Ninth

2.5K 421 5
                                    

"Selamat datang, reservasi atas nama siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang, reservasi atas nama siapa?"

"James Park," jawab James pada pelayan restoran yang bertanya.

Mereka kini sudah sampai di restoran Tavolo 24, salah satu restoran mahal di Seoul. Pelayan tersebut lalu menunjukkan jalan menuju meja yang sudah James pesan, pas untuk empat orang. Justin lalu duduk bersebelahan dengan Rose dan James dengan Jennie. Setelah mereka duduk, pelayan memberikan buku menu. Banyak sekali pilihan makanan di sana, mulai dari makanan Korea, Jepang, hingga Amerika. Selain itu, tempat mereka duduk juga disajikan pemandangan Seoul yang indah dari jendela.

"Wah, kau hebat Jimin. Kau bisa tahu restoran seperti apa yang aku suka!" seru Rose yang merasa puas sambil melihat sekeliling restoran.

"Tentu saja, siapa dulu," ujar James tersenyum bangga.

Mereka berempat lalu terhanyut dalam berbagai perbincangan ringan sambil menyantap hidangan yang sudah datang. Sesekali mereka juga tertawa karena kekonyolan James.

"Oh iya, Justin, kau pasti belum menyiapkan hadiah untuk Rose, kan?" Tanya James.

"Iya," jawab Justin, ia lalu melirik ke arah Rose, "kau mau kuberi hadiah apa, Rose?"

Rose yang duduk bersebelahan dengan Justin lalu menatap lelaki itu. Ia berpikir, hadiah apa yang ia perlukan dari Justin.

"Ah, aku tahu. Ceritakan saja tentang ibuku sekarang," jawab Rose.

Tiba-tiba suasana menjadi hening, tidak satupun yang berbicara. Rose pun menatap orang-orang di sekitarnya itu secara bergantian.

"Kenapa?" Tanya Rose.

"Rose, apa kau yakin ingin mendengarnya sekarang? Di sini?" Tanya James ragu. Sementara Justin terlihat sedang berpikir, tapi kemudian ia juga bertanya pada Rose. "Kau yakin Rose?"

Sebenarnya Rose bisa tahu, penyebab ibunya pergi pastilah hal yang besar yang akan sulit ia terima, karena itulah ibunya merahasiakannya. Tapi Rose merasa inilah saatnya Rose tahu apa sebab ibunya pergi, karena tidak mungkin Rose harus terus berprasangka pada ibunya dan juga Justin. Akhirnya, dengan mantap Rose pun mengangguk.

Justin menatap James yang duduk di hadapannya, lelaki itu pun kemudian menganggukkan kepalanya, mempersilakan Justin untuk menceritakan semuanya.

"Baiklah, kalau memang kau ingin mendengarnya sekarang. Dulu, usiaku baru dua belas tahun ketika bertemu dengan Minyoung noona di rumah sakit. Ibumu orang yang hangat dan akhirnya kami pun menjadi dekat karena aku tidak punya siapa-siapa. Kata dokter aku mengalami hilang ingatan dan aku tidak memiliki keluarga. Sejak itulah, kami selalu bersama-sama di rumah sakit hingga aku pulih dan akhirnya aku memutuskan untuk menjaga Minyoung noona."

"Rumah sakit?" Tanya Rose. Jantungnya berdebar hebat. Ia tidak tahu apakah akan sanggup mendengar lanjutan cerita Justin.

Justin mengangguk. "Apa perlu kulanjutkan ceritanya atau kau mau mendengarnya lain kali saja?"

Prejudice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang