15

5.5K 150 11
                                    

HAPPY READING!
VOTE & KOMENTARNYA GUYS!

15. PEMBELAAN?

Bell istirahat sudah berbunyi dari lima menitan lalu. Sebagian murid sudah hilir mudik pergi menuju luar ruang kelas ini. Anya melirik kanan kiri, hanya tersisa beberapa anak murid yang lebih memilih makan bekal dari rumah-nya didalam kelas.

Anya menolak tawaran Bella ke kantin. Alasan-nya mengenai pusing dikening nya yang tak kunjung memudar. Anya juga menitip teh angat serta beberapa makanan sebagai pengganjal rasa lapar.

Derap langkah pria yang mendekat bahkan sudah berdiri disamping kanan-nya tak membuat Anya tersadar. Sampai sapuan tanggan yang mendarat dipunggung nya membuat Anya tersontak.

"Rendy!" sebut Anya. Wanita itu mengelus dada-nya pelan lalu terkekah. "Kaget yaampun!"

Rendy ikut tersenyum lalu berkata. "Samping lo kosong. Gue boleh duduk disitu sebentar?" tanya Rendy. Hal itu membuat Anya mengangkat alis lalu mengedikan bahu.

"Terserah," ucap Anya. Ia bergeser ke kursi Bella membuat Rendy duduk ditempat-nya tadi.

Memandang manik Anya. Rendy seketika teringat dengan kejadian pagi tadi. "Gimana? Masih sakit punggung lo?" Rendy dengan sorot khawatirnya membuat Anya mengulas senyum.

"Nggak. Maksudnya, nggak sesakit tadi," Anya meralat.

Rendy mengangguk satu kali. "Mau dilaporin atau nggak-"

"Jangan!" Anya memotong cepat membuat Rendy menarik satu alisnya penuh tanya. Kenapa Anya sampai setakut ini?

Rendy mengelus bahu-nya membuat Anya salah tingkah dan menurunkan tangan Rendy. "Sorry! Lo nggak usah takut. Kalo kaya gini, Dara makin jadi. Lawan! Jangan cuma mau nya diinjek injek. Emang sih dia kakak kelas. Tapi kalau salah, ya nggak bisa ditoleransiin Anya," kata Rendy.

Anya memilin bibirnya dengan pandangan kosong. "Aku nggak mau berurusan sama dia lagi. Nggak mau. Udah biarin aja, nggak usah nambah masalah lagi," terang Anya.

Rendy menghela nafas. ''Dia yang cari masalah sama lo!" Rendy menyeru tak terima.

Anya menggeretakan giginya menahan kesal. Rendy mengerti maksud dari reaksi Anya barusan. Wanita itu tetap bersikukuh tak mau memperumit keadaan.

"Oke kalo ini keputusan lo. Tapi, kalo lo berubah fikiran, gue bisa nemenin lo ke Bk. Gue punya bukti yang kuat buat mereka dipertimbangkan kelulusan-nya nanti," tawar Rendy. Anya mengangguk pelan sebagai respon.

"Nggak ke kantin?" tanya Rendy. Anya menggeleng.

"Aku nitip makanan sama Bella, tadi." Anya memperjelas.

Rendy beroh ria. "Mau ke Perpustakaan? Ayo kita belajar disana. Mumpung sepi kalo jam istirahat," Rendy dengan senyuman manisnya menawarkan.
Namun Anya menggeleng tanda penolakan. "Mungkin lain waktu. Kalo sekarang, maaf ya Rendy.. Aku nggak bisa," kata Anya setengah hati.
Rendy menaikan alis-nya dan berespon tak apa. "Oke. Nggak perlu dipaksa juga kalo nggak bisa. Gue duluan!" pamit Rendy lalu berdiri dan meninggalkan tempat tadi.

Seperti biasa, kantin selalu dipenuhi dengan murid dari macam macam kelas juga jurusan IPA maupun IPS. Duduk ditempat yang sama walaupun tak sekelas bukan masalah. Mempunyai banyak kawan dari luar kelas terdengar menyenangkan.

Doni Ujang maupun Sandi sudah duduk ditempat biasa. Kevin, pria dingin itu tengah menyesap Es teh dingin dengan Somai berbumbu kacang didepan meja-nya.

"Eh tau gakk?!" Doni heboh sendiri saat memulai perbincangan yang berkaitan men Ghibahkan orang.

Ujang melirik pria yang bersebelah dengan-nya. "Mau ghibah pasti?! Ketauan, tuh bibir lo mulai monyong monyong kek Ikan Koi begitu!" cetus Ujang diakhiri tawa.

K E N Y A (REVISI MENYELURUH) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang