Happy Trading ^^
Budaya kan vote nya say :**Author POV*
.
.
.
Jennie hanya tersenyum. Jemari nya mengelus kelopak bunga lili. Taman ini mengingatkannya pada Taehyung, tapi entah kenapa ingatannya kali ini membuatnya merasa lebih ringan. Memberikan rasa hangat yang menyusup ke relung hatinya....
*Jennie POV*
"Kau mau melihatnya, Jennie-ya?" tanya Jinyoung.
"Eh?"
"Kakakku... Maksudku fotonya. Ibu menyimpan nya cukup banyak." ucap Jinyoung padaku.
"Tapi..."
Jinyoung menarik tanganku, membawa ku masuk kembali ke dalam rumah. Aku hanya mendesah tak berdaya, menatap pasrah ke arah Jinyoung yang sibuk mengacak album foto di rak ruang keluarga.
"Ibu tak suka memajang foto jadi ia menyimpan semuanya di dalam album." oceh Jinyoung di tengah rasa frustasi karena tak kunjung menemukan album yang tepat.
"Kurasa itu lebih privasi." komentarku sambil mengangguk-angguk.
"Ah, ini dia!" Jinyoung menghampiri ku, membawa sebuah album yang terbuka di tangan.
"Jinyoung oppa?" panggil seseorang.
Aku baru saja akan menerima album itu ketika tiba-tiba seorang gadis berkuncir merah muda masuk ke ruang keluarga. Mata gadis itu menatapku asing, menelusuri ku dari atas ke bawah. Setelah itu ia mengernyit tak senang.
"Ada perlu apa, sohyun-ah?" Jinyoung meletakkan album itu ke meja.
"Bibi memintaku untuk membantu oppa memasak makan malam karena ia akan pulang terlambat malam ini. Ia berpesan padaku sebelum berangkat tadi." jelas So hyun. Sedikit-sedikit matanya mencuri pandangan ke arah ku.
"Setidaknya kau mengetuk pintu dulu." ucap Jinyoung pada Sohyun.
"Kau bicara apa, oppa? Aku selalu begini. Biasanya kau tak pernah mempermasalahkan." dahi sohyun berkerut.
"Dia tetanggaku. Gadis yang ku berikan hadiah kemarin." ucap Jinyoung beralih padaku, membuat perasaan sohyun makin tak enak karena perkataan nya di abaikan.
"Benarkah?" mata ku melebar kemudian menemukan gelang yang dipilih nya bersama Jinyoung terlilit di pergelangan tangan gadis manis di hadapanku. Aku tersenyum puas setelah melihat sohyun terlihat begitu cocok mengenakannya.
"Kau memilih hadiah ulang tahunku bersamanya, oppa?" tanya sohyun perlahan. Mada bicara gadis itu tiba-tiba menimbulkan suasana tidak enak.
"Ya..." ucap Jinyoung.
"Ku pikir kau memilihkan nya sendiri untukku." raut wajah sohyun mendadak pias. Mata gadis itu tampak berkaca-kaca di bawah sinar lampu ruang keluarga. Aku yang menyangka isi hati sohyun terdiam, merasa tak enak hati.
"Sohyun-ah... Itu bukan masalah kan? Aku sendiri yang ingin memberimu hadiah itu. Aku hanya meminta bantuan jennie untuk memilih yang tepat karena aku ingin membuat mu senang." jelas jinyoung lembut. Tangannya hendak menyentuh kepala sohyun, tapi gadis itu segera menepis nya.
"Kau tak pernah membawa seorang gadis masuk ke rumahmu. Siapa dia?" sohyun melirikku tajam.
"Dia temanku..." ucap Jinyoung.
"SIAPA DIA???" jerit sohyun emosi.
"Anoo... Aku teman jinyoung, park jen.."
"AKU TAK MEMINTAMU MEMPERKENALKAN DIRI!!!" teriak sohyun.
"SOHYUN!!" bentakan Jinyoung memenuhi ruangan, sekejap membuat hening suasana yang sebelumnya ribut. Aku diam menatap lantai, tak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar tak mengira hal semacam ini akan terjadi hanya karena membantu Jinyoung memilih hadiah untuk seorang gadis.
Tubuh sohyun bergetar menahan luapan emosi. Kepala gadis itu tertunduk. Titik demi titik air matanya mulai berjatuhan. Jinyoung menatap sohyun, merasa bersalah.
"Maafkan, Sohyun-ah..." lirih Jinyoung.
Sohyun mundur selangkah menghindari tangan jinyoung yang hendak menenangkannya.
"Aku sudah mengenalmu bertahun-tahun, oppa.... Di-dia bukan sekedar temanmu, kan...?" isak sohyun.
"Aku menyukainnya. " ucap Jinyoung.
Napas ku serasa terhenti mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Jinyoung.
"Oppa... Apa kau tak tahu bahwa sudah lama aku menyukaimu?" sohyun tersenyum kecut.
"Aku tahu..." ucap Jinyoung.
"Lalu kenapa? KENAPA kau tak melihatku?? KENAPA DIA??" sohyun berusaha menguatkan suaranya yang bergetar karena menangis. Jinyoung mendesah perlahan sambil melirikku.
"Aku tak bisa, sohyun-ah." jawab Jinyoung lirih.
"Kau menganggapku sebagai adikmu, kan?" tanya sohyun.
"Aku benar-benar minta maaf.." Jinyoung memejamkan mata.
Sohyun menarik satu napas dalam, kemudian mengusap air matanya dengan punggung tangan. Sudut bibir gadis itu memaksakan sebuah senyuman.
"Aku selalu bermimpi mendapatkan cinta pertamamu, oppa. Namun mimpi itu harus ku kubur sekarang, tapi tidak dengan mimpiku untuk menjadi gadis yang paling kau cintai." sohyun menatap Jinyoung lurus dengan mata sembab.
"Gadis ini begitu tangguh..." batinku terpaku pada sohyun.
"Aku pulang." sohyun segera berbalik, meninggalkan rumah jinyoung dan menyisakan aku dan Jinyoung dalam suasana hening yang canggung.
"Cinta pertama..." ucap Jinyoung melirikku.
"Jennie-ya, maafkan aku..." jinyoung mengusap rambut nya frustasi.
Aku menatap pemuda itu. Cinta pertama jinyoung. Itu aku? Aku makin kacau balau. Merasa kacau karena memberi harapan konyol pada pemuda itu. Aku bahkan tidak menyukai Jinyoung dengan cara yang benar.
"Maaf... Aku harus pulang, jinyoung-ah. Jiso menungguku." pamit ku kemudian mengambil tasku di sofa ruang keluarga.
"Tapi..."
"Tak apa, jinyoung-ah. Aku baik-baik saja. Kau yang sebaiknya menenangkan diri terlebih dahulu, oke." jelasku.
"Baiklah. Ayo, ku antar." Jinyoung menunduk pasrah.
"Belum terlalu gelap, aku bisa pulang sendiri. Aku pulang dulu." ucapku.
"Hati-hati..."
...
*Jinyoung POV*
Aku mengantar jennie hingga ke pintu gerbang. Mataku terus mengawasi gadis itu hingga menghilang di belokan jalan. Aku menghela napas, sesak mengingat kejadian barusan. Terlebih lagi, ia mengungkapkan perasaan sebelum waktunya saat park jennie baru saja membuka hati untuk ku.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Vote and coment geh say, biar aku semangat nih nulisnya 😂 stay terus ya di ceritaku ini.. Aku bakal update secepatnya untuk chapter selanjutnya.
Makasih juga yang udah mau baca, vote, coment. Makasih banyakk 😙❤
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of Your Path-KTH💞
Non-FictionKenangan buruk dimasa lalu Jennie menimbulkan trauma hebat dalam kehidupan Jennie yang selanjutnya. Apakah ada satu cinta yang berakhir bahagia tanpa mengiris luka dan menggantikan kenangan buruk dimasa lalu Jennie dengan kebahagiaan..