05. Kuliahin Aja

1.2K 152 2
                                    

Bertemu hari yang amat dihindarinya, mengunjungi kampus yang disarankan ibunya waktu itu, berharap minggu ini tidak pernah ada tapi mau tak mau harus terjadi juga. Ya, demi menjalankan bisnis dia juga harus berlatih serta belajar lagi dalam dunia per-uangan.

Setelah semua urusan pendaftaran dan biaya yang sudah ibunya persiapkan, dia hanya perlu memiliki niat dan melangkahkan kakinya saja untuk berjalan ke kampus, walaupun dengan terpaksa ke sini mau tak mau dia harus tetap mengikuti ospek dan kelas.

Dahyun menyeruput sekotak susu kacang hijau yang ia ambil dari tokonya, sambil terus melangkah dan mencari dimana lapangan yang harus ia datangi sekarang.

Tapi, saat ini dia mulai kebingungan.

Pasalnya dia sudah menemukan lapangan yang dimaksud, namun disana hanya nampak banyak orang dengan keadaan terduduk sambil dimaki habis oleh seseorang. Orang yang tak begitu asing baginya.

Dia sendiri terus memfokuskan pandangannya sambil memicing tajam.

Sial!

Mata minus yang dideritanya mengganggu penglihatan jarak jauh itu.

Lelaki itu terlihat sangat berkarisma dengan kemeja putih yang dikenakannya serta celana bahan bewarna krem dengan sepatu sneakers yang membuat penampilannya jauh lebih terlihat seperti anak muda. Bukan seperti bapak-bapak yang membeli dua kotak susu formula, sekotak makanan bayi, dan satu pack besar popok ukuran M.

Wow!

Jangan bilang bahwa dia baru saja memuji sosok itu dalam pikirannya, pasti syarafnya sedang ada yang tidak beres atau nyawanya masih tergeletak di atas kasur.

Lelaki itu memaki habis semua calon mahasiswa dan mahasiswi baru yang terduduk memelas di bawahnya.

"Lu!"

Seketika mata Dahyun terbuka lebar.

"Ngapain di situ? Mau ngemis?"

Kalau saja matanya bisa keluar mungkin sudah menggelinding jauh dari tempatnya berdiri sekarang, karena melihat kelakuan bapak-bapak itu.

"Gua tanya, lu ngapain di situ? Kalo mau minta-minta bukan di sini tempatnya, mending ke lampu merah aja!"

Gadis itu hanya mengkerutkan dahinya bingung.

"Oh, telat!" Tebalnya.

Dahyun langsung melihat ke sekelilingnya yang tak ada orang satupun di sana selain dirinya, semua mata tertuju padanya sedari lelaki itu memaki.

"Udah telat kagak sadar diri!"

Pekikkan itu benar membuatnya bungkam seketika, mungkin dia akan mengkorek telinganya setelah pulang dari sini.

"Sini lu!" Pekiknya benar-benar marah.

Dahyun berlari kecil menuju lelaki itu, "Kenapa ya, Mas?"

"Kenapa?" Tanyanya mengulangi pertanyaan yang sama, "Lu tuli? Gua bilang lu telat!" Pekikan itu mengisi seluruh lubang telinganya.

"M-maaf, Mas."

"Maaf?" Tanyanya, lagi-lagi mengulangi kata yang sama, "Di sini siapa aja yang udah minta maaf sama gua selain dia?" Tanya lelaki itu pada semua calon mahasiswa dan mahasiswi baru yang tengah terduduk disana.

Semua yang berada di sana langsung mengacungkan tangannya.

"Terus siapa yang udah dapet maaf dari gua?" Tanya lelaki itu lagi.

Seketika semuanya menurunkan tangannya tidak ada yang berani mengacung.

"Ngerti kan?" Tanya lelaki itu pada gadis dihadapannya.

Mini Market ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang