PROMISE (약속)

487 64 13
                                    

Now Playing : EXO - Promise

"Masih belum puas?"

Pertanyaan itu justru membuat Sowon tersenyum, namun tangannya masih setia mengusap pipinya yang basah. Masih tidak bisa dipercaya jika Sowon menangis namun bibirnya masih bisa tertarik membuat senyuman.

"Jangan bilang begitu."

"Lalu?" Suara berat itu menyambar cepat. "Katakan padaku apa yang harus kulakukan untuk menghentikan air matamu?"

"Kau tidak perlu melakukan apapun. Biarkan seperti ini untuk beberapa saat."

"Sampai kapan? Sampai teka-teki mana lebih dulu ayam atau telur terpecahkan?"

Kali ini sebuah pukulan pelan mendarat di bahu Johnny yang tidak meringis sama sekali, justru lelaki itu ikut tersenyum saat Sowon yang berusaha keras untuk menahan tawanya.

"Jangan bercanda."

"Waeyo? Kenapa aku tidak boleh bercanda di saat seperti ini? Bukankah bagus?" Johnny terdiam sebentar karena nyaris meninggikan suaranya. Ia menghentikan langkah dan segera memegang tangan Sowon menyuruh sang gadis juga ikut berhenti.

"Listen to me." Tangan Johnny kini beralih memegang pundak Sowon, tidak terlalu keras namun agar gadis itu menatapnya. "Kau boleh menangis, tapi berjanjilah padaku untuk tidak menampilkan lagi air matamu itu besok. Keluarkan semuanya hari ini, aku tidak peduli mau sampai berapa lama tapi satu hal... besok kau dilarang murung, sedih atau menangis. Deal?"

Sejujurnya Sowon tidak bisa melihat dengan jelas karena matanya penuh dengan air, satu kedipan berikutnya air mata itu menetes di pipinya. Sekali lagi sudut bibirnya tertarik, kali ini diikuti anggukkan pelan.

"Deal!" Tanpa sungkan Sowon langsung memeluk Johnny erat, meski suara gadis itu samar namun Sowon berharap suaranya tidak terbawa angin dan suara isi hatinya tersampaikan.

"Gomawo, Johnny-ya."

Johnny mengangguk dan membalas pelukkan itu tak kalah erat. "Promise me, Wish-nim," lanjutnya dalam hati.

****

Dunia itu sempit.

Berkali-kali kalimat itu berputar di kepala Wonwoo. Helaan napasnya terdengar dan masih setia menatap langit-langit kamar dengan kedua tangan bertumpu di belakang kepalanya, sedaritadi ia mencoba memejamkan mata namun hasilnya nihil. Isi kepalanya seakan tidak berhenti dibuat berpikir.

Rasanya semua terjadi begitu cepat. Pelukannya dengan Yeonjung menghasilkan sesuatu yang tidak terduga. Dua sosok yang dikenalnya ternyata melihat adegan itu. Wonwoo berpikir keduanya sudah meninggalkan kota atau sengaja menghilang.

Tapi ternyata....

Apa ini masih bisa dibilang takdir? Takdir terkonyol?

Wonwoo seketika teringat sesuatu lagi, meski samar tapi lelaki itu masih ingat rambut sebahu dan poni yang menutupi kening sosok tersebut. Perubahan drastis yang membuat sosok itu terlihat semakin cantik.

Dan seingat Wonwoo gadis itu pernah berucap tidak akan memotong rambut juga membuat poni, satu momen yang bisa disebut menjilat ludah sendiri. Atau seseorang bisa berubah pikiran secepat itu?

Sebuah ketukan di pintu membuat Wonwoo tersadar dari lamunan, lelaki itu bangun tepat setelah ia bergumam masuk dan pintu terbuka. Sosok dengan senyum yang membuatnya segaris itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Kupikir Oppa belum tidur."

"Tidak bisa tidur lebih tepatnya," ralat Wonwoo. "Kau sendiri? Tidak bisa tidur juga?"

고맙다 (Thanks) - (Sowon - Wonwoo) 2.0 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang