16

77 20 24
                                    

Dengarkan baik-baik, anakku ....

Tidak ada tempat yang lebih aman di dunia ini selain kediaman Dewa Putih, karena ia yang menciptakan seluruh hutan ini benar-benar ada.

.

"Rena," panggilnya, "ada apa?"

Tubuhnya melonjak. Langit senja yang terpantul pada bola mata pemuda itu menyadarkannya. Souma--pemuda yang dikenalnya secara tidak sengaja itu tengah memandangnya dengan khawatir. Namun, tak dapat disangkal jika wajah gadis itu semakin memucat. Terlebih, ketika bisikan-bisikan itu tak juga lepas dari pendengarannya.

"Lapar ...."

Jauh di dalam kegelapan, gumaman rendah itu terus menghantuinya. Meski lemah, makna yang terlontar begitu jelas, menyampaikan hasrat yang kuat.

"Aku ingin makan ...."

Pemuda yang berdiri di sampingnya tampak tak mendengar suara tersebut. Namun, bagi dirinya yang mengenali suara tersebut, mendengarnya saja sudah cukup membuat bulu kuduknya merinding

"Oh? Betapa tidak kedua anak itu terlihat lezat ...?"

Jantungnya seakan berhenti mendadak ... dua anak?

Seketika pemilik suara tersebut memutuskan targetnya dan mulai bergerak, ia segera meraih tangan pemuda di sampingnya dan pergi berlari. Akan tetapi, bukannya cepat-cepat keluar dari hutan, gadis itu malah berlari menuju ke arah mata air--tempat kediaman Dewa Putih, mengikuti nasihat sang Ayah.

"Rena?!" panggil pemuda tersebut, terkejut atas sikapnya. Namun, tidak sekali pun gadis itu melonggarkan genggamannya.

Derap langkah kaki yang mengikuti mereka terdengar kian jelas, berikut helaan napasnya yang berat. Perlahan, bahaya yang mengintai mereka pun mulai terlihat.

"Ah, akhirnya, tersusul juga."

Setelah berlari dan menghindari serangannya, makhluk tersebut akhirnya menampakkan diri. Seekor serigala berbulu abu-abu setinggi manusia dewasa itu perlahan menghampiri mereka. Mata semerah darah itu kini terkunci pada kedua mangsanya.

Ini pertama kalinya gadis itu melihat makhluk tersebut. Namun, tidak demikian bagi pemuda di sampingnya. Pemuda bersurai hitam tersebut tampak mengenali sosok yang sedang berdiri di hadapan mereka, termasuk kertas-kertas bertinta merah yang memenuhi seluruh tubuh serigala tersebut.

"Souma!" serunya dan menarik tangan pemuda tersebut untuk menghindar. Namun, pemuda itu sama sekali tak bergeming dari tempatnya.

"Tidak apa-apa, percayalah padaku," ucap Souma dengan tenang sementara serigala bermata merah itu semakin mendekat.

Gadis itu ingin sekali mempercayai perkataan pemuda tersebut. Namun, ketika serigala itu memamerkan taring di balik mulutnya yang setengah terbuka itu dan mulai mengayunkan cakarnya, tentu ia ingin melepaskan genggamannya dan pergi melarikan diri. Akan tetapi, gadis itu tidak melakukannya. Ia tidak ingin meninggalkan pemuda tersebut sendirian dan malah semakin mengeratkan genggamannya.

"SOUMA!!" teriak gadis itu histeris ketika darah mulai mengalir turun dari lengan pemuda tersebut. Meski berhasil bertahan, cakar makhluk itu rupanya berhasil mengoyak lengan pemuda tersebut.

Pemuda itu meringis kesakitan. Namun, entah mengapa, ia malah tersenyum--seolah-olah pemuda itu  memang menantikannya.

Tepat sebelum serigala tersebut kembali mengayunkan cakarnya, pemuda itu menyentuh kertas-kertas pada tubuh makhluk tersebut dengan tangannya yang bersimbah darah. Seketika itu juga, tulisan bertinta merah yang tertera pada kertas-kertas tersebut bersinar.

White Forest (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang