Tenth

2.4K 413 7
                                    

Justin turun dari taksi lalu menggendong kembali Rose di punggungnya begitu mereka sudah sampai di rumah. Ia membayar taksi lalu si supir terlihat tersenyum.

"Rasanya senang melihat pasangan muda seperti kalian. Pasti kalian belum punya anak, kan?"

Justin tersenyum saja membalasnya.

"Masuklah, kasian istrimu harus istirahat."

Justin membungkuk pada supir taksi itu lalu berjalan menuju pintu rumahnya. Ketika ia baru saja mau menekan password, Rose tiba-tiba saja setengah tersadar lalu menjambak rambutnya.

"Hey kau! Justin Jeon! Kau siapa?!"

Rose berbicara keras tepat di telinga Justin. Justin mengaduh kesakitan karena rambutnya yang dijambak dan suara Rose yang memekikan telinganya.

"Ah, sakit, sakit!"

"Apa?! Sakit?! Dasar kau sudah merebut ibuku! Kau seharusnya mengembalikan ibuku bila dia sudah sembuh!"

Rose semakin keras menjambak Justin bahkan hingga kepala lelaki itu bergerak sesuai arah jambakannya.

"Sudah cukup! Aku tidak bisa membuka pintu kalau kau begini terus!"

Rose lalu akhirnya diam. Justin menghela napas lega lalu segera menekan password sebelum Rose kembali berulah. Begitu sampai di dalam, ia membawa Rose ke kamarnya, menidurkannya di tempat tidur lalu menyelimutinya.

Tetapi, Rose menahan tangan Justin ketika dia hendak pergi.

"Jangan pergi kau Justin!"

"Huh?"

"Kau tidak boleh meninggalkanku! Kau harus bertanggung jawab atas aku, kan?! Awas kalau kau berani macam-macam, akan kulaporkan pada ayahku!"

Bicara Rose mulai kemana-mana. Justin pun hanya menurut. "Iya, iya."

Ia lalu menepuk-nepuk tangan Rose yang memegang lengannya, menunggu gadis itu sampai benar-benar terlelap. Setelah sekiranya Rose tertidur, Justin melepaskan genggaman gadis itu dari lengannya lalu keluar dan menutup pintu kamar.

Justin memasuki kamarnya lalu terdiam di depan cermin. Tanpa sadar ia mulai tertawa kecil melihat rambutnya yang berantakan karena Rose menjambak-jambaknya tadi. Gadis itu ternyata kalau sudah mabuk menyeramkan juga, begitu pikir Justin.

Justin mengganti pakaiannya lalu berjalan ke dapur. Hari sudah sore dan dia harus menyiapkan makan malam, tentunya yang spesial untuk Rose karena dia tengah berulang tahun. Dengan semangat, Justin menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam.

-

Rose terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit dan pusing. Ia melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia pasti tertidur sejak sore, begitu pikirnya. Rose pun berjalan keluar kamar dan mendapati meja makan sudah dipenuhi berbagai hidangan makan malam. Ada kimchi dan jus alpukat kesukaannya juga.

Rose menghampiri meja makan lalu mengambil catatan kecil yang ditempel di mangkuk nasi. 'Selamat ulang tahun, ini hadiah tambahan dariku, selamat menikmati!' -Justin Jeon-. Rose tersenyum setelah membacanya.

"Terima kasih, Justin," ucap Rose sambil duduk di kursi bersiap untuk menyantap masakan Justin.

Tapi sebelum makanan itu sampai di mulut Rose, bel rumah berbunyi. Ia agak kecewa karena makan malamnya harus tertunda sejenak dan ia harus berjalan membukakan pintu. Tapi ia melihat interkom dulu tentunya agar tahu siapa yang datang.

June. Kekasihnya itu datang lagi. Rose menepuk dahinya, ia benar-benar lupa kalau mereka punya janji makan malam bersama. Rose pun panik, ia segera memasuki kamarnya lalu berganti pakaian. Ia juga mengirim pesan pada June untuk menunggu dulu di depan rumah.

Prejudice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang