NEW DAYS (새로운 날)

405 64 7
                                    

Now Playing : FT Island – Brand New Days

Sesuai janji, hari ini Sowon berencana menuju tempat dimana Johnny memegang jabatan tinggi di sana. Sebenarnya bukan karena Sowon perlu bantuan, sandaran atau tempat berkeluh kesah hanya saja dia sudah membuat janji 'kan?

Solar sendiri cukup lega melihat tingkah sang adik yang sudah jauh lebih baik, tidak sememprihatinkan beberapa hari yang lalu. Ia pun turut senang saat Sowon menceritakan soal teman lamanya meski tak berharap banyak keduanya menuju jenjang yang lebih serius.

Satu keinginan Solar melihat perkembangan Sowon kali ini. Ia tidak mau adiknya jatuh untuk yang kedua kali. Tidak. Cukup tempo lalu adalah pertama dan terakhir. Tidak ada jatuh di lubang yang sama untuk kedua kali.

"Sampaikan salamku untuk Johnny." Sowon menghentikan langkah dan berbalik, keningnya mengernyit sebentar. Namun itu tak menghalangi senyum yang tertarik dari dua sudut bibirnya.

"Bagaimana kalau ada waktu kuajak dia kemari?"

"Boleh juga. Kalau begitu aku akan ajak Eric, kupikir Eric akan setuju. Bagaimana?"

Sebenarnya yang pertama hanya sebuah candaan, tak disangka respon cepat Solar membuat Sowon langsung salah tingkah. Lihat saja pipi gadis itu yang merona.

"Errr... kita lihat nanti. Aku pergi dulu."

"Hati-hati."

****

Sudah lima menit sejak pesanan itu diantar namun masih belum ada niat untuk meminum atau sekedar menyesap sedikit, tangannya justru terus mengaduk pelan dengan tangan lain yang menopang dagu.

Matanya menatap lurus ke depan, terkesan sedikit kosong karena memang isi kepalanya tengah meributkan sesuatu.

Tidak.

Bukan meributkan sesuatu melainkan dirinya seakan diajak ke beberapa setengah tahun lalu, di tempat ini. Tempat yang sama. Meja dengan nomor yang sama.

"Berikan padaku."

"Shireo! Pesan sendiri, siapa suruh pesan itu?"

"Jeon Sowon!"

Tubuh lelaki ini sedikit bergetar karena tawa saat percakapan itu masih diingatnya dengan baik, bahkan ekspresi gadis itu pun masih terekam jelas.

"Ya! Pesan sendiri, kau itu kenapa menyebalkan sekali?"

"Aku? Menyebalkan? Kalau aku menyebalkan kenapa kau menerimaku?

Tapi sekarang justru kau meninggalkanku.

Shit!

Wonwoo berdecak. Dua kalimat yang saling terhubung satu sama lain namun seolah ingin mengingkari kenyataan itu. Rasanya mesin waktu dan permintaan maaf saja tidak akan cukup, ia butuh waktu. Butuh waktu untuk menjelaskan semuanya.

Dari awal.

Diangkatnya cangkir itu lalu mulai menyesap isi yang mulai mendingin, bibirnya masih menempel di bibir cangkir seolah masih mencicipi sisa kopi yang tertinggal di sana. Seolah mengabaikan sensasi dingin yang mulai menyelimuti sekeliling cangkir.

Wait!

Matanya tak sengaja menatap sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang baru saja membuka pintu café. Dua mata sipitnya melebar seketika dan nyaris menjatuhkan cangkir yang ia pegang.

Sial!

****

"Hei!" Johnny reflek menjentikkan jarinya di dekat telinga Sowon, sontak saja gadis itu mengerjap kaget nyaris terlonjak dari kursi.

"Neo...."

"Lihat apa sih?" Meski sempat menangkap ekspresi Sowon yang kesal seakan ingin mencekiknya, namun Johnny justru mengikuti arah pandang gadis itu sebelum menoleh. Dan seketika ada penyesalan karena harus tahu sosok apa yang baru saja dilihat sang gadis.

Dilihatnya Sowon yang menggeleng kaku dan sibuk membuka buku menu. "Bu... bukan apa-apa."

"Let me guess...." Johnny mengulum bibir, sengaja menggantungkan ucapannya dengan niat menggoda Sowon.

"Apa?" Sowon menyahut sambil mendongak, wajahnya mulai tidak bersahabat.

"Galak sekali."

"Sudah kubilang bukan apa-apa."

"I know, Miss. I know." Pada akhirnya Johnny mengalah saja, daripada terkena amukan?

"Tapi yang aku heran, apa yang ia lakukan di sini?"

"Tentu saja memesan minuman atau makanan, tidak mungkin hanya ingin duduk dan melihat-lihat 'kan?"

"Siapa tahu sedang menunggu seseorang, who knows?"

Suara buku menu yang ditutup cukup keras terdengar, tatapan datar itu dilayangkan tepat pada Johnny yang baru mendongak. Anehnya lelaki itu justru tersenyum.

"Sekali lagi kau membicarakannya akan kutarik bibirmu."

Bukannya takut atau diam memperbaiki sikapnya, Johnny reflek tertawa pelan lalu menopang dagunya menggunakan sebelah tangan.

"Coba saja."

"Ck!"

Sowon berdecak, kenapa seorang Jonathan Yoo jadi semenyebalkan ini?

****

Yeonjung menoleh dari bacaannya begitu suara seseorang menekan password apartemen dan tersenyum kecil begitu sosok yang baru pergi setengah jam lalu masuk dan menutup pintu.

"Kupikir Oppa akan lama, terjadi sesuatu?"

Wonwoo yang baru sampai di dapur sontak menghentikan langkah, matanya menatap bingung sang gadis yang masih tersenyum.

"Apa terlihat jelas?"

"Kupikir... tebakan yang beruntung?" Nyatanya memang Yeonjung hanya asal menebak, tapi seingatnya Wonwoo rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk duduk dan meminum kopi di café itu. Bahkan bisa habis tiga cangkir.

"Kau tahu aku, Yeonjung-ah. Dan ya... hanya mencoba untuk mengurangi kebiasaan."

Atau melarikan diri lebih tepatnya.

Sayangnya kalimat itu hanya tertahan di pikiran Wonwoo, lelaki itu menuang air mineral dingin ke dalam gelas.

"Sudah makan?" tanyanya begitu selesai meminum satu tegukan.

"Belum, aku menunggu Oppa. Tapi aku sudah masak dan makan siangnya di meja."

"Gomawo." Yeonjung mengangguk.

"Kajja, kita makan."

Gadis itu meletakkan majalah yang sempat ia baca di atas meja sambil berdiri dari sofa, kakinya mulai melangkah menuju meja makan.

"Ngomong-ngomong apa Oppa sengaja meninggalkan ponsel tadi saat pergi?"

Pertanyaan itu sukses membuat Wonwoo menghentikan aksinya menarik kursi, terlihat mata sipitnya mengerjap pelan namun tak ayal lelaki itu duduk juga.

"Kurasa... iya. Ada apa? Ada yang menghubungiku?"

Sekali lagi Yeonjung mengangguk, diikuti suara deritan kursi yang ditarik. "Seulgi Eonnie menghubungimu. Besok ia ingin bertemu."

Sebuah jawaban pamungkas yang sanggup membuat ekspresi Wonwoo berubah, meski hanya beberapa detik—karena lelaki itu kini sibuk mengambil lauk—tapi sayangnya Yeonjung masih bisa melihat ekspresi tadi.

"Lalu kau jawab apa?"

"Aku bilang aku akan menyampaikan padamu, kupikir itu lebih baik jika aku langsung mengiyakan."

Wonwoo tersenyum samar, diam-diam ia menghela napas lega.

"Baiklah, terima kasih. Nanti aku akan menghubunginya. Sekarang kita makan dulu."

고맙다 (Thanks) - (Sowon - Wonwoo) 2.0 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang