Seoul, Musim Gugur Tahun 2017.
Seorang gadis berambut ikal panjang sepunggung-Jennie yang tengah mengumpulkan dedaunan kering yang berserakan di taman universitas. Ia melirik jam tangan-masih setengah jam lagi kakaknya keluar dari gedung kuliah. Angin musim gugur yang cukup dingin bertiup membuat dedaunan yang sudah dikumpulkannya berserakan lagi.
Jennie menghela napas. Tak mau kalah dengan angin, ia membelakangi arah angin bertiup-melindungi tumpukan daun itu agar tidak berlarian lagi. Jennie mengawasi sekitar. Ia mengeluarkan dua buah ubi dari kantong kertas yang dibawanya.
Gadis itu mengerang frustasi saat menyadari bahwa ia lupa membawa korek api untuk menyulut dedaunan itu. Terlintas di kepala Jennie adegan film-film petualangan di mana si tokoh membuat api dengan menggesekan ranting pada batu. Ia segera mencari ranting yang cukup besar. Lalu tangan mungilnya mulai menggesekan ranting itu pada sebongkah batu. Nihil. Jennie merengut, ia sdh membayangkan akan menunggu kakaknya selesai kuliah sambil menikmati ubi hasil bakarannya sendiri. Yang ada sekarang ia mulai mendengar suara perutnya yang keroncongan.
"Apa kau tersesat." seorang pemuda menghampiri Jennie menatapnya prihatin. Pemuda itu mengisap rokoknya dalam-dalam, kemudian berbalik membelakangi Jennie untuk menghembuskan asap buangannya.
Jennie tersentak kaget.
"Kau murid SMA kan?" lanjut pemuda itu sambil membuang puntung rokoknya dan menginjaknya hingga padam.
"Kau tak ingin merokok lagi?" Jennie melebarkan matanya. Jennie menatap puntung rokok itu kecewa-seharusnya ia bisa gunakan putung rokok itu untuk menyulut dedaunan.
"Heh?" pemuda itu nampak terkejut mendengar ucapan Jennie.
"Aku ingin menyulut dedaunan itu untuk membakar ubiku." Jennie menundukkan kepalanya dan menunggu jawaban dari pemuda itu.
"Kau menyuruhku merokok agar kau bisa menggunakan puntungnya untuk menyulut panggangan ubi?" pemuda itu tertawa hingga membungkuk terduduk di rerumputan taman.
Jennie mulai kesal mentap pemuda aneh itu. Ia langsung memasukan ubinya kembali ke kantong, hendak beranjak pergi.
"Ya! Tunggu!" si pemuda menarik kerah jas Jennie dari belakang yang hampir membuat Jennie terjatuh.
"Ya! Apa-apaan kau?!" teriak Jennie kesal sambil membetulkan kerah yang menjerat lehernya.
"Kau mau makan ubi, kan?" si pemuda mengeluarkan kantong kertas dari saku mantel yang berisi ubi.
Jennie masih belum menerima pemberian pemuda itu. Ia menatapnya curiga.
"Teriang nasihat bahwa sebisa mungkin jangan menerima makanan pemberian orang asing. Bisa jadi ia orang mesum yang memperdaya Korbannya dengan makanan yang diberi obat bius." batin Jennie.
"Ya! Aku tidak memasukan apa pun ke dalam ubi ini." si pemuda mengangkat bahu-seperti dapat membaca pikiran Jennie.
Jennie yang tidak menjawab masih menatapnya pemuda itu curiga.
"Ini organik." lanjut si pemuda itu sambil mencuil sedikit ubi kemudian melahapnya meskipun terlihat sedikit kepanasan
"Bagaimana kau tahu itu organik." tanya Jennie dengan hati-hati menatap pemuda itu.
"Aku penikmat ubi bakar sejati." pemuda itu mengeluarkan senyumnya yang manis dan memperlihatnya gigi kelincinya.
"Bodoh." Jennie yang sambil tersenyum diam-diam tertawa.
"Kau mau ubinya atau tidak?"
Tawar pemuda itu sambil menyerahkan ubinya kepada Jennie.Tanpa menjawab jennie langsung mengambil ubi bakar dari tangan pemuda itu. Si pemuda tersenyum simpul, merasa senang karna promosi ubi bakar nya berhasil.
"Ini benar organik tanpa pestisida. Aku sendiri yang menanamnya." jelas pemuda itu.
"Eh..?" Jennie terkejut dengan ucapan pemuda itu. Ia tidak mengira kalau dia menanam ubi.
"Apa maksudmu dengan 'eh'?" si pemuda mencibir.
"Kau tidak pernah melihat petani setampan aku? Aku mahasiswa jurusan pertanian di sini." lanjut si pemuda dengan percaya diri yang dihiasi senyuman khasnya.
"Cih, dasar." tawa Jennie kemudian menatap senyuman pemuda itu, begitu indah sekali seakan semua masalah yang ada di dunia ini bisa dileburnya. Mata pemuda itu begitu bercahaya-penuh harapan kehidupan.
"Ubimu kurang?" tiba-tiba si pemuda menyadari tatapan Jennie.
"Ya." jawab Jennie asal.
"Kenapa tidak bilang padaku." si pemuda tertawa kemudian membagi ubi miliknya pada Jennie.
"Namaku Kim Taehyung, siapa namamu?" pemuda itu menekankan.
"Park Jennie." jawab Jennie canggung.
Pemuda itu mengangguk-angguk. Di mata Jennie, Kim Taehyung terlihat seperti orang yang hidup kokoh dengan prinsipnya sendiri.
•••
"Jennie-ya?" seorang pemuda memanggil-itu adalah park Jimin kakaknya Jennie.
"Oppa..." Jennie menoleh kaget. Kakaknya sudah berdiri di belakangnya. Jennie segera berdiri dan membersihkan roknya dari rerumputan kering.
Taehyung menatap kakak Jennie sambil tersenyum.
"Sedang apa kau dengannya." tanya jimin penuh selidik.
"Oh dia Kim Taehyung. Kami makan ubi bakar sambil menunggumu. Taehyung-shi perkenalkan kakakku-Park Jimin." jelas Jennie.
"Salam kenal. Aku Kim Taehyung, mahasiswa jurusan pertanian di sini." Taehyung membungkukkan badannya dengan sopan.
"Apa kau sudah lama mengenal adikku?" Jimin menatap Taehyung dengan tatapan tidak suka.
"Oh, Jennie-shi? Kami baru berkenalan tdi." jelas Taehyung.
"Jennie-ya.. Ayo kita pergi." Jimin menghela napas, kemudian menggandeng tangan adiknya satu-satunya itu.
"Jangan dekat-dekat dengan pemuda itu." sahut Jimin tidak suka melihat penampilan Taehyung yang terlihat seperti anak nakal.
"Dia tidak seperti yang kau kira oppa." Jennie menatap Jimin tidak setuju.
"Kau baru saja mengenalnya, Jennie-ya. Apa aku bisa percaya?" Jimin membulatkan matanya tidak percaya dengan ucapan adiknya itu.
Jennie terdiam. Jimin tidak salah, namun hatinya tetap tidak menerima perkataan kakaknya tentang Taehyung. Sosok pemuda itu begitu melekat di benaknya mesku mereka baru bertemu untuk kali pertama.
Next•••>
Jangan lupa ya Guys vote, saran, kritik, dan komentarnya kaliand sangad aku butuhkan setelah membaca ini.. And Thank juga kaliand yang udah mau baca. 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of Your Path-KTH💞
No FicciónKenangan buruk dimasa lalu Jennie menimbulkan trauma hebat dalam kehidupan Jennie yang selanjutnya. Apakah ada satu cinta yang berakhir bahagia tanpa mengiris luka dan menggantikan kenangan buruk dimasa lalu Jennie dengan kebahagiaan..