YOU AND I (너 그리고 나)

589 78 8
                                    

Now Playing : Dreamcatcher – You and I


"Mau sampai kapan begini hmm? Tidak ada niatan untuk mengisi perutmu?" Sowon sempat mendengar suara pintu terbuka lalu diikuti suara Solar yang sepertinya mulai lelah membujuk adiknya itu untuk makan. Mau dibujuk hingga memakai kekerasan pun rasanya akan sia-sia.

"Nanti aku akan makan, Eonnie."

"Nanti kapan? Saat kau sakit? Atau saat diinfus hmm?"

"Eonnie... jebal."

"Yeobo, sudahlah." Eric muncul di belakang Solar lalu mengusap bahu istrinya itu, berusaha menenangkan dan menengahi topik yang mulai merembet pada perdebatan kecil.

"Tapi kalau begini caranya namanya dia menyiksa diri sendiri. Terus merenung dan seolah menyesali perbuatannya, menyalahkan keegoisannya lalu berujung menangis tanpa sebab dan tidak mau makan atau keluar. Memang yang dipikirkannya juga melakukan hal yang sama?" Solar mulai terbawa emosi lagi namun nadanya tidak meninggi seperti kemarin-kemarin, napas wanita itu sedikit memburu.

"Biar aku saja hmm?" Eric berbisik lalu memberi kode agar bisa bicara berdua dengan adik iparnya. Solar mengangguk dan akhirnya memilih berlalu dari kamar Sowon, membiarkan Eric yang kali ini masuk.

"Boleh Oppa bicara?"

Sowon mengangguk, matanya masih fokus menatap pemandangan di luar jendela kamarnya. Ekspresi dan matanya terlihat sendu.

"Sebenarnya Oppa tidak berhak ikut campur tapi Oppa akan bicara singkat saja." Eric tampak diam sejenak seperti memikirkan kata-kata yang tepat.

"Jadikan dia kenangan, tersimpan di memorimu dan hanya diingat ketika ingin. Tidak kau lupakan dan hanya kau jadikan bumbu dalam perjalanan hidupmu. Bukankah hidup masih panjang hmm? Dunia tidak akan berhenti berputar ketika kau sudah memilih keputusan yang terbaik, sesuatu yang baik belum tentu baik bagimu dan sesuatu yang buruk belum tentu buruk bagimu," celoteh Eric panjang lebar lalu berdiri, pria itu seakan tak peduli Sowon mendengarkannya atau tidak. Tersentuh dengan ucapannya atau tidak, yang jelas ia sudah berusaha membujuk sang adik ipar dengan caranya sendiri.

"Kami tunggu di bawah."


****


"Oppa mau kemana?"

Begitu keluar dari pintu kamar, Wonwoo sontak menghentikan langkah karena disodorkan pertanyaan demikian. Tidak lama karena setelahnya Wonwoo melangkah kembali.

"Keluar sebentar. Ada yang harus kubeli."

"Boleh aku ikut?"

Wonwoo yang baru mengambil sepatu dari rak menoleh, dilihatnya tatapan gadis itu yang terkesan memohon berharap Wonwoo mengizinkannya ikut keluar.

"Kalau kularang pun kau akan tetap memaksaku 'kan? Cepat ambil pakaian hangat, kutunggu lima menit."

Wonwoo tak tahu saja jika ekspresi sang gadis langsung berubah, senang namun seperti ditahan untuk tidak berteriak kencang. Gadis tersebut segera berlalu menuju kamarnya untuk mengambil apa yang disuruh Wonwoo.

"Kalau lama kutinggal ya?"

"Andwae!!!"

Wonwoo terkekeh karena berhasil mengerjai gadis itu, ia berdiri begitu selesai menalikan sepatunya sambil mengeratkan coat coklat tebal yang dipakai. Senyumnya sedikit merekah tatkala sang gadis yang ditunggu keluar kamar lengkap dengan baju hangat yang sudah membalut tubuhnya.

고맙다 (Thanks) - (Sowon - Wonwoo) 2.0 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang