Sekali lagi Sowon menghela napas, kepala gadis itu menggeleng pelan di detik selanjutnya. Tangan sang gadis masih terlipat di dada bahkan indra pendengarannya mendadak berubah mode menjadi menulikan semua suara yang mencoba masuk, tak terkecuali Wonwoo yang mengajaknya bicara sedaritadi.
"Hei!!" gadis itu mengerjap begitu telapak tangan seseorang melambai tepat di depan wajahnya. "Kenapa melamun?"
"A-Aniyo, hanya terpikir sesuatu."
"Terpikir sesuatu?" ulang Wonwoo menyipit. "Harus sampai wajahmu jelek begitu ya?"
"Mwo?!" Sowon menoleh kaget. "Katakan sekali lagi!"
"Maaf, Miss. Tidak ada pengulangan." Wonwoo beranjak berdiri, ia baru hendak melangkah namun bantal sofa mendarat empuk di punggungnya membuat niatannya tadi terhenti. Lelaki itu menoleh.
"Salahmu. Bantal tadi terbang sendiri."
"Cih!" laki-laki itu memungut bantal tadi dan balik melemparkannya pada Sowon yang sigap menangkap. "Memang kau memikirkan apa sih? Kalau masalah berat jangan dipikirkan."
"Bukan masalah berat tapi..." Ucapan Sowon menggantung, ragu antara ingin mengungkapkannya atau tidak. "Memang semua wanita hamil akan bersikap menyebalkan?"
"Solar Noona rupanya." Wonwoo menutup pintu lemari pendingin yang baru saja ia buka. "Entahlah, aku tidak bisa menjawab karena aku tidak mengalaminya."
"Kau 'kan tidak hamil. Bagaimana sih?"
Anehnya Wonwoo justru terkekeh. "Lihat nanti saat kau hamil, apa kau seperti Solar Noona atau tidak? Tapi setahuku yang paling menyebalkan dari wanita hamil adalah semua keinginannya harus dituruti. Tidak peduli tengah malam harus bangun dan membelikan makanan, atau pagi buta mengajak ke taman."
"Ekstrim sekali pagi buta mengajak ke taman. Pengalaman ya?"
"Humm..." Wonwoo mengangguk. "Seulgi Noona dulu juga begitu, sebelum akhirnya tidak sengaja terjatuh dan keguguran. Wanita hamil itu walau kadang bisa semenyebalkan yang tadi, tetap saja wajib diawasi. Di dalam tubuhnya ada nyawa lain yang juga harus dijaga."
Diam-diam Sowon mengulum senyum, ia jadi ingat dulu Wonwoo pernah bercerita banyak soal kakak perempuan yang terpaut usia dua tahun itu. Sowon sempat menyangka mereka kembar karena begitu mirip tapi ternyata salah besar, dirinya juga ingat saat menemani Wonwoo yang begitu khawatir Seulgi keguguran di rumah sakit.
"Kenapa tersenyum seperti itu? Serius kau benar-benar membuatku takut sekarang."
"Ya!!"
"Habisnya tadi kau cemberut sendiri lalu sekarang, tersenyum seperti orang gila. Kau masih waras 'kan, Nona Jeon?"
"Kim Wonwoo!!!"
****
"Jadi..." Wonwoo menoleh begitu selesai menalikan sepatu keds putihnya. "Kau sudah putuskan akan membeli hadiah apa untuk kakak Yeonjung?"
"Belum, maka dari itu aku mengajakmu. Bukankah kemarin-kemarin kau bilang ingin ke tempat bagus selain apartemenku?"
"Memang aku bilang begitu?" Sowon mengernyit sambil mengedikkan kepala. "Kapan?"
"Aigo... kau ini masih muda tapi ingatannya sudah tergolong lanjut usia." Wonwoo berdecak prihatin seraya menggelengkan kepala, tentu saja hal itu mendapat respon pukulan telak di belakang kepalanya.
"Jaga bicaramu. Aku memang benar-benar lupa, Bodoh!"
"Bodoh. Bodoh. Kau sendiri lebih Bodoh, Nona Bodoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
고맙다 (Thanks) - (Sowon - Wonwoo) 2.0 ✔️
Художественная прозаSequel 'Wish' (소원) Warning (!!!) : 1. Masih terdapat banyak typo, penulisan kata yang rancu atau pemilihan kata yang kurang tepat. Jangan sungkan memberi kritik, saran dan masukan. 2. Nama para casts di switch antar marga dan beberapa ada yang saya...