Thirteenth

2.4K 427 6
                                    

"Rose! Kau masih tidur?"

Justin sudah mengetuk pintu kamar Rose berkali-kali sejak pagi. Dari mengajaknya sarapan hingga sekarang yang sudah saatnya makan siang.

"Rose, kau belum keluar kamar sejak pagi. Rose?"

Tetap saja tidak ada jawaban. Justin mulai khawatir terjadi sesuatu pada Rose. Ia pun mengambil kunci kamar cadangan di laci samping kamarnya lalu hendak membuka pintu kamar Rose. Tetapi, ketika kunci itu akan Justin putar, ia mengurungkan niatnya. Rasanya tidak sopan bila ia langsung masuk kamar Rose disaat ia belum mendapat izin.

Justin akhirnya tidak jadi membuka pintu kamar Rose. Ia mengambil ponselnya lalu menelepon orang yang sekiranya bisa membantunya.

"Halo?"

"Halo, Jennie?"

"Ada apa?"

"Bisa tolong ke rumahku? Tolong aku. Rose tidak mau keluar kamar sejak pagi, mungkin kau bisa membujuknya."

"Apa? Kenapa bisa? Baiklah, aku akan ke sana."

Justin menyimpan kembali ponselnya setelah panggilan berakhir. Ia berjalan kembali ke dapur, menyerah untuk mengetuk pintu kamar Rose dan memilih untuk menunggu Jennie. Dipandangnya makanan yang ia siapkan untuk makan siang Rose. Ia tersenyum masam lalu memilih untuk makan duluan.

Setelah selesai menghabiskan makan siangnya, bel rumah Justin berbunyi. Ia pun segera berjalan membukakan pintu tanpa melihat interkom karena sudah tahu siapa yang datang. Jennie sudah datang, ditemani James.

"Rose?" Tanya Jennie. Justin mengacungkan telunjuknya ke pintu kamar Rose, Jennie lalu segera berjalan ke arahnya.

"Rose? Buka pintunya. Rose!" seru Jennie sambil mengetuk pintu.

"Sepertinya dia tidak akan mau keluar," ujar Justin sambil menyerahkan kunci kamar cadangan pada Jennie.

Tanpa basa basi, Jennie langsung membuka kunci kamar Rose. "Rose, aku masuk, ya," ujarnya sambil membuka pintu. Tetapi tetap saja Rose tidak menjawab.

Jennie bisa melihat Rose masih berbaring di kasurnya dengan selimut yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia melirik Justin dan lelaki itu mengisyaratkannya untuk masuk sendirian. Jennie pun menutup pintu kamar lalu menghampiri Rose.

"Rose, bangunlah. Justin bilang kau tidak keluar sejak pagi? Ayo kita makan, kau harus makan," ujar Jennie sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rose. Tapi tetap tidak ada respon.

Jennie terdiam sebentar, memperhatikan Rose yang masih berada di balik selimut. Sepertinya ada yang tidak beres. Dengan perlahan, tangannya membuka selimut tersebut dan mulai memperlihatkan Rose yang masih terpejam dan berkeringat.

"Rose?!" pekik Jennie.

Justin dan James yang berada di luar kamar sontak membuka pintu karena terkejut. Justin segera berlari ke samping Jennie, melihat Rose dari dekat.

"Rose?! Apa yang terjadi? Dia berkeringat!" ucap Justin panik.

"Ayo cepat kita bawa dia ke rumah sakit!" seru Jennie.

-

June duduk di sofa tamu yang berada di ruangan kerja ayahnya. Di hadapannya, duduk sepasang suami istri yang tak lain adalah kedua orang tuanya. Tatapan June kosong, tidak berniat menatap mata kedua orang tuanya.

"June, ada apa?" Tanya ibunya.

June tertawa remeh mendengar pertanyaan ibunya yang menurutnya konyol. Bagaimana bisa ibunya bertanya begitu? Seolah tidak tahu apa-apa, apalagi merasa bersalah.

Prejudice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang