Lelaki itu menguap lebar saat menatap laptopnya yang hampir seharian menyala, bahkan sudah sore pun dia masih harus berkutik dengan benda sialan ini bahkan ia tak pergi kuliah karena harus mengerjakan semuanya. Ponsel disamping laptopnya yang terus bergetar karena dapat amukan dari sang kekasih itu pun ia abaikan seharian.
Yoongi menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya, menatap lamat pekerjaan yang tak ada habisnya itu, sampai tumpukan sampah minuman dan beberapa puntung rokok dimeja kerjanya ikut menganggu.
Dia mengambil bungkus rokok yang tergeletak disamping ponselnya, meremas kuat, ternyata dia kehabisan rokok.
Lelaki itu mulai merasa uring-uringan tanpa batang tembakau itu, dia terpaksa memainkan ponselnya dan terkejut karena melihat beberapa ratus panggilan dari sang kekasih tapi ada yang menarik di sana, hingga membuat matanya memicing karena ada satu pesan dari nomor yang tidak dia simpan di kontak.
Tapi dia tahu pasti jika nomor itu milik Dahyun.
Isi pesannya langsung dengan cepat ia buka.
Tolong!
Satu kata yang membuat kedua alisnya terangkat setelah melihat pesan yang baru ia terima sekitar setengah jam yang lalu.
Yoongi mulai berkutik cepat dengan laptopnya lalu menutup alat elektronik itu dan bergegas pergi dengan bermodalkan celana panjang bewarna army gelap, kaos putih yang terlihat kebesaran serta topi hitamnya.
Lelaki itu berlari cepat menuju lift dan menekan tombolnya, pintu otomatis itu terbuka namun dia tersentak saat melihat gadis mungil itu sudah berdiri disana. Penampakan Dahyun dengan wajah sembap karena menangis serta beberapa goresan luka ditangannya sempat membuat nafas Yoongi tercekat.
Lelaki itu langsung menarik kedua bahu Dahyun agar keluar dari lift. Gadis itu sudah terlihat kacau dan dia menangis begitu saja didekat Yoongi.
"Ada apa?!" Panik Yoongi dengan wajah yang terlihat marah.
Isakannya begitu parau, serak dan terdengar merintih, gadis itu menunjukan pergelangan tangannya yang sedikit teriris dan berdarah pada lelaki didepannya sambil terus menangis.
"Ada apa sih?!"
Hiks!
"Toko saya kemalingan." Jelas gadis itu susah payah sambil terus terisak.
Baru kali ini mata Yoongi terlihat jelas, kala dirinya melotot lebar pada gadis yang tidak menatap kearahnya itu. "Jam berapa kejadiannya? Berapa orang? Dia bawa senjata apa?"
"Tadi, sendirian, dia bawa pisau terus nodongin ke saya."
"-waktu saya lagi mau buka laci dia malah nyesetin pisaunya, sakit Kak Yoongi." Rintihnya parau mengadu pada lelaki itu sambil mengusap air matanya kasar, sudah tidak ada tempat mengadu terdekat setelah kekasihnya Kim Taehyung yang ditelfon namun tak ada jawaban.
Walaupun dia paham Yoongi tak akan peduli jika dirinya itu mengadu, bahkan kedua orang tuanya juga tidak ada satupun yang datang atau sekadar memberi jawaban. Satu-satunya orang yang dekat dengan tempatnya saat ini hanya Yoongi, ya Yoongi seorang.
Gadis itu sudah terlihat kacau, namun tanpa disangka lelaki menyebalkan itu memeluknya sambil terus berusaha menenangkannya.
Dia terkejut, tapi rasa takutnya menguasai pikirannya.
"Udah udah hei?" Bisik Yoongi.
Lelaki itu melepaskan pelukannya dan menarik gadis itu ke apartemen Wendy, "Kita obatin tangan lu sekarang." Ujarnya.
Dduuk duk duk!
"Wen! Wendy!" Panggil Yoongi sambil terus menggebuk pintu apartemen Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Market ✔
Fanfic"Lu itu kayak eskrim, kalo gak dingin ya bikin nagih" "Kamu itu kayak gula pasir, kalo gak manis ya ngeres" Dia tidak pernah menyangka bahwa hidupnya harus jadi serumit ini pasca bertemu dengan lelaki aneh yang selalu berbelanja di mini marketnya ...