Happy Reading ^^
*Jinyoung POV*
.
.
"Eh... Ada apa?" Aku tergagap ketika mata Jennie menatapku lekat-lekat. Tatapan mata bundar gadis itu serasa mempersempit ruang geraknya.Jennie memberi isyarat, menunjuk ke atas kepala aku mendongak, salah paham akan isyarat yang diberikan jennie. Kemudian Jennie menghela napas, dan menyingkirkan daun yang ada di kepalaku. Jantungku langsung bereaksi hebat ketika tangan Jennie tak sengaja sedikut menyentuh dahiku.
"Jennie-ya..." Panggilku.
"Ya?" Jennie memiringkan kepala.
"Apa ada sesuatu yang kau inginkan?" Aku berusaha mengontrol rasa gugup.
"Apa?"
"Aku ingin memberimu sesuatu sebagai ucapan terima kasih karena telah membantuku." Aku tersenyum canggung.
"Tak ada. Kau tak perlu memikirkannya, Jinyoung-ah.." Jennie tersenyum.
"Apa yang kau suka?" Tanyaku
"Bunga... Aku suka banyak bunga berwarna-warni mengelilingiku." Ucap Jennie.
Aku menegakkan posisi duduk, merasa puas karema membuatnya Jennie menyerah. Lalu aku reflek mengulurkan tangan ketika Jennie tergagap kebingungan saat aku mendorongnya masuk ke dalam taksi.
"Yaa... Jinyoung-ah. Apa-apaan ini?" Jennie menahan tubuhku.
Aku terbelalak seakan baru saja tersadar dari lamunannya panjang.
"Maaf... Aku terlalu bersemangat sampai lupa mengatakannya padamu. " aku mengerang merasa bersalah.
"Apa?" Tanya Jennie.
"Tentu saja aku akan memberikan apa yang kau sukai. Sebagai ucapan terima kasih. Masuklah, jennie-ya.." aku tersenyum cerah.
Jennie melengos kemudian menurutiku. Si sopir mulai melajukan mobil ketika aku menutup pintu. Aku melirik jennie yang berada disebelahku. Gadis itu mengedarkan pandangannya. Gambaran taman bunga di halaman belakang rumah memenuhi kepala ku.
"Jennie-ya.."
Jenni tersentak.
"Maaf, aku mengagetkanmu?" Tanyaku.
"Tak apa. ku hanya sedikut mengantuk tadi." Jennie tertawa tipis.
"Kau tak mengantuk, tapi melamun." Ralatku.
"Kenapa kau menangis? Pertama kali kita bertemu, kau menangis. Apa kau maksih ingat itu? Aku tak bisa melupakannya. Saat itu, hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah kau membutuhkan pertolongan seseorang." Aku memperjelas berusaha mencairkan suasana.
Jennie terdiam tak tahu harus menjawab apa.
"Entah kenapa hal itu selalu mengganggu pikiranku. Kau terlihat begitu sedih saat itu. Begitu membutuhkan pertolongan seseorang untuk mengeluarkan mu dari kesedihan yang sangat dalam." aku mengalihkan tatapan sambil tertawa canggung.
"Bagaimana kau bisa berpikir begitu, jinyoung-ah?" tanyanya lirih.
"Karena aku pernah merasakannya... Jatuh ke dalam kesedihan yang begitu dalam. Itu saat aku kehilangan kakak ku satu-satunya. Dia orang yang begitu berarti bagiku. Dia kakakku sekaligus ayah... Juga sahabatku..." lirihku kemudian mengeluarkan air mata.
"Jinyoung-ah... Maafkan aku. Kau tak perlu melanjutkannya..." ucap Jennie menyentuh pundakku perlahan.
"Tak apa. Aku menceritakan nya karena aku percaya padamu, Jennie-ya..." balasku ternyum.
"Bae jinyoung... Dia percaya padaku?" batin Jennie
"Kenapa?" Jennie tersenyum kecut.
"Kau bahkan tak menceritakan masalahmu padaku. Ku pikir kau bahkan tak punya waktu untuk menceritakan masalahku pada orang lain." jelasku sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of Your Path-KTH💞
Non-FictionKenangan buruk dimasa lalu Jennie menimbulkan trauma hebat dalam kehidupan Jennie yang selanjutnya. Apakah ada satu cinta yang berakhir bahagia tanpa mengiris luka dan menggantikan kenangan buruk dimasa lalu Jennie dengan kebahagiaan..