarkan pandangannya ke setiap sisi rumah. Dari ruang tengah memang bisa terlihat dua pintu kamar, tangga ke lantai atas dan pintu ke dapur. Pandangan June tertuju pada pintu kamar yang bersebrangan dengan pintu kamar Rose.

"Kau tinggal sendiri, kan?" Tanya June.

Rose seketika menegang.

"Te-tentu saja," jawab Rose lalu diiringi tertawa hambar.

Prejudice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang