"Hei, tahukah kamu?"
.
Tiba-tiba, gadis mungil itu menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadapku yang sejak tadi berjalan mengikutinya.
Jari-jari kecil saling terkait ia sembunyikan di balik tubuhnya sementara rambut coklatnya ia biarkan disambut lembut oleh angin seiring gadis itu memutar tubuhnya.
Wajahnya samar akibat seberkas cahaya yang memantul di belakang punggungnya. Namun, senyum yang ia tunjukkan serta suara yang keluar dari mulutnya itu terus melekat dalam ingatanku.
... Siapa? tanyaku dalam hati. Namun, sesungguhnya aku telah mengenalnya.
Gadis itu telah menjadi sosok yang paling dekat denganku, sosok yang paling penting bagiku, sosok yang tidak lagi dapat tergantikan. Akan tetapi, entah mengapa mengingatnya selalu membuat dadaku sesak.
Di bawah naungan ribuan pohon yang menjulang tinggi, gadis itu berdiri, terdiam di antara indahnya daun-daun yang terhempaskan oleh angin. Perlahan, daun-daun itu melayang turun, satu demi satu menyentuh bumi tanpa menghasilkan satu pun suara.
... Sungguh, ada yang tidak beres.
Aku berusaha mengelak, mencoba memalingkan diri dari apa yang aku rasakan. Namun, tanpa sadar, tanganku telah meraih keganjilan dalam diriku, satu-satunya gemuruh yang menyatakan aku hidup, suatu debaran kuat yang mungkin aku tahu penyebabnya.
"... Souma?" suara itu terus bergema dalam pikiranku. Menyadarkanku.
Mulutku mengatup. Tanganku mengepal. Sudah tidak ada waktu lagi.
Aku tahu apa yang akan terjadi. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Oleh karena itu, sebisa mungkin aku ingin segera meraih tangan gadis itu, menariknya dan mendekapnya erat agar ia tidak menghilang.
... menghilang? tanyaku sembari berusaha mengingat kembali akan sesuatu. Sesuatu yang amat penting.
Walau demikian, gadis berambut cokelat itu masih berada di hadapanku, menungguku seperti biasa di bawah jejak cahaya yang menyelinap masuk melalui celah-celah ranting pohon.
Senyum lebar dengan pipi rona merah muda bagai bunga sakura yang sedang merekah, gadis itu memandangku dengan penuh kehangatan seolah kegelisahanku tidak ada artinya. Namun, sedikit aku ketahui, di balik senyum hangatnya, terdapat pula kepedihan yang tak terelakkan.
.
"Tahukah kamu kenapa hutan ini disebut sebagai 'Hutan Putih'?"
.
Seakan ditarik oleh sang waktu, sekali lagi aku kembali ke saat-saat nan damai itu, ke saat ketika aku masih belum menyadari bahwa kisah inilah yang akan menjadi pengantar dari semua perjalananku.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Forest (END)
Fantasy"Tahukah kamu kenapa hutan ini disebut sebagai 'Hutan Putih'?" . Kisah yang hampir terlupakan itu muncul di dalam ingatanku seolah-olah memberitahuku hal penting apa yang terlewatkan olehku ... dan kini saatnya aku mendapatkannya kembali! ...