19

3.4K 110 31
                                    

HAPPY READING
VOTE & KOMENTARNYA GUYS!
THANKS


19. ANGKAT SUARA

Kevin. Pria itu tidak nampak terlihat takut sedikitpun dengan apa yang terjadi kedepan nanti-nya. Ini bukan masalah yang cukup sepele yang mudah dimaafkan begitu saja.

Hey, lihatlah Rendy sekarang. Pria itu benar benar diberikan penaganan yang cukup serius dari para dokter. Merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukan? Cih! Rasanya Kevin ingin terbahak sekarang juga.

Jika disuruh kerumah sakit untuk meminta maaf pada orang tua Rendy dan bertatap muka nantinya, Kevin lebih memilih tidur dikamar dengan aroma terapy yang bisa buat bobo nya nyenyak kembali.

Haruskah Kevin meminta maaf? Tidak! Untuk apa Kevin melakukan hal itu. Apa yang sudah Kevin berikan pada Rendy kemarin cukup memuaskan.

Kevin tidak masalah pipinya akan dibalas satu pukulan atau bahkan lebih dari Rendy. Tapi, si bodoh Rendy itu bahkan tidak bisa hanya menyentuh ujung rambut Kevin sekalipun.

Bodoh? Ya Rendy bodoh kalau urusan adu kekuatan.

Langkah panjang Kevin membawa pada ruang kelas. Selama perjalanan, banyak pasang mata yang saling berbisik seperti biasanya. Tapi, Kevin cukup yakin kalau masalah Rendy kemarin sudah menyebar ke antera sekolah. Kevin tidak memerdulikan sama sekali untuk masalah itu.

"Vin gawat! Emaknya si kutu ada dikantor Man! Duh gusti, lu seharusnya jangan masuk dulu. Kan tadi pagi udah gue WA. Mangkanya baca Vin! Kumaha ieu hah?!" Doni terlihat kalang kabut sendiri ditempat duduknya.

Kevin hanya membalas dengan kekehan, meletakan ransel dan memasang earphone kembali. Doni melotot ditempat seraya menghadiahkan tepukan pada pundak Kevin yang mulai duduk dengan tenang.

"Lo kaga budek kan Vin? Jangan bilang, penyakit pagi lo nambah satu. Cukup bisu aja Vin, jangan pake budek segala. Mati Vin lama lama gue yallah.." kata Doni mendramatisir.

"Berisik," komentar Kevin enteng lalu melipat tangan untuk dijadikan bantalan tidur.

Doni makin dibuat heran dengan makhluk disampingnya. Terbuat dari apa Kevin ini? Bahkan, rasa cemas sedikitpun tidak nampak terlihat dari mata-nya. Apa begini seorang Kevin jika menghadapi masalah?

Apa sesantai ini? Jika diberikan kesempatan untuk menjadi seorang Kevin sehari saja, sepertinya rencana itu Doni tepis segera. Ia bahkan tidak bisa hanya berdiam duduk menghadapi masalah yang tengah dihadapi teman bangku-nya.

Tapi lihatlah Kevin? Hey, pria itu yang dilanda masalah! Perlu diingat! Bahkan Kevin sedang tidur! TIDUR! Allahuakbar.

Sepertinya, Kevin harus menambahkan kata Santuy untuk nama tengah-nya.
Marcellino Kevin Santuy Nugroho. Bahkan, nama Santuy sekalipun tidak memberikan efek menggelikan sedikitpun.

Doni ikut duduk dan menggerakan pundak Kevin berusaha menyadarkan. "Vin, yaelah masih pagi.. Ini masalah lo gimane? Jadi gue yang pusing Allahu!" Doni menggaruk kepalanya gatal.

Kevin membalas namun dengan mata masih terpejam. "Urusan gue. Lo diem." sahut Kevin.

"Bukan masalah begitu-''

Toktok

Ucapan Doni terhenti ketika Akbar selaku anak kesayangan guru mengetuk pintu kelas dua kali. Akbar memanjangkan leher mencari keberadaan orang yang ingin dicarinya.

"Eh Kevin sama anak baru. Siape? Anya ya? Nah iya.. Disuruh ke BK sekarang. Katanya penting!" Akbar memberitahukan membuat Doni menghadiahkan tepukan keras pada Kevin.

K E N Y A (REVISI MENYELURUH) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang