17. Cekcok

904 113 3
                                    

Dahyun mengusap kasar wajahnya, dia agak lelah sekarang. Entahlah, biasanya dia tidak pernah selelah ini tapi sore ini dia benar-benar ingin menutup marketnya dan beristirahat. Sepertinya dia sedang tidak enak badan. Ditambah dengan goresan luka ditangannya yang masih terasa perih ini cukup menganggu aktivitasnya.

Taehyung, astaga rasanya masih ingin menggeleng saja. Lelaki yang sudah menyakiti dirinya secara fisik maupun tidak.

Rasanya juga sulit sekali untuk memaafkan lelaki itu, hatinya sangat hancur. Sebenarnya perkara hancur bukan hanya saat Taehyung menyakitinya, dia tak apa disakiti. Karena yang lebih sakitnya saat Taehyung harus dengan susah payah memelas didepannya dan dia harus berusaha sekuatnya untuk tidak luluh padahal dia ingin sekali memeluk lelaki itu.

Benci sekali.

Hiks!

Dahyun jadi terisak sendiri memikirkannya. Dia terduduk dan menenggelamkan wajahnya diatas meja kasir, bahunya naik turun karena sesegukan yang dibuatnya.

Lelah, terluka, patah hati, perjodohan paksa. Semuanya menjadi satu tanpa diduga-duga, sangat mengejutkan. Bagaimana caranya agar bisa menjalani semua dan menyelesaikannya satu persatu?

"Beli?" Seru seorang anak kecil dimeja kasir yang Dahyun pakai untuk menangis itu.

Dia datang tanpa bersuara sama sekali, maksudnya biasanya jika pintu market terbuka pasti ada bunyi lonceng beradu disana.

"Beliii?" Serunya lagi.

Dahyun mengangkat kepalanya dan langsung menghapus kasar air matanya saat melihat anak lelaki kecil itu sudah memegang sebuah eskrim disana.

"Ini berapa?" Tanyanya dengan polos.

Anak kecil memang begitu, datang mengambil barang tidak melihat harga, bertanya pasti karena takut uangnya tidak cukup.

"Harganya duabelas ribu." Lirih Dahyun.

Benar saja, anak itu langsung bergegas mendekati lemari eskrim lagi dan menukarnya dengan yang lain.

"Kalo yang ini?" Serunya dari jauh menunjukkan eskrim itu pada Dahyun.

"Sepuluh ribu."

"Yang ini?"

"Limabelas ribu."

"Ini?"

"Kamu mau eskrim apa?" Tanya Dahyun.

"Aku mau eskrim yang enak."

"Kamu ambil aja eskrim yang paling enak kesini." Ujar Dahyun menunjuk meja kasirnya.

"Aku pengen, tapi uangnya gak cukup." Sahutnya dengan menggemaskan.

"Udah ambil aja terus bawa kesini."

Anak lelaki itu mengambil eskrim pilihannya, eskrim cone rasa cokelat itu ia bawa dengan hati-hati menuju meja kasir.

"Ini berapa?" Tanyanya.

Dahyun men-scan barcode yang ada pada bungkus es itu.

"Sepuluh ribu."

"Uang aku gak cukup." Sahutnya memberikan selembar uang limaribuan diatas meja kasir.

Dahyun memberikan eskrim dan mengembalikan uang anak kecil itu, dia lalu mengambil uang yang ada disakunya.

"Aku yang bayarin, kamu boleh makan es krimnya." Sahut Dahyun.

"Tapi, nanti aku dimarahin Mama. Nanti aku dikiranya ngambil eskrim?"

"Bilang sama Mama kalo kamu dikasih eskrim sama aku." Ujar Dahyun.

Mini Market ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang